Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rumpiknya DP Peserta Bela-belaan Capres

11 Juni 2014   19:33 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak seperti Piala Dunia edisi sebelumnya yang bisa kita saksikan para pendukung tim peserta PD, kali ini sedikit berbeda. Jika biasanya kita melihat bendera negara peserta PD mewarnai berbagai aspek kehidupan, terutama di dunia maya, kali ini tidak akan kita saksikan sebagaimana mestinya. Semuanya dikarenakan pilpres. Pendukung capres alias peserta bela-belaan capres memberikan warna baru di dunia hiburan politik. Apalagi kalau bukan memasang angka nomor urut capres pilihannya.

Tidak tahu pasti siapa yang memulai. Tapi lama-lama memasang nomor urut seakan menjadi suatu kewajiban seperti halnya saat memasang bendera merah-putih pada momen 17 belasan. Ada nomor 1 dengan lambang garuda milik peserta bela-belaan capres yang mendukung Pak Wo alias Prabowo Subianto.  Ada pula yang memasang nomor urut 2 milik peserta bela-belaan capres yang mendukung Pak Wi alias Bapak Joko Widodo aka Jokowi. Semuanya ingin tampil di depan, memastikan dirinya ambil bagian dalam perhelatan akbar lima tahun sekali ini.

Sah-sah saja sebenarnya, terlebih peserta bela-belaan capres ini rela menghibahkan separuh foto profilnya, baik di Kompasiana, Facebook, Twitter, Tumbrl, BBM, WA, sampai KTP. Tapi jangan sampai jadi bahan untuk saling perang di jejaring sosial. Sebagai seragam resmi untuk saling menghujat, menjatuhkan, dan memaki. Memasang DP dengan gambar tersebut seharusnya dijadikan sebuah renungan bahwa kita telah ikut dalam suatu tim pemenangan capres. Ketika kita masuk di dalam tim pemenangan capres tersebut, maka kita juga harus bisa menjaga nama baik capres yang kita usung. Bagaimana caranya? Ya berkampanye dengan baik, dengan sopan, menjual visi-misi dan program capres pilihan, serta tetap santun saat berbeda pendapat dengan peserta bela-belaan capres lain. Memang cukup sulit untuk tetap adem terlebih di dalam suasana yang cukup ingin melakukan ritual kipas-kipas. Tapi melihat peserta bela-belaan capres yang sudah berumur, sudah dewasa, apa lantas jika membela salah satu capres dan memasang DP tanda ikut bela-belaan merasa benar sendiri. Merasa yang lain bodoh, salah, dan sesat? Direnungkan sendiri ya penulis hanya takut sesat pikir kalau menjustifikasi lebih dalam.

Tidak hanya peserta bela-belaan capres nomer 1 dan 2 saja yang eksis, peserta bela-belaan capres nomer lainnya juga bisa eksis. Seperti peserta capres nomer 3 alias netral dan nomer 4 yang juga netral. Ada juga nomer lain yang meramaikan suasana pilpres. Melihat fenomena ini sebenarnya ada beberapa kalangan yang merasa bosan dengan peserta bela-belaan capres nomer 1 dan 2. Akhirnya mereka dengan idenya membuat kubu baru semaunya. Yah inilah demokrasi, mau memihak siapa saja terserah yang penting tetap damai dan heppi-heppi saja. Di balik semua itu, ada rasa kangen di mana kita bisa tetap adem tanpa ada saling sindir antar teman, saling ejek, dan saling lempar batu. Mungkin bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba dapat sedikit mencairkan suasana.

Capres boleh nomer satu atau dua, tapi jangan lupa sebut nama saya tiga kali

Wassalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun