Mohon tunggu...
ikrom gemilang
ikrom gemilang Mohon Tunggu... Administrasi - PRIA Penyuka Sate

bukan siapa siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Elektabilitas Partai Demokrat dan AHY Semakin Tinggi di Voting Twitter

12 Juni 2020   16:07 Diperbarui: 12 Juni 2020   16:06 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi, hasil screenshot

Hasil survei elektabilitas yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei terkait sosok pemimpin masa depan di tanah air sudah banyak bermunculan di media sosial beberapa hari belakangan ini. Di antara sosok yang tengah ramai diperbincangkan oleh lembaga survei, politisi hingga masyarakat pengguna internet (netizen) lebih condong memilih politisi muda dibanding politisi senior. Begitu pun dengan partai politiknya. Jadi perbincangan hangat warga internet.

Tak sedikit akun-akun bergenre politik melakukan survei sederhana lewat pemungutan suara secara langsung yang dilakukan di akun medsos Twitter dan Instagram. Sehingga dari hasil voting tersebut netizen atau pengguna internet bisa mengetahui seberapa besar pengaruh parpol tersebut di tanah air.

Parpol yang dijadikan subjek pemungutan suara secara langsung rata-rata memiliki pendukung terbanyak dan miliki elektabilitas cukup tinggi di tengah masyarakat.

Seperti Partai non pemerintah, Partai Demokrat, Gerindra dan PKS. Tiap-tiap parpol ini dipilih langsung oleh masyarakat melalui akun medsos masing-masing. Sedangkan partai pemerintah tidak banyak yang melakukan pemungutan suara karena dianggap telah gagal menangani masalah pandemic covid-19. Otomatis, partai non pemerintah lagi dilirik oleh masyarakat di saat pandemic berlangsung.

Lalu apa saja keuntungan dari pemungutan suara di media sosial?

Dengan adanya pemungutan lewat medsos ini, netizen bisa mengetahui langsung hasil voting tersebut melalui poin persentase secara otomatis dari akun yang menyelenggarakan pemungutan suara itu. Sehingga terlihat di saat itu juga, partai mana yang dipilih dan sosok muda mana yang banyak dipilih oleh masyarakat. Rata-rata hasil dari pemungutan suara yang dilakukan, Partai Demokrat menempati posisi tertinggi dan teratas dibanding partai lainya.

Dok. pribadi, hasil screenshot Twitter @K1ngPurw4
Dok. pribadi, hasil screenshot Twitter @K1ngPurw4

Kemudian disusul Gerindra, dan PKS. Sosok muda yang dielukan memimpin Indonesia di masa depan, masyarakat memilih AHY. Sedangkan rivalitas lainya seperti Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Puan Maharani jauh tertinggal.

Berdasarkan data yang pernah dirilis oleh Facebook, Instagram dan Twitter melalui Yahoo.com beberapa waktu lalu, di sana diterangkan masing-masing pengguna media sosial aktif cenderung dipakai oleh remaja hingga orang dewasa.

Selain itu, masing-masing medsos memiliki tempat bagi genre penggunanya. Seperti Facebook lebih banyak dipakai oleh Pria dan Wanita. Instagram lebih banyak digunakan Wanita karena lebih simple dan mampu memuat banyak foto dan video untuk berswafoto. Sedangkan twitter mayoritas penggunanya Pria karena sedikit rumit bagi pengguna baru.

Survei tersebut hanya sebatas pantauan para pengguna media sosial dalam kondisi hari ini. Bukan sebagai acuan serius untuk menentukan parpol mana yang memiliki elektabilitas dan pendukung terbanyak jelang Pemilu mendatang.

Netizen lebih mempercayai Partai Demokrat karena terbukti telah nyata membantu masyarakat terkena dampak pandemic covid-19 melalui Gerakan Nasional Partai Demokrat lawan virus corona.

Keuntungan lainya dari penggunaan internet yang aktif di media sosial, masyarakat bisa berinteraksi langsung dengan pemilik akun media sosial milik kader Partai Demokrat tersebut.

Pengguna medsos bisa curhat mengenai permasalahan yang dihadapi. Tentunya soal birokrasi dan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat karena Partai Demokrat sangat terbuka untuk mendengarkan aspirasi rakyat.

Politisi Muda Rebut Hati Rakyat

Di kepengurusan Partai Demokrat yang baru, AHY dibantu oleh anak muda yang sudah melewati beberapa proses panjang untuk duduk di kepengurusan periode 2020-2024 mendatang. Mereka yang terpilih benar-benar paham mengenai kondisi politik, hingga cara berpikir yang dipakai lebih mengikuti politik zaman 'now'. Alias tidak kolot atau kuno. Artinya, Partai Demokrat memiliki kader-kader cerdas dalam merumuskan kebijakan yang benar-benar dibutuhkan oleh rakyat.

Sosok Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) boleh jadi akan semakin diperhitungkan dalam kontestasi Pilpres 2024. Tanpa pengalaman menduduki jabatan publik, elektabilitas AHY ternyata mampu berada di papan atas. Yang terlihat dari hasil survei Indikator Politik dan survei yang dilakukan melalui voting Twitter terkait elektabilitas tokoh yang berpotensi menjadi calon presiden pada perhelatan pemilu 2024 mendatang. AHY sanggup bersaing dengan sejumlah tokoh yang saat ini tengah menduduki jabatan publik yang strategis.

Tak salah bila partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mampu rebut hati rakyat yang juga berasal dari kaum milenial. Proses seperti ini berguna untuk mengetahui apa saja kebutuhan rakyat hari ini yang tak terlepas dari peran digital dalam kehidupan sehari-hari. Semua bisa dilakukan lewat satu media, yaitu internet.

Belajar dari Era SBY

Salah satu alasan lainya, kenapa masyarakat internet memilih Partai Demokrat dan AHY karena aksi nyatanya sudah terbukti. Tidak perlu diragukan lagi. Apalagi yang ikut berpartisipasi dalam pemungutan suara digital ini didominasi oleh masyarakat berusia 17 hingga 40 tahun.

Bicara soal sosok AHY dan Partai Demokrat, tentu tidak bisa jauh dari pengalaman. Saat Susilo Bambang Yudhoyono masih menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Partai ini mampu mengalahkan Partai besar lainya untuk berkuasa di Indonesia hingga 10 tahun lamanya.

Tiap-tiap kebijakan yang dikeluarkan SBY memang untuk keperluan rakyat. Kebijakan yang fenomena hingga hari ini selain infrastruktur, jaminan kesehatan masih dipakai oleh Presiden Jokowi. Jaminan kesehatan yang lebih kita kenal dengan BPJS, dulunya bernama Asuransi Kesehatan (askes). Rakyat sudah tidak memikirkan beban biaya untuk berobat.

Hingga akhirnya saat SBY sudah tidak menjabat ASKES masih tetap dipakai dengan nama baru BPJS. Masih banyak lagi kebijakan SBY yang dipakai oleh Presiden Jokowi. Namun tidak semuanya saya ulas mengingat perut sudah keroncongan belum makan siang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun