Putar ke kiri e...
Nona manis putarlah ke kiri
ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e..Â
Irama musik itu sontak membuat anak-anak segera melangkahkan kakinya ke arah kiri. Terus ke kiri sambil tertawa seolah mereka ingin terus --menerus berjalan ke kiri. Mendorong temannya yang berada di ujung kiri. Mereka sangat menikmati gerakan senam dari lagu yang berasal dari NTT ini. Senam pun berlanjut dengan senam pinguin yang memiliki gerakan yang unik bak pinguin yang sedang berjalan. Anak-anak kembali riuh rendah oleh suara musik yang berasal dari Amerika Latin tersebut.
Setiap jumat, sebelum pelajaran dimulai, siswa-siswi di sekolah saya melakukan senam Gemufamire dan senam pinguin tadi. Senam ini menggantikan Senam Kebugaran Jasmani (SKJ) yang telah eksis sebelumnya. Sekolah saya sendiri menggunakan senam ini hanya untuk kegiatan penilaian mata pelajaran PJOK dan kegiatan Lomba Bina Kreativitas Siswa (BKS) yang diadakan tiap tahun.
Praktis, tak setiap jumat pagi, senam ini menjadi senam yang harus dilakukan anak-anak. Tak hanya instansi sekolah saya saja, beberapa instansi lain juga tak lagi menggunakan kedua senam tersebut. Sebuah rumah sakit swasta yang terletak persis di depan sekolah menggunakan senam dengan iringan musik klasik khas senam yoga untuk menggiatkan jumat pagi setiap minggunya. Pun demikian, sebuah bank swasta yang tak jauh dari sekolah, menyetel keras lagu musik disko dangdut untuk mengiringi senamnya.
Tak lagi digunakannya SKJ dalam kegiatan giat pagi di hari jumat menyisakan sisa kejayaan senam ini yang begitu digdaya sebagai propaganda masa pemerintahan Orde Baru. Kala itu, SKJ digunakan hampir di seluruh lapisan masyarakat. Senam ini sendiri bermula dari Senam Taiso yang digunakan pasukan militer Jepang saat pendudukan bangsa ini di Indonesia.
Gerakan yang runtut dan sederhana membuat Senam Taiso dilakukan sebelum latihan perang atau kegiatan pembelajaran. Penggunaan senam tersebut didasari kehebatan bangsa Jepang kala itu yang sangat gemar berolahraga.
Kala Indonesia merdeka, usaha untuk membuat rakyat gemar berolahragapun dilakukan. Maka, gerakan "Mengolahragan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga" diinisiasi oleh Pemerintah Orde Baru. Tepat pada tanggal 16 Agustus 1975, Senam Pagi Indonesia (SPI) diperkenalkan oleh Presiden Soeharto untuk digunakan masyarakat luas. Senam ini digunakan sebagai senam wajib yang dilakukan saat jumat pagi, baik di sekolah, instansi pemerintah, maupun instansi swasta.
Tak lama kemudian, SPI bermetamorfosis menjadi Senam Kebugaran Jasmani (SKJ) di tahun 1984. Penggalakan SKJ menjadi lebih masif. Hampir semua instansi kala itu menggunakan SKJ dalam giat jumat paginya. Apalagi, Pemerintah Orde Baru semakin semangat menggalakkan senam ini yang juga tertuang dalam Rencana Lima Tahun (Rapelita) IV (1984-1989). Setiap minggu, TVRI bahkan memutar SKJ untuk lebih mengenalkan senam ini kepada masyarakat luas. Penggalakan SKJ diikuti dengan pelarangan senam lain, terutama senam yang berbau Cina, seperti Senam Waintankung (kelak berubah nama menjadi Senam Sehat Indonesia) dan Senam Taichichuan (kelak berubah menjadi Senam Tera Indonesia). Â Â
Walau banyak yang menganggap SKJ merupakan propaganda pemerintah dalam mengatur kehidupan rakyatnya dalam bidang olahraga, sesungguhnya senam ini menampilkan gerakan yang runtut, mulai dari pemananas, inti, dan penutup/pendinginan. Ketiga bagian tersebut memiliki konektivitas sedemikian rupa. Dikemas dengan perpindahan musik yang teratur dan menarik, peserta senam pun merasakan ritme yang pas kala menjalani ketiga bagian senam. Lambat pada pemanasan, cepat pada bagian inti, dan melemas lagi pada bagian pendinginan.
