Masih terpahat jelas dalam ingatan ku sayang
Saat huruf-huruf nama kita
kita ukir berdua di luasnya bentang pasir
kemudian ombak datang mendesir
namamu, namaku, menyatu dalam sapuannya
kau tersenyum menatap sipit mataku
hatiku tergelitik malu mengintip lesung pipimu
ah.. Saat itu aku mengira tuhan pun sangat setuju
Menggambar lambang hati di pantai yang basah
adalah kebiasaan kita mengusir resah
kemudian bekas kaki kita yang beriringan
diciumi ombak bersahutan
memandang jauh ke arah lautan
adalah gambaran masa depan kita yang sangat panjang
tak berujung tak kan ada bingung
manis dan akan terus romantis.
Menghabiskan waktu senja bersamamu
seperti tertidur tau taunya terbangun
waktu yang kita lewati
bagaikan gores-gores mimpi
yang indahnya tak pernah sebelumnya aku dapati.
Waktu-waktu manis itu
hampir tak ada tutur tanpa senyum
hampir tak ada diam tanpa lamun
hampir tak ada hembus nafas yang tak ikhlas
hampir tak ada doa kecuali engkau yang ku pinta
dan aku benar2 hampir gila.
Saat tak sengaja merapikan baju
terkadang menjumpai guntingan kecil fotomu
dari situ rangkaian kisah kita bermula
dari dalam benakku jelas sekali menyala
apalagi kala bisik jam tangan itu menggoda
bahwa kaulah yang memberikannya.
Tapi tak apalah sayang
aku akan bawa memoryku
kaupun bawa memorymu
jika tuhan tetap saja tidak setuju
akan aku gantung memoryku
pada plang jalan menuju rumahmu
agar orang-orang yang lewat pun bertanya
Ini memory siapa..?
Ikrom Shaliadi
22 : 33 20/04/2013
Nacr City, Cairo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI