Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Uji Konektivitas Jembatan Suramadu di Bukit Jaddih Bangkalan

2 Mei 2018   23:43 Diperbarui: 3 Mei 2018   09:57 2969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak peresmiannya di tahun 2009, akhirnya saya bisa melewati jembatan terpanjang se-Asia Tenggara ini.

Perjalanan kali terakhir ke Pulau Madura saya lakukan ketika masih duduk  di bangku Kelas 3 SD.  Kapal feri yang padat menjadi andalan  saya kala itu. Mendengar kata Pulau Madura, di benak saya langsung  terpikirkan beberapa konotasi yang kurang baik. 

Bukan berarti rasis,  namun itulah yang saya rekam saat kunjungan terakhir itu. Panas,  gersang, dan tak ada sesuatu yang menarik. Belum lagi, lamanya  perjalanan membuat saya segan untuk mengunjungi pulau ini bertahun-tahun  kemudian. Keinginan untuk mengunjungi salah satu kabupaten tertinggal ini seakan sebuah angan-angan tanpa faedah. Apa yang menarik dari daerah ini?

Waktu pun berlalu. Jembatan Suramadu yang gagah berdiri di atas Selat  Madura membuat saya berubah menjadi kepincut untuk menyambangi pulau ini lagi. Rasa penasaran saya semakin bertambah tatkala banyak pemberitaan, baik di  media sosial maupun di media massa yang mengabarkan bahwa pulau ini sedang mekar. 

Telah terkoneksinya daerah ini dengan Pulau Jawa membuat  pembangunan di Pulau Garam semakin gencar. Salah satu pendorong pembangunan di Pulau Madura adalah mekarnya dunia pariwisata. Ada sebuah  tempat wisata baru yang mulai naik daun yang tak jauh dari ujung Jembatan Suramadu. Saya penasaran, seperti apa kira-kira bentuk dari  wisata alam yang konon berasal dari bekas pertambangan kapur bernama Bukit Jaddih tersebut.

Selepas menemui rekan saya di Surabaya, kamipun berangkat. Untung, saat  itu kami tak perlu membayar tiket tol Suramadu demi melewati jembatan ini. Angin bertiup kencang dari dua arah. Sangat tak disarankan untuk  sekedar menepi demi mencari potret pribadi di tengah jembatan ini.  Kamipun sampai di sisi Madura setelah berkendara menempuh jarak 5,4 km.

Pulau Madura terlihat dari Jembatan Suramadu. - Dokumen Pribadi
Pulau Madura terlihat dari Jembatan Suramadu. - Dokumen Pribadi
Benar saja, sesampainya kami di pulau itu, terpaan sengatan panas  matahari langsung kami terima. Maklum, jam sudah menunjukkan pukul  13.00. Panas yang kami rasakan semakin menggigit karena di sekililing  kami tak banyak pepohonan yang tumbuh. Jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Bangkalan dengan Kota Surabaya ini dipenuhi semak belukar  dengan sesekali diselingi tanaman perdu seperti petai cina.

Jalan menuju Bukit Jaddih- Dokumen Pribadi
Jalan menuju Bukit Jaddih- Dokumen Pribadi
Ada dua jalan yang bisa dilalui untuk menuju wisata Bukit Jaddih ini.  Jalan pertama adalah melewati Jalan Raya Suramadu yang kami lalui saat pertama kali sampai di pulau ini. Jalan ini cukup mulus untuk dilewati  namun harus memutar untuk mencapai lokasi wisata yang dituju. Jalan  kedua adalah Jalan Desa Labang yang merupakan desa tempat wisata ini.  Saya memilih jalan pertama dan akan mengambil jalan kedua saat kembali  ke Surabaya.

Tangan saya terus memegang GPS dan memastikan jalur yang kami ambil  benar. Tak ada papan penunjuk jalan yang ada selain di dekat Jembatan Suramadu. Hingga saat jalan semakin sempit, petunjuk jalan itu saya  temukan. Petunjuk jalan itu mengarahkan ke sebuah jalan perkampungan sempit yang dengan kontur tanah yang mulai miring.

Meski sempat ragu,  iring-iringan truk yang membawa batu kapur tiba-tiba saja kami jumpai. Keraguan saya pun sirna. Teman saya yang mengendarai motor memelankan  lajunya. Tak lama kemudian, di depan saya sudah terpampang jelas rangkaian bukit kecil berwarna keputihan tertutup pohon yang jarang di  bagian atasnya. Debu-debu kapur pun segera menimpa wajah kami.

Bukitnya sudah terlihat! - Dokumen Pribadi
Bukitnya sudah terlihat! - Dokumen Pribadi
Tak jauh dari tempat teman saya mengabadikan momen untuk pertama  kalinya, kami telah diberi tanda oleh seorang anak berusia sekitar 10  tahun. Ia meminta kami membayar tiket masuk sebesar 5000 rupiah tiap  orang. Selepas membayar, teman saya bingung untuk mengarahkan  kendarannya. Ada beberapa jalan yang menuju beberapa tempat. Setelah  bertanya, kami memutuskan untuk menuju spot danau biru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun