Beberapa hari sebelum kejadian, ternyata pelaku sering berada di sekitar sekolah. Informasi ini didapat dari salah seorang wali murid yang rumahnya persis di depan sekolah. Dari informasi ini didapatkan kesimpulan bahwa pelaku memang merencanakan penculikan dengan matang karena sikap orang tua korban yang tak mengizinkan anaknya untuk dibawa pergi.
Petugas pun lalu menyisir daerah hutan Brak, Poncokusumo. Polisi lalu mendatangi guru spirtual pelaku yang berada di desa tersebut. Sayangnya, ketika mendatangi tempat guru spiritual pelaku, tak ada tanda-tanda keberadaan pelaku. Guru spiritual pelaku pun tidak mengetahui keberadaan pelaku.
Lama tak ada kabar yang menggembirakan hingga 2 hari pencarian, membuat pihak sekolah dan orangtua korban menjadi resah. Setiap hari, sekolah mengadakan doa bersama agar LB bisa segera ditemukan. Beberapa guru pun ikut ambil bagian mencari keberadaan pelaku di sekitar TNBTS tersebut.
Dari foto-foto yang didapat melalui satreskrim Polres Malang, tampak perlatan sederhana berserakan layaknya para pendaki yang akan naik ke Gunung Semeru.
Petugas pun mendalami kasus ini dan melakukan visum terhadap korban. Untunglah, tak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada korban.
Orangtua juga harus segera melapor kepada sekolah jika ada guru atau orang lain yang dianggap memiliki perilaku janggal kepada sang anak, semisal sering mengajak keluar.
Tak hanya itu, pelaku penculikan juga sering memanfaatkan kelengahan yang dimiliki orangtua maupun sekolah untuk menjalankan aksinya. Apalagi, jika pelaku telah mengantongi berbagai informasi penting dari pihak sekolah.