Saya sendiripun sampai mengalami 2 kali kecelakaan motor dengan hasil beberapa retak di sekitar tulang punggung dan sedikit gegar otak ringan. Walau begitu, saya tidak kapok untuk menaiki motor dengan tujuan jarak jauh. Nah lantas, kenapa saya benar-benar takut naik pesawat terbang meski pengalaman sekitar 4 kali menaikinya aman-aman saja?
Tak lain alasannya adalah karena kejadian kecalakaan pesawat terbang adalah kejadian luar biasa (KLB). Disiarkan oleh media nasional bahkan internasional, membuatnya menarik banyak perhatian. Tak seperti kejadian kecelakaan di jalan raya yang meski sering terjadi namun hanya termuat di media lokal.
Mengingat merupakan KLB, kecelakaan pesawat benar-benar diekspos secara besar-besaran. Diceritakan bagaimana pesawat bisa hilang radar, bagaimana serpihan tubuh korban yang belum ditemukan, hingga berita hoax yang mengiringinya. Dengan masifnya pemberitaan semacam itu, maka timbulah pikiran bahwa menaiki pesawat terbang adalah cara paling tidak aman untuk bepergian.
Kondisi diperparah jika kita sudah tertanam tentang cerita mengenai kecelakaan pesawat yang sempat terjadi. Contohnya kegemaran saya melihat program Air Crash Investigation di channel Nat Geo. Itulah salah satu kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan. Namun, dari tayangan itu, saya semakin banyak belajar kalau memang pesawat terbang adalah moda transportasi paling aman.
Banyaknya faktor pesawat bisa celaka menjadikan pelajaran penting bahwa pesawat terbang adalah moda transportasi yang harus paling serius dipersiapkan sebelum terbang. Kondisi yang sangat kontras dengan kondisi motor saya. Betapa acuhnya saya mengecek rem, lampu sein, hingga oli secara berkala. Padahal, itu semua juga berperan untuk membuat saya celaka di jalan raya.
Satu atau dua hal kala pesawat tidak dipersiapkan dengan baik maka akan timbul petaka. Salah satunya yang diduga terjadi pada penerbangan Lion Air yang jatuh kemarin pagi.Â
Di suatu curhatan penumpang pesawat tersebut satu hari sebelumnya, terkisah bahwa kala penumpang sudah berada di dalam pesawat tapi pihak maskapai masih melakukan uji mesin. Sesuatu yang benar-benar fatal. Saya membandingkan kala menaiki kereta api. Kereta baru tersedia di jalur penumpang kala uji pengereman dan uji-uji lainnya telah selesai dilakukan. Inilah yang membuat saya kembali takut untuk naik pesawat domestik kembali.
Tak hanya itu, minimnya edukasi dari pihak terkait mengenai keselamatan di pesawat terbang juga masih minim. Kalau peringatan larangan menggunakan ponsel ketika berkendara di jalan raya begitu masif, saya kok jarang menemukan hal-hal teknis terkait keselamatan penerbangan saat di bandara. Entah, mungkin kesalahan kembali kepada saya yang terlalu parno sehingga tak memperhatikan lingkungan sekitar. Tapi yang jelas, kala pramugari memeragakan keselamatan penerbangan kala pesawat selesai take off, cukup banyak penumpang yang tidak memerhatikan dengan baik.
Jadi, dengan adanya kejadian keselamatan pesawat ini sudah selayaknya dijadikan pelajaran. Selain investigasi mendalam, bagaimana upaya untuk meyakinkan kembali bahwa pesawat adalah moda transportasi aman adalah hal penting. Sebagai bangsa yang tinggal di negara kepulauan, pesawat adalah teman baik untuk menjadikan bangsa ini lebih maju lagi.
Semoga pihak keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ini menjadi insiden terakhir.
Mohon maaf jika ada kesalahan.