Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Raya Keagaman, Hari Libur, dan Utak Atiknya di Tahun 2018

4 Januari 2018   10:04 Diperbarui: 4 Januari 2018   10:06 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo pembaca setia blog saya. Tahun 2008 eh 2018 sudah datang. Jika anda membaca tulisan saya, pasti anda akan berpikir saya ikut menulis lomba blog tentang resolusi. Anda tidak sepenuhnya benar karena di sini saya memang menulis tentang resolusi tapi akan lebih berfokus kepada kemungkinan saya untuk bisa jalan-jalan.

Nah, jika berbicara kemungkinan jalan-jalan, maka pastinya yang harus dilakukan adalah melihat tanggal merah atau hari libur. Beruntunglah kita hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang beraneka ragam agama sehingga ada kemungkinan lebih banyak mendapat jatah libur dan cuti bersama saat hari suci atau hari raya keagamaan berlangsung. 

Enam agama yang diakui di Indonesia, Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu memiliki hari raya masing-masing. Sebagai agama mayoritas, Islam memiliki hari raya terbanyak untuk dijadikan hari libur. Disusul Kristen (Protestan dan Katolik), serta Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.

Lantas, apakah Islam merupakan agama dengan hari raya terbanyak yang bisa dijadikan hari libur di dunia pada tahun 2018 ini?

Ternyata tidak. Dari hasil perhitungan beberapa ahli, Agama Hindu memiliki jumlah hari raya terbanyak dibandingkan dengan agama-agama lain di dunia. Menurut laporan dalam Majalah Nat Geoedisi terbaru, umat Hindu yang dipeluk sekitar 1 milyar penduduk dunia memiliki 39 hari raya dalam tiap tahun. 

Hari raya ini mencakup hari ulang tahun dan tonggak sejarah dewa, perayaan perubahan musim, pasca panen, hingga fase bulan. Salah satu hari raya umat Hindu yang cukup meriah adalah Hari Raya Deepawali yang dirayakan selama lima hari berturut-turut. Umat Yahudi, yang dipeluk hanya sekitar 15 juta penduduk dunia, menjadi umat beragama dengan hari raya terbanyak kedua. 

Ada sekitar 33 hari raya agama Yahudi yang diperingati oleh umat mayoritas di negara Israel ini. Namun, kitab Taurat hanya mewajibkan pada 5 hari raya tersuci. Salah satunya adalah Hari Raya Yom Kippur atau hari raya perdamaian.

Seorang anak Yahudi meniup terompet pada saat Hari Raya Yom Kippur di Israel (https://www.algemeiner.com)
Seorang anak Yahudi meniup terompet pada saat Hari Raya Yom Kippur di Israel (https://www.algemeiner.com)
Umat Sikh menjadi umat bergama dengan hari raya terbanyak ketiga di dunia dengan 26 hari raya keagamaan. Umat Kristen, baik  Katolik, Ortodoks, Protestan dan beberapa denominasi lainnya berada di urutan  keempat dengan 12 hari raya. Di posisi kelima ditempati oleh agama Baha'i yang berada di  posisi kelima dengan 11 hari raya kegamaan. 

Umat Islam sendiri berada di posisi  keenam dengan 7 hari raya kegamaan, meski ada pula hari besar lain seperti hari Nuzulul Quran, Asyura, dan Hari Raya Tasyrik yang tidak dijadikan hari  libur nasional. Umat Taoisme memiliki 4 hari raya kegamaan. Sedangkan, umat  Buddha dan Kong Hu Cu memiliki masing-masing 3 hari raya keagamaan yang bisa  jadi di negara mayoritas agama tersebut akan memberikan hari libur lebih  banyak.

Kegembiraan anak-anak Sikh pada perayaan Hari Vaisakhi (https://s-i.huffpost.com/)
Kegembiraan anak-anak Sikh pada perayaan Hari Vaisakhi (https://s-i.huffpost.com/)
Bagi kebanyakan negara, terutama negara yang memiliki heterogenitas agama dengan cukup kompleks, menyusun jadwal libur hari  raya keagamaan bukanlah hal yang mudah. Banyak negara menggunakan kalender  Masehi untuk menetapkan hari liburnya versi mereka sendiri. Ada juga yang  menggunakan kalender unik untuk menetapkan hari libur tersebut. 

