Bertemu rekan-rekan Kompasianer Jogja (K-Jog) yang baru saja memenangkan penghargaan ICD 2018 kemarin, saya langsung diajak Dolan Kuliner di kota gudeg ini.
Bukan Gudeg atau Nasi Kucing yang akan kami makan. Menu yang seakan menjadi tradisi untuk dinikmati bagi wisatawan dari "mancanegara" seperti saya. Kami akan mencoba menu yang tak umum namun akan membuat ketagihan. Menu berupa sate yang akan kami dicicipi sehingga membuat saya penasaran bagaimana rasanya makan sate di Jogja.
Walau menempuh kemacetan yang cukup ganas akibat puncak musim Libur Kemerdekaan, saya akhirnya tiba di sebuah tempat di bilangan Jalan Magelang, Sleman, Yogyakarta. Di pujasera bernama Jogja Paradise ini, tulisan warung kuliner bertajuk Sate Ratu sudah nampak. Namun, saya harus masuk ke belakang foodcourt hingga menemukan sebuah warung sederhana. Berlangit-langit gedheg, suasana bersahaja khas warga Jogja sangat kental terasa.
Masarap na masarap, Salamat sana makabalik!
Tulisan itu berarti : Hidangan yang lezat. Terimakasih, kami akan kembali!
Selepas anggota K-Jog telah lengkap, kamipun mendapat penjelasan dari Pak Budi. Pertanyaan mengenai menu akan saya simpan dahulu. Beliau menjelaskan proses "hijrah" dari dunia entertainment untuk merinstis usaha kuliner sederhana. Meninggalkan segala glamor dunia per-cafe-an yang sudah membesarkan namanya untuk membuka warung di pinggir jalan. Di Jalan Solo, beliau mulai merintis usaha Sate Ratu ini.
Mulanya, warung ini berada di bagian depan Foodcourt yang bersebarangan dengan Jogja City Mall. Lambat laun karena membutuhkan tempat banyak untuk membakar sate, maka warung pun berpindah ke bagian belakang. Meskipun berpindah di lokasi yang mungkin kurang strategis, orang masih saja mencari keberadaan Sate Ratu ini. Nah lantas, apa menu spesial dari Sate Ratu ini?