Suara operator yang khas dan menunggu dalam waktu cukup lama pernah saya alami kala menghubungi almarhum kakek nenek yang sedang berhaji. Yang jelas hingga sekarang, posisi operator semacam pentil kecakot sangat penting.
Dalam budaya modern, sebuah lagu campur sari berjudul Pentil Kecakot pun ada. Dinyanyikan oleh Cak Diqin dan Wiwid, lagu ini megisahkan seorang pria berprofesi sebagai pentil kecakot yang akan melamar kekasihnya.
Sang kekasih bingung ketika menanyakan pekerjaan sang calon. Saat dijawab, ia malah bertambah bingung dan sedikit jijik. Tapi, sang pentil kecakot lalu menjelaskan mengenai profesinya. Barulah, wanita yang ia damba untuk dinikahinya itu melunak dan mengerti tentang pekerjaannya.
Tak hanya dalam lagu, pekerjaan pentil kecakot juga sempat dibuatkan gim bertajuk Hello Operator!. Gim yang dimainkan dalam switchboard telepon kuno dari tahun 1927. Dengan menggunakan handset ala pentil kecakot, pemain akan berusaha menghubungkan koneksi banyak telepon dalam beberapa kabel atau port.
Sambil mendengarkan telepon yang masuk, sang pemain harus benar-benar konsentrasi agar hubungan-hubungan telepon yang masuk tidak salah atau tertukar.
Satu dua hubungan telepon masih terlihat mudah. Namun, jika tiga empat atau bahkan lebih tidaklah mudah. Butuh keahlian, konsentrasi tinggi, dan kecepatan tangan agar semua hubungan komunikasi terkendali.
Walaupun sudah lama tak eksis lagi, pekerjaan pentil kecakot ini sungguh mulia. Dan pekerjaan-pekerjaan baru yang hampir setipe dengan pentil kecakot ini juga tak kalah penting.
Sebagai pengguna layanan telekomunikasi, masihkah kita pantas mengeluh dan mengumpat jika pesan whatsapp kita tertunda hanya beberapa menit saja?
Bersyukurlah.
Sekian, salam.
***