Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memahami Enklave dan Eksklave yang Mengerikan Itu

19 September 2018   12:21 Diperbarui: 20 September 2018   12:20 2760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi : C adalah enklave A dan eksklave B. (Sumber : Wikipedia)

Bagaimana rasanya jika kita terpisah dengan saudara-saudara yang  memiliki entitas sama dan dikelilingi oleh orang-orang dari entitas lain? Mungkin itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di sebuah enklave dan eksklave sebuah tempat, terutama sebuah negara. 

Enklave dan eksklave

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, enklave adalah daerah (wilayah) budaya yang terdapat di dalam wilayah budaya lain. Sedangkan eksklave adalah daerah (wilayah) budaya yang berada jauh dari daerah asal budaya.

Ilustasi : C adalah enklave A dan eksklave B. (Sumber : Wikipedia)
Ilustasi : C adalah enklave A dan eksklave B. (Sumber : Wikipedia)
Memahami pengertian dua kata tadi, satu kata kunci utamanya adalah terpisah. Kata terpisah ini bisa dimaknai bahwa adanya partisi (pemisahan) dengan bagian induk yang menyebabkan terhalangnya orang-orang di suatu daerah tersebut untuk berinteraksi dengan penduduk di daerah induknya.

Biasanya, interaksi yang dimaksud adalah interaksi  dengan ibu kota suatu negara atau daerah lainnya. Pemisahan tersebut disebabkan oleh banyak faktor, seperti perang, pembagian kekuasaan, hingga masalah-masalah lainnya.

Enklave  dan eksklave di dunia

Di dunia ini, cukup banyak daerah yang menjadi eksklave ataupun enklave. San Marino, Vatikan, dan Lesotho adalah contoh negara enklave. Mereka dikelilingi oleh negara lain yang membatasinya dan tidak memiliki akses langsung terhadap dunia luar. Meski hampir sama, Gambia dan Monako juga dikelilingi oleh negara lain. Bedanya, mereka memiliki akses terhadap dunia luar berupa wilayah laut.

Negara-negara tersebut boleh jadi seakan terkungkung oleh satu negara  saja. Namun, mereka masih memiliki wilayah yang menyatu. Beberapa negara  di dunia memiliki wilayah yang terpisah berupa eksklave. Wilayah ini tergabung dengan wilayah negara lain.

Oblast Kaliningrad adalah salah satu eksklave terkenal yang dimiliki negara Rusia. Salah satu provinsi Rusia ini memiliki wilayah yang  terpisah dengan daerah induknya. Untuk menuju Rusia dengan jalur darat, penduduk Kaliningrad harus melewati tiga negara pecahan Uni Soviet  lainnya, yakni Latvia, Lithuania, dan Belarus. Wilayah provinsi ini selain dikurung oleh tiga negara tadi, juga berbatasan dengan Polandia.

Cerita pemisahan Jerman pada medio 1945 hingga 1990 juga menyisakan cerita pilu mengenai enklave Berlin Barat. Kota Berlin yang berada di  tengah daerah Jerman Timur terbagi menjadi dua entitas, yakni Berlin Barat yang menjadi daerah pendudukan AS, Prancis, dan Inggris serta  Berlin Timur yang menjadi daerah pendudukan Uni Sovyet. Berlin Barat dibangun dengan sistem kapitalis sedangkan Berlin Timur dibangun dengan sistem komunis.

Disparitas ekonomi di kedua Berlin membuat penduduk Berlin Timur ingin menyeberang ke Berlin Barat. Untuk mencegah eksodus yang semakin banyak, pihak Jerman Timur yang didukung oleh Uni Sovyet membangun tembok Berlin yang terkenal itu. 

Berlin Barat yang terpisah dengan daerah induk  di Jerman Barat hanya memiliki akses udara untuk menuju dunia luar. Blokade selama kurun waktu tersebut dilakukan oleh Jerman Timur hingga tembok Berlin runtuh pada 1989.

Tembok Berlin yang melegenda itu (alamy.com)
Tembok Berlin yang melegenda itu (alamy.com)
Cerita mengenai eksklave yang cukup miris lain adalah salah satu cerita yang sering kita dengar dan saksikan. Apalagi kalau bukan Jalur Gaza, daerah milik Palestina. Daerah yang terpisah dari Jalur Barat ini sering  menjadi bulan-bulanan pendudukan Israel.

Blokade terhadap dunia luar membuat penduduk Jalur Gaza tidak memiliki akses untuk melakukan aktivitas kehidupan mereka. Israel menjadi tumpuan utama ketika blokade dilakukan meski penduduk di sana sangat tak menginginkannya.

Jalur Gaza, eksklave negara Palestina. Beberapa literasi yang saya baca menceritakan bahwa Israel menganggap daerah itu adalah seujung kuku yang menganggu. Blokade darat, laut, dan udara dilakukan Israel beberapa kali dalam kurun waktu terakhir. (Al Jazeera)
Jalur Gaza, eksklave negara Palestina. Beberapa literasi yang saya baca menceritakan bahwa Israel menganggap daerah itu adalah seujung kuku yang menganggu. Blokade darat, laut, dan udara dilakukan Israel beberapa kali dalam kurun waktu terakhir. (Al Jazeera)
Masih banyak enklave dan eksklave yang ada di dunia ini. Masih banyak  pula yang menyisakan sengketa perbatasan diantara dua negara yang saling memiliki enklave dan eksklave.

India dan Bangladesh adalah salah satu  contoh negara yang memiliki enklave dan ekslave dengan perbatasan yang sangat rumit. Mereka baru menyelesaikan sengketa perbatasan pada 2015 kemarin setelah banyak penduduk di sana yang ragu dengan status kewarganegaraannya. 

Kedua negara melakukan praktik pertukaran wilayah berlangsung secara bertahap dari 31 Juli 2015 hingga 30 Juni 2016.

Enklave dan Ekslave di Indonesia

Meski tidak memiliki eksklave, namun ada daerah negara lain yang  dikelilingi wilayah Indonesia. Daerah ini adalah distrik Oecussi-Ambeno  yang dimiliki negara Timor Leste. 

Distrik ini terpisah dari daerah  induknya dan dikelilingi wilayah Provinsi NTT. Sebenarnya, di Indonesia sendiri pernah terjadi daerah enklave dan  ekslave yang sering dilakukan oleh Belanda untuk memecah belah bangsa. Perpecahan Kerajaan Mataram menjadi 4 kerajaan kecil membuat wilayah ini memiliki daerah enklave dan eksklave satu sama lain. 

Dua daerah terkenal yang menjadi enklave adalah Kotagede (pusat kerajinan perak) dan Imogiri (tempat peristirahatan terakhir raja-raja Mataram). Dua daerah ini merupakan daerah milik Kasunanan Surakarta yang dikelilingi  oleh Kasulatanan Yogyakarta. Politik devide et impera membuat persaingan kebudayaan terjadi di dua daerah enklave tersebut.

Imogiri dan Kotagede (warna pink tua) diapit daerah Kasultanan Yogyakarta yang berwarna hijau (wikipedia)
Imogiri dan Kotagede (warna pink tua) diapit daerah Kasultanan Yogyakarta yang berwarna hijau (wikipedia)
Enklave dan Ekslave di Kampung Saya

Tak jauh-jauh, di kampung saya sendiri juga terdapat enklave dan eksklave dengan posisi yang cukup rumit. Kebetulan, rumah saya berbatasan langsung dengan sebuah perumahan elit. Meski berbatasan, kedua daerah ini berbeda kelurahan.

Masalah muncul ketika ada seorang yang cukup kaya raya, sebut saja Bapak  A, memiliki sebidang tanah lapang di dekat jalan masuk antara kampung dan perumahan. Mulanya, tanah tersebut beralamat di jalan yang sama dengan rumah saya. 

Setelah Bapak A meninggal, ahli waris lalu menjualnya dan memecah sertifikat tanah tersebut. Entah bagaimana awalnya, beberapa bagian tanah mengikuti alamat tempat tinggal saya sedangkan bagian lain  mengikuti alamat perumahan. Pola alamat itu tidak mengikuti pola jalan ataupun kedekatan, namun berdasarkan faktor like or dislike.

Bangunan baru pun didirikan. Pihak yang mengikuti alamat jalan seperti alamat  rumah saya beralasan agar bisa guyub dengan warga kampung. Sedangkan pihak yang mengikuti alamat perumahan beralasan untuk memudahkan pencarian alamat karena secara geografis sebenarnya lebih dekat dengan jalan di sekitar perumahan.

Meskipun hal itu dilakukan dengan konsekuensi memiliki administrasi RT, RW, dan kelurahan yang berbeda dengan rumah-rumah di sekitarnya.

Maka jadilah pola alamat yang tak karuan antara satu rumah dengan rumah yang lain. Posisi ini cukup menyulitkan jika terjadi kejadian penting. Warga beralamat perumahan yang lebih dekat dengan warga perkampungan  harus mengikuti prosedur administrasi perumahan jika terjadi sesuatu, semisal kematian.

Sebaliknya, warga beralamat perkampungan akan mendapat pertanyaan alamat mereka jika didatangi oleh pengantar ekspedisi meski secara geografis rumah mereka dekat dengan perumahan. Pengantar ekspedisi akan berjalan jauh mengikuti jalan poros sesuai gang alamat perkampungan.

Peta wilayah kelurahan tempat saya tinggal yang seharusnya dibatasi oleh batas alam berupa sungai dan batas jalan (G map)
Peta wilayah kelurahan tempat saya tinggal yang seharusnya dibatasi oleh batas alam berupa sungai dan batas jalan (G map)
Enklave yang diperjuangkan Pak Eko

Dua minggu belakangan ini publik tertuju pada salah satu rumah milik warga Kota Bandung bernama Pak Eko yang mengalami nasib seperti enklave. Lagi-lagi, polemik tanah menjadi salah satu hal yang membuat enklave ini terjadi dan mengakibatkan Pak Eko seperti hidup dalam blokade bak penduduk Berlin Barat. 

Dari kejadian ini, sebenarnya dapat dijadikan pelajaran bahwa masalah kepemilikan tanah juga harus benar-benar diperhatikan, terutama ketika akan membangun sebuah bangunan. Mengurangi egoisme, jalan tengah juga perlu ditempuh agar tak ada yang berkeberatan, terutama mengenai jalan masuk dan keluar bagunan tersebut. 

Jangan sampai membentuk enklave dan eksklave baru yang tak hanya membuat bingung pengantar ekspedisi, namun juga membuat sengsara beberapa penghuni enklave-eksklave tersebut. Bagaimanapun, adanya enklave dan eksklave lebih banyak membuat kerugian daripada mendatangkan keuntungan.

Semoga masalah yang dialami Pak Eko segera menemui solusi yang tepat. Dan, semoga tak ada lagi enklave-ekslave yang terjadi, terutama akibat konstelasi politik menjelang 2019. Gak asyik jika ada yang menutup jalan tetangganya karena beda pandangan politik. 

Salam.

***

Sumber Tulisan : (1)(2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun