Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lima Tahun Berkompasiana, Lima Tahun Itu Pula Saya Lebih Bahagia

25 Oktober 2018   08:38 Diperbarui: 25 Oktober 2018   11:21 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.- https://www.quickanddirtytips.com

Sejak kecil, saya sudah senang berimajinasi mengenai apa yang saya amati di lingkungan sekitar.

Kadang, imajinasi itu berujung pada tulisan-tulisan absurd khas anak kecil. Saya tidak bisa dan tidak suka menggambar. Makanya, ketika ada hal-hal yang menurut saya unik dan menarik, beberapa diantaranya akan menjadi sebuah tulisan.

Bahkan di suatu masa ketika kelas 3 hingga kelas 5 SD, saya begitu excited dengan namanya pelajaran IPS, terutama Geografi dan Sejarah. Saking excited-nya, saya bahkan menulis ide mengenai negara baru yang didalamnya terdapat provinsi baru dan kota-kota baru sesuai imajinasi saya sendiri. Ada satu buku khusus yang memuat peta yang saya kreasi sendiri beserta keterangan mengenai apa yang ada di daerah itu. Kreasi yang timbul setelah saya membaca atlas dan buku ensiklopedia.

Walaupun terlihat aneh dan tak umum, namun kegemaran saya ini tak lepas dari kebahagiaan saya kala bisa menuangkan apa yang saya pikirkan melalui sebuah tulisan. Itu saja. Saya tak pernah bermimpi sedikitpun menjadi penulis besar seperti yang diimpikan beberapa teman yang juga gemar menulis. Bagi saya, yang penting bisa menulis dan saya bisa membaca kembali tulisan saya di kemudian hari.

Hingga SMA, kegemaran menulis saya menjadi-jadi. Sebuah blog yang awalnya bermula dari tugas TIK pun selalu konsisten saya isi. Meski, beberapa tulisan merupakan hasil jiplakan tulisan di blog lain. Untunglah, saya tidak jadi viral seperti apa yang terjadi pada seorang siswa SMA beberapa tahun lalu. Namun yang jelas, pada masa ini saya mulai menyadari bahwa tidak ada hal yang bisa membahagiakan selain menulis.

Sayangnya, kesibukan sebagai mahasiswa Fakultas MIPA dengan segala kepenatan praktikumnya membuat saya tidak bisa leluasa untuk menulis lagi. Empat tahun kuliah benar-benar masa yang membuat saya tak bisa lagi menulis. Namun, hasrat itu sering saja timbul kala melihat beberapa tulisan terutama dari mahasiswa lain yang begitu asyiknya merangkai kata.

Hasrat yang terpendam yang sesekali dengan nekat sembari mencuri waktu dengan mengisi blog pribadi di Multiply. Cerita yang remeh temeh seputar guyonan rekan kuliah, dosen yang killer, jalan-jalan dengan teman, hingga idol grup favorit saya, JKT48 pun mengalir dengan indahnya. Ah sayang, blog itu akhirnya tutup tepat di hari saya menjalani momen sidang skripsi di tahun 2013. 

Saya tak bisa menyelamatkan satu pun tulisan saya. Sesuatu yang benar-benar saya sesali hingga kini. Saat itu, saya bahkan sempat berpikir lebih baik saya kehilangan tulisan skripsi saya yang saya susun tidak dengan sepenuh hati daripada kehilangan tulisan yang rangkaian katanya benar-benar saya nikmati.

Saya sempat down kala ingin memulai mengisi blog lagi. Blog yang kala SMA saya urus dulu sudah saya lupakan kata kuncinya. Hingga saya berkeinginan menulis di Kompasiana.

 Ah tidak, saya tidak bisa menulis di Kompasiana. Kalau saya menulis di sana, tulisan saya akan terlihat sangat jelek untuk dibaca. Kala saya membaca tulisan Kompasianer yang begitu riuh rendah, hati saya semakin ciut. Apalagi, saya kerap membaca tulisan Kompasianer favorit saya, Budi Pasopati dengan analisisnya yang tajam.

Tapi saya merenung kembali, kenapa ya tak saya coba. Kalau saya bisa menulis skripsi dan menjalaninya dengan baik, kenapa menulis di Kompasiana tak bisa. Ketertarikan saya pada Kompasiana pada dasarnya adalah interaksi di dalamnya. Tak hanya apresiasi, namun juga kritik bagi saya yang masih belajar menulis.

Tulisan pertama pun akhirnya terbit. Sebuah tulisan yang cukup unik (atau bisa dibilang tidak jelas) karena bercerita bagaimana saya bisa salah memilih untuk naik kereta lokal. Pengalaman unik ketika mencoba jalan-jalan sendirian ini merupakan tulisan perdana saya di Kompasiana. Dengan tata bahasa yang masih sangat kacau dan entah bagaimana saya menyusun kalimat dengan tak karuan. Yang penting bagi saya, pikiran saya tersampaikan.

