Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gak Usah Sekolah, Bimbel Aja!

16 April 2014   15:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Pak yang materi kesetimbangan ini diterangkan lagi dong dari awal,” seru seorang murid bimbingan saya.

“Lho, bukannya sudah diterangkan sama gurumu di sekolah. Sekarang kan tinggal latihan soal aja,” jawab saya.

“Masih gak mudeng, Pak”, sanggahnya lagi.

“Di bukumu lho ada. Kamu kan tinggal baca. Nanti tinggal tak terangkan yang gak jelas saja,” jawab saya lagi.

“Wah kalau suruh baca lagi ngapain capek-capek les, Pak”.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Itulah sepenggal percakapan antara saya dengan murid bimbel yang saya ajar, dua hari menjelang UN kemarin. Miris, melihat anak-anak sekarang yang bersikap seperti itu. Sudah SMA pula.

Sepertinya, mereka tidak terlalu niat saat pelajaran di sekolah. Terlebih lagi, mereka sangat berharap banyak dengan kegiatan bimbingan belajar yang mereka ikuti di luar. Apa yang diberikan guru bimbel lebih mereka ikuti daripada apa yang diberikan guru mereka di sekolah. Cara-cara yang diajarkan guru bimbel lebih mereka ikuti.

Sungguh sebuah ironi. Padahal fungsi dari bimbel adalah untuk menambah pemahaman materi dengan memberikan pelatihan-pelatihan soal agar lebih mantap. Tak hanya itu, bimbel juga bertujuan untuk melengkapi apa yang belum bisa tersampaikan di sekolah mengingat terbatasnya waktu.

Meski begitu, bimbel bukanlah segalanya, bukanlah yang utama. Tetaplah proses belajar di sekolah adalah yang paling penting. Mengingat proses belajar di sekolah ini meliputi berbagai aspek, tidak seperti di bimbel yang hanya bertumpu pada aspek kognitif semata dan mengejar nilai maksimal.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="putih-abu.com"][/caption]

Memang dengan menjamurnya bimbel sedikit banyak menjadikan peran pembelajaran di sekolah menjadi tergeser. Rata-rata mereka kurang antusias saat menerima pelajaran di sekolah. Tapi begitu kelas bimbel dimulai, langsung semangat 45 mereka keluarkan. Akibatnya, materi yang seharusnya mereka kuasai dan hanya akan diulang saat bimbel menjadi  materi yang belum mereka kuasai. Dan akhirnya, saat bimbel para tentor harus kembali lagi mengulang materi dari awal, seperti guru mereka di sekolah.

Fenomena pendewaan bimbel ini semakin menjadi-jadi karena para siswa merasa telah membayar mahal untuk bimbel, lebih mahal daripada uang sekolah mereka. Akibatnya, mereka merasa benar-benar menggantungkan diri pada bimbel. Memang hal ini juga disebabkan oleh para pengelola bimbel yang memberikan garansi bahwa jika siswa yang ikut di dalam bimbel mereka akan dijamin lulus UN dengan memuaskan dan lolos SNMPTN atau tes-tes lain.

Memang cukup sulit untuk mengubah pola pikir siswa tentang bimbel ini. meski ada juga yang masih niat saat di sekolah dan tetap niat saat bimbel, namun hal ini harus segera diatasi. Pihak sekolah  (dan bimbel) juga perlu proaktif memberikan pemahaman bahwa sekolah tetap nomer satu. Sekolah tetap yang utama, jika ingin lebih menguasai materi maka ikutlah bimbel. Jadi, bukan terbalik. Seperti halnya hukum islam, sekolah adalah sebuah kewajiban sedangkan ikut bimbel adalah sunnah (muakkad).

Sekian, Mohon maaf jika ada kesalahan. Selamat berjuang bagi adik-adik SMA yang menempuh UN, semoga sukses. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun