Si Ber-uang (dokumentasi pribadi)
Perjalanan saya lanjutkan ke tempat istana para kera. Di sini, para pengunjung sangat antusias melihat kera yang begitu banyak. Meski lagi-lagi, kondisi becek dan bau yang cukup menyengat saya rasakan, tapi saya cukup terhibur. Bagi saya, para kera adalah hewan paling semangat diantara hewan lain di KBS ini. Mereka melompat, saling berguling, hingga mencoba berenang di sekitar genangan air. Inilah salah satu daya tarik tempat ini.
Kerajaan Kera (dokumentasi pribadi)
Puas dengan sang kera, saya melanjutkan perjalanan ke sang gajah. Binatang bertumbuh tambun ini masih menjadi favorit saya. Saya selalu kagum dengan porsi makannya yang luar biasa. Di sini saya kembali bernostalgia. Takut berfoto dengan sang gajah karena jarak saya dengan gajah cukup dekat. Tapi, kini berbeda. Mungkin, karena untuk keamanan, kaki sang gajah dirantai. Jadi, ia tak bergerak dengan leluasa sehingga saya bisa memotretnya.
Sang Gajah dan rantai di kakinya (dokumentasi pribadi)
Saya pun kembali melanjutkan ke tempat hewan lainnya. Ada rusa, unta, kuda nil, dan yang paling saya suka adalah kangguru. Kangguru khas Indonesia yang tinggal di Papua. Saat sekolah dulu, saya masih sering tidak percaya kalau ada kangguru yang hidup di Indonesia. Meski guru saya sering membahas hewan tipe Australia dengan kangguru salah satu diantaranya, saya masih belum seratus persen percaya. Saya belum melihatnya langsung. Dan di KBS ini, saya bisa menemuinya. Saat di Jatim Park II Batu dulu, sang kangguru sedang tak tampak.
Berttemu kangguru. Ini Kangguru Indonesia (dokumentasi pribadi)
Lalu, sejenak saya melepas lelah di sebuah kursi panjang. Melihat canda tawa anak-anak riang gembira menaiki sebuah rupa hewan. Ah, saya juga masih ingat dulu senang sekali naik benda itu. Berfoto dengan kamera film, saya sering tak sabar saat mencetaknya. Kini anak-anak itu bisa dengan mudah diabadikan oleh orang tuanya.
Saya senang sekali melihat pemandangan ini (dokumentasi pribadi)
Sayang, saya tak bisa lama-lama duduk di sana. Lagi-lagi, bau yang cukup menyengat membuat saya ingin segera pergi. Mungkin lagi, akibat derasnya hujan semalam membuat kondisi becek dan tak enak. Sayapun bergegas menaiki wahana perahu yang belum pernah saya coba. Wahana dengan tarif 10 ribu rupiah ini akan membuat pengunjung merasakan sensasi berbeda. Dulu, saya belum sempat menaikinya lantaran waktu yang terbatas.
Rupanya, penumpang harus memakai life jacket. Wah, saya agak parno, mungkin ada buaya di dalam danau. Tapi tak apa, toh ini juga untuk keselamatan juga kan? Perahu yang saya naiki akan memutari danau di dalam KBS. Di tengah danau terdapat tempat tinggal semacam beruk (saya lupa namanya) yang bergelantungan. Asyik sih, sambil melihat pemandangan unik itu, kita bisa naik perahu. Perahu yang saya naiki juga menyediakan pemandangan berbeda. Ada semacam pepohonan rindang seperti hutan di kiri kanan, namun nun jauh di sana, ada pemandangan gedung bertingkat. Dan ini, ada di tengah Kota Surabaya. Membaca masalah KBS saya jadi sedih dan berharap jangan sampai tempat ini ditutup dan berganti aneka tempat hedonis yang merajalela.
Menaiki perahu dan merasakan sensasi berbeda (dokumentasi pribadi)
Pepohonan rindang dilatarbelakangi Gedung Pencakar langit. Inilah Surabaya. (dokumentasi pribadi)
Setelah menaiki perahu, saya pun harus mengakhiri perjalanan nostalgia masa kecil saya. Sebelum pulang, saya melihat sebuah papan bertuliskan wisata ini telah berusia satu abad. Usia yang spesial. Meski banyak hal yang menurut saya KBS benar-benar dimakan usia, tapi KBS masih ingin menunjukkan eksistensinya. Meski ada banyak saingan seperti Jatim Park II yang jauh mentereng, mengunjugi KBS menyuguhkan suasana berbeda. Saya tak harus melihat satwa dari balik kaca seperti di Jatim Park II.Â
Saya tak harus berdesak-desakan dengan pengunjung lainnya. Saya tak perlu merogoh kocek lebih dalam. Saya bisa puas membawa makanan dari luar. Selain itu, saya kembali bersnostalgia masa kecil saya. Saya juga menemukan kesederhanaan para pengunjungnya. Dan, yang paling saya suka adalah, tempat ini tak hanya mengejar keuntungan semata, tapi juga turut menyelaraskan alam yang berguna bagi anak cucu kita.
Meski terlambat, selamat ulang Tahun KBS. Semoga tetap berjaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya