Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Disiplin Menabung Bisa Menghangatkan Keluarga Kami

1 Maret 2018   08:45 Diperbarui: 7 Maret 2018   11:33 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu (tengah), Bulik (kiri) dan Bude (kanan) berpose sambil menunggu para jagoan kecil bermain air. (Dokpri).

Pagi itu mentari masih belum menampakkan sinarnya secara utuh.

Kesibukan luar biasa telah tampak di dapur rumah saya di pagi buta itu. Ibu, begitu saya memanggil wanita utama dalam hidup saya mulai sibuk menyiapkan beberapa macam lauk yang merupakan kesukaan saya. 

Sambal goreng tempe basah dan oseng buncis telah siap dan mulai memenuhi kotak makan yang tersusun rapi di meja. Tak biasanya kami bangun dan siap sepagi buta itu. Bukan hari yang biasa memang lantaran hari itu kami akan berlibur bersama keluarga besar ke sebuah tempat yang cukup khas di daerah Malang. Dempok, sebuah danau tempat pemancingan ikan menjadi tujuan kami.

Walaupun tempat wisata ini bukanlah obyek yang bisa dibilang "wah", namun tak lantas menyurutkan semangat kami untuk berlibur sekaligus merajut silaturahmi. Ya, berlibur adalah cara keluarga besar kami untuk tetap menjalin tali silaturahmi sekaligus mendekatkan dan menambah kehangatan keluarga. Acara rutin ini seakan menjadi nyawa yang menyatukan keluarga besar kami setelah kepergian kakek dan nenek beberapa tahun silam.

Di rumah Bude tertua, kami semua berkumpul. Kebetulan, jarak rumah kami cukup berdekatan. Riuh rendah sepupu yang masih kecil membuat suasana rumah Bude yang biasanya hening menjadi menggelegar. Aneka cuapan dan celetuk lucu saling bersahut-sahutan. Gelegar itu berpadu dengan suara gemuruh para ibu yang menyiapkan hasil masakan kreasi masing-masing. Tampak pula bara api yang masih menyala dari masakan yang belum matang. Ketika melihat pemandangan itu, saya hanya bisa menerka masakan apa saja gerangan yang akan tersaji di makan siang nanti.

Setelah semua siap, kamipun berangkat. Bukan mobil mewah yang luas dengan bau pewangi semerbak. Namun, dua buah mikrolet yang kami sewa secara khusus untuk mengantarkan kami ke tujuan. Selain menekan biaya perjalanan, kami memutuskan menggunakan transportasi ini karena jarak dari rumah yang tak terlampau jauh. Apalagi, dua sopir mikrolet yang kami sewa adalah tetangga dekat kami. Mereka sering mengeluh pendapatannya berkurang akibat gencarnya ekspansi transportasi online.

Sebelum menuju ke tempat pemacingan ikan, kami terlebih dahulu mampir ke sebuah sumber air bernama Sumber Maron. Obyek wisata ini memang terkenal menjadi tempat berkumpulnya kehangatan keluarga dari berbagai penjuru Malang dan sekitarnya. 

Tawa sepupu yang masih kecil langsung menyeruak diantara gemericik air yang membahana. Kami para tetua, begitu bisa saya sebut, hanya bisa mengawasi sambil mencuri waktu bermain air yang nampak jernih. Sesekali, gorengan yang tak lagi hangat menjadi teman kami untuk mengisi perut barang sepotong.

Sepupu yang asyik main air di Sumber Maron. (Dokpri).
Sepupu yang asyik main air di Sumber Maron. (Dokpri).
Ibu (tengah), Bulik (kiri) dan Bude (kanan) berpose sambil menunggu para jagoan kecil bermain air. (Dokpri).
Ibu (tengah), Bulik (kiri) dan Bude (kanan) berpose sambil menunggu para jagoan kecil bermain air. (Dokpri).
Puas bermain air di tempat tersebut, perjalanan kami berlanjut ke tujuan utama, Dempok. Danau yang semakin terkikis oleh sedimentasi pasir tersebut rupanya masih menjadi jujugan utama keluarga untuk mengisi waktu libur. Belum lagi, saat itu merupakan hari libur sekolah yang menjadi momen langka untuk mendekatkan dan merekat kehangatan keluarga. 

Mungkin, tak ada alasan lain yang bisa saya utarakan selain karena tempat ini menyuguhkan banyak kesahajaan. Gazebo yang apa adanya, warung makan berdinding gubuk di sekiling gazebo, hingga bau ikan hangat yang menyeruak.

Kamipun menyantap hidangan utama berupa aneka ikan seperti mujair, wader, dan nila setelah semuanya selesai dibakar. Ikan-ikan tersebut kami pilih dari penjual ikan yang berada di sekeliling danau. 

Masih segar dan baru ditangkap beberapa saat, menjadikan cita rasa ikan-ikan tersebut tiada duanya. Ditambah lauk pauk yang kami bawa dari rumah, hidangan yang tersaji semakin menyemarakkan makan siang pada hari libur itu. Kami bertukar masakan dan mencoba satu per satu hidangan yang tersaji di tengah gazebo tersebut. Dengan penuh rasa syukur, kami sangat senang bisa berbagi kehangatan keluarga meski dengan cara sederhana.

Menikmati santapan aneka ikan bakar di Dempok, Pagak, Malang. (Dokpri).
Menikmati santapan aneka ikan bakar di Dempok, Pagak, Malang. (Dokpri).
Tak hanya ke tempat tersebut, kegiatan  berlibur bersama juga kami laksanakan secara rutin dan berkala. Aneka obyek wisata lain, baik dalam kota maupun luar kota juga kami tuju. Bahkan, kami pernah menyewa satu bus khusus untuk mengunjungi Kota Magelang. Ketika itu, momen Hari Raya Idul Fitri menjadi penanda bagi kami untuk menjalin silaturahmi dengan salah satu kerabat dari nenek di kota tersebut. 

Kami nekat melakukan perjalanan itu karena sang kerabat sudah lama tak bertemu dengan kami. Alhasil, pada hari-H Idul Fitri, rombongan bus yang mengantarkan kami berangkat dan melintasi Jalan Lintas Provinsi Jawa Timur, DIY, dan Jawa Tengah. Bersua dengan kerabat adalah momen paling membahagiakan. Kami telah dinanti dan disambut hangat oleh segenap keluarga di sana. Rasa haru akibat memendam kangen yang mendalam akhirnya terobati. Kehangatan keluarga yang kami rindukan bisa kembali kami rasakan.

Kerabat dari nenek (duduk paling kiri) bercerita banyak tentang keluarga kami. (Dokpri).
Kerabat dari nenek (duduk paling kiri) bercerita banyak tentang keluarga kami. (Dokpri).
Para sepupu yang beranjak dewasa beraksi di Alun-alun Magelang. (Dokpri).
Para sepupu yang beranjak dewasa beraksi di Alun-alun Magelang. (Dokpri).
Tingkah sepupu cilik di dek bus (Dokpri).
Tingkah sepupu cilik di dek bus (Dokpri).
Aneka perjalanan ke tempat wisata lain juga sering kami lakukan. Banyak orang di sekitar kami yang heran mengapa kami bisa jalan-jalan dengan frekuensi yang cukup sering. Sebenarnya, rahasia utama dari salah satu cara untuk berbagi kehangatan keluarga tersebut adalah menabung. 

Kami berusaha untuk teratur dalam menabung setiap minggu agar rencana jalan-jalan keluarga besar bisa terlaksana dengan baik. Besaran tabungan memang tak ditentukan, namun yang penting bagi kami adalah konsistensi untuk menabung. Selain itu, jika ada anggota keluarga yang kesulitan dalam mendanai acara ini, tentu tak segan anggota keluarga lain ikut membantu.

Di awal tahun, kami sudah menyusun program untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru. Meski begitu, ada kalanya kami baru memutuskan destinasi wisata dalam waktu dekat. Yang penting, kegiatan menabung terus kami lakukan sembari berpikir tujuan utama jalan-jalan selanjutnya. Kegiatan ini adalah salah satu cara yang efektif untuk menyiasati biaya perjalanan yang tinggi.

Jika ingin berbagi kehangatan keluarga dengan harga terjangkau, kami cukup piknik ke Alun-alun Kota Malang. (Dokpri).
Jika ingin berbagi kehangatan keluarga dengan harga terjangkau, kami cukup piknik ke Alun-alun Kota Malang. (Dokpri).
Kami juga membuat semacam panitia kecil yang bertugas untuk memilih kendaraan, penginapan, konsumsi, hingga dokumentasi agar perjalanan bisa dilakukan seefektif dan seefisien mungkin. Tanpa kekompakan antar anggota keluarga, acara jalan-jalan yang menambah kehangatan keluarga mustahil bisa dilakukan dengan baik.

Kami sadar, sebagai anggota keluarga besar kadang terjadi juga friksi di dalamnya. Namun kami sadar, ada sebuah momen yang harus dapat menyatukan kami. Membuat ikatan yang mulai longgar agar bisa kembali kuat. Jalan-jalan sekaligus silaturahmi adalah cara terbaik untuk menguatkan ikatan itu. 

Dalam keluarga, kadang perselisihan itu ada. Yang penting bagaimana perselisihan itu bisa cepat selesai. (Dokpri).
Dalam keluarga, kadang perselisihan itu ada. Yang penting bagaimana perselisihan itu bisa cepat selesai. (Dokpri).
Dan tentu, kehangatan keluarga kami bisa berlanjut sampai kapanpun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun