Jawaban polos yang selalu disertai dengan penggunaan dialek Jawa Timuran dalam menjawab berbagai pertanyaan bacaan sebagai bentuk "protes".
Bentuk protes yang polos ini menjadi salah satu pemikiran untuk mengkaji ulang penggunaan bahasa jawa standar yang digunakan dalam pelajaran bahasa Jawa di sekolah.
Pada beberapa diskusi dengan rekan guru yang mengajar dengan tingkat yang sama, ada beberapa usulan dan pemikiran untuk mengganti pelajaran bahasa Jawa dengan menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran. Sesuatu yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah di Cirebon kala mereka mengajarkan bahasa Cirebon, yang notabene juga masih bisa dikatakan dialek bahasa Jawa bagi beberapa kalangan sebagai muatan lokalnya.
Mereka juga orang Jawa yang tak boleh lepas akar kebudayaannya terutama bahasa. Hanya mempelajari bahasa Jawa dialek Jawa Timuran tentu akan semakin menjauhkan mereka dari nilai-nilai luhur bahasa Jawa yang sebenarnya karena dialek ini sendiri pun hasil dari pencampuran berbagai kebudayaan.
Satu langkah yang bisa dilakukan adalah menelaah kembali kurikulum muatan lokal bahasa Jawa di daerah penutur bahasa Arekan. Tak harus bisa menguasai bahasa Jawa standar dalam waktu singkat seperti yang selama ini dilakukan, pengajaran bisa dilakukan secara berjenjang.
Misalkan sejak kelas kecil, mereka difokuskan untuk mengenal kosa kata bahasa Jawa standar dan membandingkannya dengan dialek yang mereka gunakan.
Setelah mereka terbiasa untuk melakukan perbandingan kosa kata dalam dua dialek tersebut, maka materi yang lebih sulit dapat diajarkan pada kelas berikutnya. Hingga, materi yang dirasa paling sulit semisal geguritan dan tembang baru diajarkan setelah mereka benar-benar memahami aneka kosakata yang dalam kehidupan sehari-hari jarang mereka gunakan.
Berbagai bentuk pengajaran yang menyenangkan semisal bernyanyi, berpantun, memainkan drama, atau yang lainnya juga harus terus dilakukan. Konsep pengajaran jelas yang terangkum dalam silabus maupun Rencana Program Pembelajaran (RPP) pun harus dimiliki guru karena selama ini banyak guru kelas yang mengajar bahasa Jawa tidak memiliki keduanya.
Banyak dari mereka yang benar-benar berorientasi buku paket dan BKS dengan sesekali melihat "arah angin berjalan" dalam mengemudikan pelajaran bahasa Jawa di kelas.
Dan yang pasti, peran dari orang tua dan lingkungan sekitar juga sangat penting dalam mendukung pengajaran bahasa Jawa ini. Meski, hal ini cuku sulit karena lingkungan mereka tentu saja menggunakan bahasa Jawa Timuran dalam berkomunikasi.