Komunikasi politik secara persuasif dan merepresikan esensi pendidikan politik etis yang merupakan bagian terpenting dalam menjalani kegiatan politik. Alih-alih mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap marwah politik itu sendiri. Jika kita menganalisis hingga akar rumput, Â tak sedikit kalangan civil society yang telah mengklaim bahwa "Politik itu kejam", "Politik itu bejat", "Politik itu tidak baik", "Politik itu munafik", "Politik itu kotor" dan seterusnya.
Kemudian jika kita merefleksikan terhadap filsafat politik bahwa politik adalah upaya dalam mencapai kebaikan bersama. Dalam pencapaian kebaikan bersama tersebut, sudah barang tentu dalam arti memprioritaskan cara yang baik.
Baca Juga: Antara Dilan dan "Political Will"
Melalui edukasi politik etis, harapannya meningkatkan kesadaran masyarakat, lebih berfikir jangka panjang, menghindari politik uang, menghindari sara, menghindari kegiatan hoaks, mengedepankan pentingnya nilai demokrasi terlebih pada konteks kontestasi politik tahun 2019 ini.
Pun demikian degradasi tingkat kesadaran masyarakat terhadap dinamika politik membuatnya apolitis dalam arti acuh terhadap dialektis politik. Bukan berarti tidak memiliki sebab dan akibat yang tertanam secara fundamental pada daya ingat atau pikir masyarakat. Tentunya mengalami tekanan secara psikologis yang dilahirkan oleh kegiatan politik. Itulah pentingnya edukasi politik etis; untuk mengembalikan hakikat dari politik itu sendiri.
Baca Juga: Debat Cawapres 2019 yang Melampaui Zaman
Pada tayangan debat Capres ke IV kemarin, serta guna meyakinkan kualitas pemilih dan meningkatkan elektabilitas, baik pada pasangan Jokowi-Ma'ruf ataupun Prabowo-Sandi tentu penting marketing politik; visi dan misinya melalui komunikasi politik dengan memaparkan secara utuh, rinci, jelas dan berkualitas, pada ruang kampanye yang telah ditentukan sebagaimana mestinya.
Kemudian dengan sisa waktu 16 hari ini, dalam penyampaian edukasi politik etis dan pemaparan visi, misi secara utuh dan terstruktur hingga akar rumput, peran keterlibatan Tim; sayap partai pendukung atau underbow; dan Relawan masing-masing capres sangatlah dibutuhkan.
Bila perlu masing-masing kubu menyiapkan komunikator profesional yang mumpuni dalam menyambungkan maksud dari tujuan visi, misi; penafsiran atau pemaparan masing-masing capres tersebut, lantaran agar tidak ada kesalahpahaman dalam penafsiran atau pemaparan visi, misi yang disampaikan masing-masing capres. Alih-alih dapat memikat masyarakat agar berpihak atau memilih capres tersebut.
Pada pemilihan serentak ini, ada peluang untuk memanfaatkan caleg di masing-masing daerah atau wilayah guna memberikan edukasi politik etis serta menyinergikan visi, misi yang telah disampaikan pada masing-masing capres.
Pada konteks sinergi ini sudah barang tentu caleg tersebut dapat menjawab atau memahami posisinya dalam arti standing position partai apa yang digunakan sebagai kendaraan nya dan tidak menutup kemungkinan memiliki korelasi pada perspektif institusionalimse.
Artinya partai yang digunakan tersebut memiliki afiliasi terhadap pemilihan Presiden. Jadi padi konteks edukasi politik etis serta penyampaian visi, misi secara terstruktur dan serentak ini tidak berbeda jauh dengan mekanisme pemilihan serentak serta semakin efektif dan efisien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H