Hanya segelintir orang yang memiliki pribadi altruis ekstrem dan psikopat ekstrem. Inilah alasan mengapa keduanya cukup menarik perhatian banyak orang sekitar akibat kadar empati mereka yang berdisparitas tinggi tersebut. Khusus untuk psikopat sendiri, sebagian besar dari mereka bisa tahu dan pintar kapan harus berpura-pura berempati.Â
Seringkali, di sebuah kasus pembunuhan ada seseorang menangis sesenggukan ketika menghadiri pemakaman orang yang dibunuhnya. Dalam skala yang lebih kecil, saya pernah menemukan "bibit" ini ketika ada siswa yang mengambil barang milik temannya namun ia juga bisa bersandiwara ikut mencari dan ikut patungan membantu teman yang kehilangan barang tersebut.
Spektrum empati berhubungan dengan sesuatu di dalam otak yang disebut sirkuit empati. Sirkuit empati adalah bagian yang disorot (banyak beraktivitas) dari otak dan berperan penting untuk menaggapi rangsang terhadap orang lain.Â
Ada sembilan bagian dalam sirkuit ini yang bersinergi satu sama lain sehingga dapat menentukan perilaku seseorang terhadap apa yang dialami oleh orang lain di sekitarnya. Berikut ini adalah sembilan bagian sirkuit empati tersebut.
Diantara bagian-bagian tersebut, dua bagian diantaranya cukup dominan untuk membedakan antara altruis ekstrem dan psikopat. Kedua bagian itu amigdala dan orbitofrontal cortex. Pribadi altruis ekstrem akan memiliki cukup banyak aktivitas sinyal di dalam kedua bagian tersebut, terutama bagian amigdala.
Pribadi altruis ekstrem mengalami pemrosesan yang mencerahkan ketika ada stimulus untuk menanggapi rangsang tentang apa yang dirasakan orang lain. Bahagia ketika bisa membantu orang yang sedang kesusahan, mungkin adagium ini sering kita dengar dari mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk orang lain.
Sebaliknya, pribadi psikopat memiliki aktivitas rendah di dalamnya. Untuk psikopat sendiri, dengan semakin rendahnya aktivitas di bagian orbitofrontal cortex, maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan tindak kekerasan seperti pemukulan dan pembunuhan terhadap orang lain. Sifat anti sosial akan tampak dominan jika bagian tersebut tak menunjukkan gejala aktivitas yang signifikan.
Ternyata tidak. Meski setiap orang memiliki warisan sifat dari orang tua yang berpengaruh juga terhadap bagian otak, namun fungsi sirkuit yang bisa disebut dengan otak sosial ini dapat berubah bahkan sampai dewasa. Kecenderungan untuk anti sosial tidaklah melekat kepada diri seseorang.
Naluri positif yang dimiliki seseorang juga akan berperan dalam pengambilan keputusan sosialnya. Inilah alasan mengapa anak hasil hubungan gelap yang dibuang ibunya dan kemudian diadopsi keluarga hangat saat ia masih kecil memiliki kecenderungan altruis lebih besar dibandingkan dengan anak dari keluarga lengkap namun banyak konflik keluarga di dalamnya.