Ketiga bagian senam itu yang memiliki fungsi sangat penting bagi tubuh. Bagian pemanasan dilakukan dengan gerakan aerobik ringan untuk menaikkan suhu tubuh. Peregangan beberapa bagian tubuh dilakukan bertahap untuk memperbaiki sirkulasi darah dan nafas. Setelah melakukan gerakan cepat dan bersemangat untuk membakar kalori pada gerakan inti, gerakan pendinginan pun dilakukan.
Gerakan pendinginan yang umum dilakukan adalah menggoyang-goyangkan pinggul atau tulang untuk mengurangi ketegangan dari punggung bawah. Biasanya, senam ditutup dengan gerakan aerobik ringan untuk melembamkan tubuh. Mengikuti satu gerakan penuh SKJ akan membuat tubuh segar dan bugar. Produktivitas kerja dan konsentrasi belajar juga meningkat.
Kelebihan lain dari senam SKJ adalah menggunakan lagu-lagu nasional dan lagu daerah dalam iringannya. Penggunaan kedua jenis lagu tersebut disusun dengan apik yang menyesuaikan tempo senam. Jadi, selain mendapatkan semangat dalam melakukan senam, para pesenam akan ikut larut dalam menghayati kedua jenis lagu tersebut. Mereka akan ikut menyanyi di dalam hati sambil berusaha menjaga ritme senam mereka. Dan yang terpenting, jiwa dan semangat nasionalisme bisa terus dijaga, baik oleh generasi muda maupun generasi tua.
Walau senam-senam di luar SKJ juga memiliki kelebihan juga, namun seringkali senam-senam tersebut tidak dapat diikuti sebaik SKJ. Salah satunya adalah senam yang menggunakan lagu remix dengan musik rancak. Meski mampu membuat semangat para pesenamnya, banyak dari gerakan senam tersebut sulit untuk diikuti. Pengalaman saya kala mengikuti senam jumat pagi di sebuah Pabrik Gula mendapatkan hal tersebut. Instruktur senam yang asyik dengan gerakannya sendiri tak mampu diikuti oleh para peserta senam, terutama yang berada di bagian belakang.
Banyak peserta senam yang kebingungan dengan gerakan-gerakan yang berganti tiap minggu. Akibatnya, tak banyak gerakan yang bisa diikuti sehingga mereka hanya berdiri termangu kala gerakan inti dilakukan. Sesekali, gerakan-gerakan sekenanya dilakukan yang penting asal bergerak.
Padahal, ada teknik tertentu meski sederhana namun sangat penting dalam mendapatkan hasil senam yang maksimal. Salah satunya adalah kala mengangkat satu kaki atau gerakan lain. Tidak hanya itu, jika bagian pemanasan tidak dilakukan dengan baik, risiko cidera pun bisa timbul.Senam pun tidak bisa berjalan dengan baik.
Kurangnya minat untuk melakukan SKJ selepas runtuhnya Orde Baru dan beberapa waktu terakhir memang cukup disayangkan. Sebenarnya, Kemenpora telah berusaha menggalakkan SKJ terutama mulai dari bangkus sekolah dasar. Sayangnya, belum semua sekolah mau menggunakan senam ini. Pun demikian dengan berbagai instansi yang menggunakan aneka macam senam. Perturan khusus mengenai penggunaan SKJ ini memang belum tertuang. Hanya beberapa daerah saja yang mulai menggalakkan SKJ 2018, SKJ versi terbaru ke berbagai instansi di daerahnya masing-masing.
Inilah yang menjadi tantangan agar SKJ kembali diminati oleh segenap lapisan masyarakat. Dengan penyempurnaan berkala dan lebih menarik perhatian, kejayaan SKJ bukan mustahil bisa dicapai kembali.
Memang, pengunaan senam di berbagai instansi menjadi hak masing-masing. Namun, alangkah eloknya jika satu Indonesia Raya kembali menggunakan senam yang beragam. Karena, bukan hanya untuk mengejar sehat jasmani saja, namun memperkaya kesehatan jasmani melalui semangat keanekaragaman adalah tujuan mulia dari senam ini. Tujuan yang sesuai dengan pengamalan sila ke-3 Pancasila, dasar negara kita.
***
Sumber Bacaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H