Masih bulan Agustus berarti masih dalam suasana peringatan HUT RI ke-69.
Kalau di kampung saya peringatan HUT RI telah berakhir minggu kemarin , tapi tidak untuk di kota. Hari ini (30/08/2014) pihak Pemerintah Kota Malang menyelenggarakan karnaval besar-besaran. Acara ini dimulai pada pukul 10.00 WIB di Balai Kota Malang. Karnaval ini diikuti oleh perwakilan dari 5 Kecamatan dan 57 Kelurahan di Kota Malang serta beberapa pihak yang berkenan menampilkan atraksinya.
Peserta yang tampil dalam karnaval kali ini cukup all out. Mereka mengenakan busana dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya mengenakan berbagai busana khas, namun mereka juga menampilkan atraksi yang memukau para penonton di tepi jalan. Pawai mobil hias berisi perlatan musik yang dimainkan di sepanjang jalan juga ditampilkan.
Salah satu yang menarik perhatian adalah kesenian Sisingaan yang berasal dari Jawa Barat. Maklum saja, kesenian ini jarang ditampilkan di Kota Malang. Selain itu, atraksi tari dari suku Dayak juga membuat penonton berdecak kagum. Yang juga membuat penonton senang adalah atraksi barongsai. Banyak anak-anak yang ingin meminta berfoto dengan barongsai. Keinginan mereka diakomodassi oleh petugas yang mendampingi barongsai. Sesekali, barongsai berhenti untuk menuntaskan hasrat narsis para penonton.
Atraksi asli dari Kota Malang sendiri juga ditampilkan. Kali ini, para siswa SMP Negeri di Kota Malang mengenakan topeng Malangan dalam berbagai karakter. Dan yang paling ditunggu tentu saja kesenian bantengan. Kesenian yang menggambarkan bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajah, yang disimbolkan oleh banteng yang melawan macan menjadi tontonan yang memacu adrenalin. Penari bantengan melakukan atraksi kalap yang membuat penonton berhamburan. Entah kalap yang dilakukan benar-benar terjadi atau bohongan, yang jelas bantengan selalu ditunggu.
Akibat adanya karnaval ini, ruas jalan protokol di Kota Malang menjadi macet. Penonton banyak yang memarkir kendaraannya di tepi jalan. Yang cukup disayangkan, pengaturan lalu lintas kurang begitu baik. Akibatnya, beberapa kali terjadi insiden tersenggolnya peserta karnaval dengan pengguna jalan yang lewat. Mungkin lain kali pihak panitia bisa memperbaiki masalah ini.
Meskipun panas terik di siang hari, peserta karnaval tetap semangat melanjutkan perjalanan hingga finish di Stadion Gajayana Malang. Di balik masih adanya kekurangan, karnaval kali ini menjadi momen untuk mempersatukan warga kota yang hidup majemuk. Dengan menampilkan budaya dari berbagai daerah paling tidak warga bisa belajar untuk bertoleransi terhadap orang lain sehingga kasus yang terjadi di Yogyakarta tidak sampai terulang lagi.
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.
Foto: Dokumen Pribadi. Copy-paste diizinkan dengan menatutkan link postingan ini.