Salah satunya adalah  negara Tiongkok yang menggunakan kalender lunar dalam menyusun hari liburnya.  Kalender ini berjalan menurut siklus 60 tahun sekali. Sebagai negara majemuk,  India menggunakan beberapa kalender untuk menyusun hari liburnya. Pada 2018  ini, ada sekitar 48 hari libur di India dengan 28 diantaranya merupakan  hari raya keagamaan. 

Banyaknya hari libur ini membuat India menjadi  slaah satu negara dengan hari raya keagamaan terbanyak di dunia. Lain  India, lain  pula Arab Saudi dan Timur Tengah lainnya. Mereka mengunakan  kalender Hijriyah sebagai acuan hari libur di samping kalender Masehi yang berlaku universal.

Dua anak di India memegang nampan berisi lilin pada hari Deepawali, hari suci bagi umat Hindu. (https://www.stunninglist.com)
Dua anak di India memegang nampan berisi lilin pada hari Deepawali, hari suci bagi umat Hindu. (https://www.stunninglist.com)
Banyak pertimbangan untuk menjadikan hari raya keagamaan sebagai hari libur nasional. Pertimbangan populasi keagamaan, masalah politik, sosial budaya, hingga ekonomi menjadi dasar sebuah hari raya bisa dijadikan hari libur nasional. Hal ini pernah terjadi di negara kita saat terjadi kontroversi ketika hari raya Imlek mulai dijadikan hari libur nasional. 

Presiden Gus Dur akhirnya menetapkan Imlek sebagai hari libur resmi di Indonesia. Sungguh, penetapan Imlek sebagai hari libur nasional ini membuat saya semakin kagum dengan Gus Dur.

Seorang anak memberi salam saat perayaan Imlek (solopos.com)
Seorang anak memberi salam saat perayaan Imlek (solopos.com)
Yang unik, hari libur di masa sekarang biasanya dimulai dari matahari tenggelam sampai keesokan harinya. Peraturan ini banyak berlaku di beberapa negara sejak penetapan batas penanggalan internasional di sekitar Samudra Pasifik. 

Meski begitu, banyak juga negara yang menggeser jadwal hari liburnya bertepatan dengan akhir pekan untuk menunjang produktivitas ekonominya. Tentu, hal itu dilakukan dengan kebebasan bagi umat merayakan untuk melakukan cuti pada saat hari raya keagamaan mereka berlangsung.

Nah, apa jadinya jika keenam agama di Indoenesia memiliki hari raya yang berututan dalam satu minggu? Apakah hal itu mungkin dan akan lebih asyik dibandingkan terpisah-pisah? Yang jelas, kita bukan Doraemon yang memiliki alat untuk mengatur tanggal merah sesuka hati kita. Kecuali, kalau anda tak memiliki pekerjaan khusus yang bisa sekenanya memerahkan tanggal untuk berlibur untuk diri sendiri.

Tiga anak muslim berdoa yang tak tampak khusuk selepas Shalat Ied di sebuah lapangan masjid di Kosovo. Negara yang baru merdeka ini mengalami serangkaian konflik yang cukup panjang. Seserius apapun orang dewasa menyikapi agamanya, bagi anak-anak, hari raya keagamaan adalah hal yang menggembirkan. Tak terkecuali bagi saya sebagai muslim, berkumpul bersama keluarga di Hari Raya Idul Fitri adalah karunia tak terkira dari Tuhan Yang Maha Esa. (https://www.islamicfinder.org)
Tiga anak muslim berdoa yang tak tampak khusuk selepas Shalat Ied di sebuah lapangan masjid di Kosovo. Negara yang baru merdeka ini mengalami serangkaian konflik yang cukup panjang. Seserius apapun orang dewasa menyikapi agamanya, bagi anak-anak, hari raya keagamaan adalah hal yang menggembirkan. Tak terkecuali bagi saya sebagai muslim, berkumpul bersama keluarga di Hari Raya Idul Fitri adalah karunia tak terkira dari Tuhan Yang Maha Esa. (https://www.islamicfinder.org)
Apapun itu, kita patutlah bersyukur hidup di negara dengan banyak agama sehingga bisa memanfaatkan hari libur keagamaan untuk sejenak melepas penat dari rutinutas dan berkumpul bersama keluarga. Sekian. Selamat menjadwalkan rencana berlibur di tanggal-tanggal merah. Mohon maaf jika ada kesalahan.

Sumber:

Dalam Jaringan
(1)(2)

Luar Jaringan

Majalah Nat Geo Edisi Desember 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun