"Saya tahu, Pak. Saya tahu!"
"Iya silahkan, ceritakan apa saja dampak pestisida yang terjadi jika terbawa aliran air sungai!"
"Ikan-ikan banyak yang mati, Pak. Makanya ketika saya mencari ikan di aliran Sungai Brantas di daerah Mergosono, saya tak dapat ikan sama sekali."
"Wah, kamu suka mencari ikan, ya. Hati-hati kalau sedang memancing di Sungai Brantas. Aliran airnya cukup deras. Nah, adanya pestisida tidak hanya ikan saja yang akan berdampak pada mahkluk hidup air lainnya. Pestisida yang masuk ke ke aliran air dimulai dari pembusukan dari tanaman air. Ketika tanaman itu membusuk, maka akan banyak oksigen yang digunakan untuk proses tersebut. Akibatnya, ikan kesulitan bernafas. Tak hanya itu, adanya pestisida terutama herbisida dapat menyebabkan populasi zooplankton yang menjadi sumber makanan bagi ikan kecil menurun. Jadi, ikan kecil akhirnya juga kekurangan makanan. Kalian masih ingat kan rantai makanan pada ekosistem air?"
"Benar, sekali. Nah, ada satu hal yang perlu kalian ketahui lagi. Limbah domestik dan limbah industri adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air di sepanjang aliran Sungai Brantas. Oleh karenanya, air yang melintas di kawasan perkotaan dan kawasan industri kualitasnya akan menurun. Cerita-cerita kalian tadi bisa jadi salah satu buktinya. Rumah-rumah di sekitar Kidul dalem, Jodipan, Oro-oro Dowo adalah beberapa contoh sumber pencemaran domestik. Pabrik-pabrik di bagian selatan Kota Malang juga berpengaruh terhadap adanya limbah industri. Meski sebenarnya, menurut Direktur Utama Jasa Tirta I yang menangani Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ternyata kualitas airnya stagnan. Ada yang tahu, apa yang dimaksud dengan stagnan?"
"Saya, Pak. Stagnan adalah keadaan tetap, tidak naik atau turun."
"Tepat sekali. Kita belajar satu kosa kata sulit lagi. Artinya bahwa kualitas air di sepanjang aliran Sungai Brantas dalam kurun waktu terakhir ini tidak bertambah buruk dan tidak bertambah bagus. Meski begitu, apakah kita hanya berpangku tangan dan hidup berdampingan dengan Sungai Brantas yang tercemar? Maukah kalian tinggal di kota dan provinsi yang terkenal dengan sungainya yang kotor?"
"Benar. Kita tentu prihatin dengan kondisi ini. Sungai Brantas yang akhirnya terpecah menjadi dua aliran juga memiliki masalah pencemaran berat di bagian hilirnya. Kali Porong kini menjadi tempat sampah raksasa buangan Lumpur Sidoarjo. Sementara, akumulasi limbah domestik dan industri mencapai puncaknya di Kalimas Surabaya.Â
Meski Bu Risma, Walikota Surabaya sudah berusaha semaksimal mungkin dengan seluruh warganya membersihkan Kalimas, kualitas air di sana masih cukup buruk hingga kini. Makanya, sebagai warga Jawa Timur yang memiliki aset berharga berupa Sungai Brantas ini, sudah kewajiban kita untuk menjaga kelestariannya. Salah satu caranya adalah memulai menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus untuk menampuh limbah domestik. Jadi, sebelum dibuang ke Sungai Brantas, limbah domestik harus diproses dulu."