Banyaknya hari libur ini membuat India menjadi  slaah satu negara dengan hari raya keagamaan terbanyak di dunia. Lain  India, lain  pula Arab Saudi dan Timur Tengah lainnya. Mereka mengunakan  kalender Hijriyah sebagai acuan hari libur di samping kalender Masehi yang berlaku universal.
Dua anak di India memegang nampan berisi lilin pada hari Deepawali, hari suci bagi umat Hindu. (https://www.stunninglist.com)
Banyak pertimbangan untuk menjadikan hari raya keagamaan sebagai hari libur nasional. Pertimbangan populasi keagamaan, masalah politik, sosial budaya, hingga ekonomi menjadi dasar sebuah hari raya bisa dijadikan hari libur nasional. Hal ini pernah terjadi di negara kita saat terjadi kontroversi ketika hari raya Imlek mulai dijadikan hari libur nasional.Â
Presiden Gus Dur akhirnya menetapkan Imlek sebagai hari libur resmi di Indonesia. Sungguh, penetapan Imlek sebagai hari libur nasional ini membuat saya semakin kagum dengan Gus Dur.
Seorang anak memberi salam saat perayaan Imlek (solopos.com)
Yang unik, hari libur di masa sekarang biasanya dimulai dari matahari tenggelam sampai keesokan harinya. Peraturan ini banyak berlaku di beberapa negara sejak penetapan batas penanggalan internasional di sekitar Samudra Pasifik.Â
Meski begitu, banyak juga negara yang menggeser jadwal hari liburnya bertepatan dengan akhir pekan untuk menunjang produktivitas ekonominya. Tentu, hal itu dilakukan dengan kebebasan bagi umat merayakan untuk melakukan cuti pada saat hari raya keagamaan mereka berlangsung.
Nah, apa jadinya jika keenam agama di Indoenesia memiliki hari raya yang berututan dalam satu minggu? Apakah hal itu mungkin dan akan lebih asyik dibandingkan terpisah-pisah? Yang jelas, kita bukan Doraemon yang memiliki alat untuk mengatur tanggal merah sesuka hati kita. Kecuali, kalau anda tak memiliki pekerjaan khusus yang bisa sekenanya memerahkan tanggal untuk berlibur untuk diri sendiri.
Tiga anak muslim berdoa yang tak tampak khusuk selepas Shalat Ied di sebuah lapangan masjid di Kosovo. Negara yang baru merdeka ini mengalami serangkaian konflik yang cukup panjang. Seserius apapun orang dewasa menyikapi agamanya, bagi anak-anak, hari raya keagamaan adalah hal yang menggembirkan. Tak terkecuali bagi saya sebagai muslim, berkumpul bersama keluarga di Hari Raya Idul Fitri adalah karunia tak terkira dari Tuhan Yang Maha Esa. (https://www.islamicfinder.org)
Apapun itu, kita patutlah bersyukur hidup di negara dengan banyak agama sehingga bisa memanfaatkan hari libur keagamaan untuk sejenak melepas penat dari rutinutas dan berkumpul bersama keluarga. Sekian. Selamat menjadwalkan rencana berlibur di tanggal-tanggal merah. Mohon maaf jika ada kesalahan.
Sumber:
Dalam Jaringan
(1)(2)
Luar Jaringan
Majalah Nat Geo Edisi Desember 2017
Lihat Humaniora Selengkapnya