Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[Behind the Scene] Sang Ujung Tombak di Sebuah Sekolah

15 Februari 2015   00:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau anda diberi pertanyaan, pekerjaan apa yang paling sibuk di dunia?

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Ilustrasi (http://wa2010.ee.itb.ac.id/)"][/caption]

Pasti anda akan menjawab dengan jawaban beragam. Ada yang menjawab Presiden, penyanyi, aktor/aktris, dokter, dll. Semua memiliki alasan jawabannya masing-masing. Karena pertanyaan ini subyektif, maka tiap orang boleh berargumen sesuai pemikirannya. Tapi, bagi saya, pekerjaan yang paling sibuk di dunia adalah staf Tata usaha di sebuah sekolah.

Alasan pemilihan pekerjaan ini didasarkan pada pengamatan saya setelah bekerja beberapa waktu di sebuah institusi pendidikan. Sebelumnya, saya menganggap pekerjaan staf Tata Usaha (TU) hanyalah sebatas administrasi surat-menyurat dan mengurus segala administrasi sekolah lainnya. Tapi anggapan saya ternyata saya salah. Ada banyak (jutaan mungkin) pekerjaan yang harus diselesaikan oleh staf TU. Apa sajakah itu?

Staf TU juga bertindak serta bertanggung jawab atas berbagai laporan mengenai sekolah melalui berbagai macam aplikasi online maupun offline. Ada Padamu Negeri, BOS Online, Data Pokok Pendidikan Dasar (Dapodikdas), dan beberapa aplikasi lainnya. Kesemua laporan tersebut harus dikerjakan dalam tenggat waktu tertentu secara berkala tiap semster atau tiap bulan.

[caption id="attachment_351099" align="aligncenter" width="639" caption="Tampilan laman Siap Padamu (http://simpadamu.siap.web.id/)"]

14239102621629276028
14239102621629276028
[/caption]

Dalam satu aplikasi ada banyak data yang harus dimasukkan. Mulai dari Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PTK), peserta didik, kurikulum yang digunakan, hingga sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Semua harus dimasukkan dengan seksama dan teliti karena sistem akan membaca laporan yang diberikan secara terpusat (nasional). Akurasi dalam memasukkan data akan berdampak pada tunjungan sertifikasi guru (PNS/non PNS), dana BOS yang cair, dan akreditasi sekolah yang bersangkutan.

[caption id="attachment_351100" align="aligncenter" width="600" caption="Laman BOS Online (http://lapor.bos.kemdikbud.go.id/)"]

142391058430783345
142391058430783345
[/caption]

Sebenarnya, jika pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan suasana yang nyaman dan tenang, pekerjaan akan selsai tepat waktu dan lancar. Tapi, seringkali staf TU mengeluh karena banyak pekerjaan tambahan, baik dari Kepala Sekolah, guru, maupun dari pihak lainnya seperti Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan yang beraneka rupa menjadikan staf TU kewalahan dan keteteran dalam melaksanakan tugasnya. Belum lagi, jika ada even-even tertentu yang menyita banyak waktu, seperti lomba-lomba antar kecamatan/kota dan lain sebagainya.

Seringkali, saya melihat staf TU di tempat saya harus melembur mengerjakan ini-itu hingga sore bahkan malam. Apalagi, sekolah tempat saya bekerja merupakan sekolah inti di dalam gugusnya yang memimpin beberapa sekolah di sekitarnya. Alhasil, tak hanya mengurusi satu sekolah saja, staf TU di sekolah saya juga mengurusi beberapa sekolah lainnya. Berbagai jenis administrasi yang berkaitan dengan sekolah dalam satu gugus mau tak mau juga diurusi oleh staf TU sekolah saya.

Disadari atau tidak, staf TU memiliki pekerjaan berat. Jika satu sekolah memiliki beberapa orang staf mungkin beban berat tersebut akan berkurang. Tapi, jika hanya ada  satu orang staf TU seperti di sekolah saya, maka staf TU tersebut harus bekerja ekstra keras. Karena dialah nyawa dari sekolah tersebut, selain kepala sekolah dan para guru tentunya.

Meski memiliki beban kerja yang tinggi, staf TU hanya digaji di bawah UMR. Saya tak tahu di sekolah-sekolah lain yang mungkin mampu menggaji tinggi. Melihat realita di sekolah saya (yang sekolah negeri) dan sekolah lain, tak ada nominal 1 juta rupiah yang masuk ke kantong staf TU setiap bulannya. Keberadaan mereka seringkali tak terlalu diakui. Kalaupun mereka diangkat sebagai PNS, mereka akan ditugaskan menjadi staf kelurahan atau kantor dinas lainnya, bukan pada sekolah. Jadi, disadari atau tidak, keberadaan staf TU, terutama di sekolah dasar, masih mengambang.

Saya tidak tahu, entah sampai kapan nasib mereka seperti ini. Setali tiga uang dengan guru honorer yang juga tak terlalu jelas, mereka hanya bisa berharap dan bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau saja, ada perbaikan masalah pendidikan, saya hanya bisa berharap, masih ada juga perhatian terhadap staf Tata Usaha, sang ujung tombak sekolah.

Sekian. Mohon Maaf jika ada kesalahan. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun