Suatu sore saya jalan-jalan di Mall. Langkah kaki saya akan menuju toko buku. Di tengah perjalanan ke sana, saya dicegat oleh dua orang. Seorang pria dan seorang wanita. Mereka berpakaian necis. Lalu, sang wanita langsung berbusa-busa menawarkan saya “hadiah”. Dia mengatakan saya adalah seseorang yang beruntung karena memiliki kesempatan untuk mendapatkan hadiah senilai jutaan rupiah. Mereka langsung mengajak saya ke sebuah stand. Karena mereka cukup memaksa, saya ikut saja.
Di sana saya diberi sebuah kertas. Di kertas itu berisi beberapa macam hadiah yang dimaksud. Ada alat fitness, home theatre, iPad, dll. Rata-rata harganya di atas lima juta rupiah. Di kertas tadi juga terdapat beberapa kode-kode yang tertutup berisi kode hadiah tadi. Si mbak tadi menjelaskan bahwa saya harus menggosok kode itu untuk dicocokkan pada kode hadiah.
Saya iseng saja menggosok salah satu kode. Langsung si mbak tadi mencocokkan dengan kode hadiahnya. Lalu dia bilang kalau saya dapat alat fitness. Wah senang dong dapat alat fitness, biar bisa membentuk badan. Saya langsung tanya kapan saya bisa dapet hadiahnya. Tidak salah kan pertanyaan saya?
Tapi mbak tadi malah bilang, “Hadiahnya bisa diambil setelah anda membeli salah satu produk kami di bawah ini dan membayar pajak sebesar 20%.”
Saya langsung ilfeel, tadi katanya dapet hadiah, tapi sekarang kenapa harus beli dan ini-itu? Mengapa mereka tak menjelaskan dari awal? Jangan-jangan ini penipuan. Saya sudah tak mikir lagi yang penting tujuan saya ke toko buku bisa segera terlaksanakan.
Lalu saya bilang ke Mbaknya kalau saya tak bawa uang banyak. Mbaknya bilang gak apa-apa ada kesempatan beberapa hari. Tapi saya bersikeras tidak mengambil hadiahnya. Alasannya saya benar-benar taka da uang. Lagipula produk yang harus saya beli tidak terlalu penting. Saya mohon ijin mau keluar. Tapi kedua orang itu malah semakin mencegah saya keluar stan tadi. Saya tetap bersikeras mau keluar. Eh si mas yang badannya kekar dan segede gaban malah bilang kalau hadiah yang saya gosok harus diambil dan tidak bisa dibatalkan. Wah meledaklah saya. Lalu saya bilang. “Mas kok maksa sih, tadi kan saya sudah bilang baik-baik. Tolong hargai saya dong!”
Tanpa basa-basi lagi, saya keluar stan itu dan bergegas ke toko buku. Di toko buku saya baru ingat kalau modus seperti ini sudah ada sejak lama. Mereka dulu mengirimkan lewat pos dan menyuruh si “penerima hadiah” mengambil di tokonya. Tetangga saya pernah sampai memebeli barang yang diminta. Ternyata hingga beberapa bulan hadiah yang dijanjikan tak kunjung diterima.
Setelah kejadian itu, saya sesekali memergoki modus yang sama. Kali ini mereka memberikan nomor perdana gratis. Nomor itu menjadi pancingan agar “penerima hadiah” mau melakukan apa yang mereka minta. Mereka biasanya berada di lorong atau pintu masuk Mall. Kadang-kadang saat menawarkan nomor perdana gratis tadi mereka juga cukup memaksa. Kalau sang mangsa terlihat tidak terlalu sibuk, mereka tak segan mengejar.
Cukup disayangkan praktik-praktik penjualan kotor semacam ini dilakukan untuk mendongkrak penjualan. Apalagi bisa dibilang modus penipuan. Selain itu, sifat memaksa mereka yang membuat mengunjung Malll gerah.
Saya tidak tahu mengapa pengelola Mall tidak menertibkan mereka. Atau jangan-jangan mereka telah kongkalikong dengan pengelola. Jika hal ini benar, maka sangat disayangkan. Pengunjung Mall akan merasa tak nyaman.
Buat para pembaca, hati-hati dengan modus seperti ini. Jika anda menemui mereka dan akan dipaksa untuk menggosok hadiah, segeralah ambil ponsel anda dan pura-puralah janjian dengan sesorang. Atau segeralah menjauh meninggalkan tempat itu.
Sekian, semoga bermanfaat. Salam.