Tulisan pertama saya di Kompasiana. - Dok. Kompasiana.
Tulisan pertama saya di Kompasiana. - Dok. Kompasiana.
Namun, di dalam tulisan itu, ada beberapa komentar dan nilai yang masuk. Saya kaget. Berarti tulisan saya ada yang membaca. Dan, saya berpikir ternyata asyik juga menulis di Kompasiana. Saya pun lalu mulai menjalin komunikasi lebih lanjut dengan Kompasianer lain lewat kolom komentar. Beberapa diantaranya malah dengan seriusnya langsung berkomentar beberapa saat kala tulisan saya terpublikasi.

Pada waktu-waktu pertama saya menulis, jalinan erat yang begitu hangat benar-benar saya rasakan. Ada Mas Ryan M, Bu Guru Ani, Mbak Putri Apriyani, Bu Majawati Oen, Pak Teguh, Mbah Ukik, Mbak Septiyaning, Mbak Irma Inong, Bu Lis Swasono, Pak Bain Saptaman, dan beberapa Kompasianer hebat lain yang begitu asyinya menjalin silaturahmi lewat kolom komentar. Bahkan, ada dua Kompasianer yang identitasnya tidak saya ketahui namun jalinan ertanya masih terasa hingga sekarang. 

Keduanya adalah Mbak Mou Soul dan Mbak Lumba-Lumba. Saya memang tidak menjalin komunikasi lebih lanjut melalui media lain. Meski begitu, saya sangat senang bisa berkomunikasi dengan mereka lewat saling berbagi tulisan di Kompasiana. Inilah hal yang tidak saya dapatkan di platform blog lain. Saya seakan berada di sebuah rumah susun yang begitu bersahaja menjalin keakraban dengan penguni lain.

Suka duka kala berkompasiana tentu juga pernah saya rasakan. Hingga sekarang, jasa Kompasiana yang membuat saya berhasil menerbitkan buku antologi pertama saya tidak bisa saya lupakan begitu saya. Kala buku itu terpajang di etalase toko buku di seluruh Indonesia, saya semakin bertekad tidak akan meninggalkan Kompasiana.

Namun, kegagalan untuk masuk di akun Kompasiana adalah duka mendalam bagi saya. Sempat vakum satu tahun akibat tidak bisa masuk, hingga sekarang rasa was-was untuk tidak masuk ke akun Kompasiana masih terbayang. Kekecewaan saya kala berkompasiana bukanlah tidak mendapat HL atau menang lomba, namun akibat gagal masuk ini. 

Kala ada sesuatu yang benar-benar ingin saya sampaikan namun terganjal rintangan. Semoga di usia yang ke-10 ini, kegagalan masuk akun yang dialami para Kompasianer bisa diminalisir. Dan juga, Kompasiana bisa tetap guyub dalam merawat warga dan Komunitasnya karena itulah kekuatan Kompasiana yang sebenarnya.

Berkat Kompasiana, saya semakin semangat untuk menulis dan berbagi kebaikan. Foto ketika peluncuran buku antologi alumni SMA Negeri 1 Malang yang dilakukan secara sederhana. - Dokumen Ikamisa Writing Project.
Berkat Kompasiana, saya semakin semangat untuk menulis dan berbagi kebaikan. Foto ketika peluncuran buku antologi alumni SMA Negeri 1 Malang yang dilakukan secara sederhana. - Dokumen Ikamisa Writing Project.
Hingga tahun ke-5 ini, saya semakin semangat untuk berbagi apa yang bisa saya bagi dan apa yang bisa saya kemukakan untuk diketahui banyak orang. Saya juga sangat bersyukur bisa bergabung di salah satu Komunitas Kompasiana, yakni Bolang (Blogger Kompasiana Malang). 

Sembari menjalani kesibukan saya yang begitu padat di dunia nyata, saya masih bertekad untuk terus menulis. Meski tak bisa satu hari satu artikel, namun saya sudah nawaitu untuk melakukan Puasa Daud dalam menulis. 

Sehari menulis sehari tidak. Semoga konsistensi yang saya coba saya tekuni bisa dijalani oleh kompasianer lain atau bahkan bisa lebih. Karena saya yakin, Kompasianer adalah pribadi hebat yang akan terus berusaha menyemai kebaikan di tengah padatnya ujaran kebencian.

Itulah yang bisa saya bagikan dalam rangkaian HUT Kompasiana ke-10 ini. Semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan, baik di tulisan ini maupun di tulisan saya lainnya.

Maraming Salamat Po.

Terimakasih Banyak.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun