Mohon tunggu...
Is Ko
Is Ko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yg tidak sabar..... karena itu mungkin Sang Maha sering memberi ujian tentang kesabaran.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bye...Bye...

22 Januari 2011   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4 tahun yang lalu saat asa tak lagi ada, kuhabiskan dalam kekosongan tanpa arti. Dalam pandangan yang tak berpenghuni, terlintas jalan pintas agar semua cepat berakhir.

 

Anginpun tak bisa memberikan ketenangan saat kupenuhi sengan asap rokok setiap malam sampai menjelang pagi sekalipun.

Ayat-ayat suci tidak jua mengilangkan perih dan dendam dihati saat kekosongan berselang, walaupun pada akhirnya bisa membuat asa kembali tumbuh dan pandangan kembali berpenghuni hingga jalan pintas itu tak terfikirkan lagi.

 

Kulepaskan hal yang mengingatkanku akan sakit itu,

Kutinggalkan kehidupanku yang menyertai saat sakit itu tertoreh,

Kujauhi teman, pekerjaan dan semua kehidupanku saat kau menjadi bagiannya.

 

Kulangkahkan kaki dalam pandangan orang asing disekitarku.

Saat akhirnya kutemukan pengganti waktu yang terbiasa kuhabiskan denganmu. Kuselami setiap apa yang tertulis, kubayangkan dalam imajinasi kalau terjadi dihadapan, kutunggu selalu kemunculannya dalam kesetiaan.

Kesepianku berkurang, kesendirianku tak lagi menyeret dalam dendam yang membakar.

Selalu kunantikan saat dia membawaku dalam imajinasi terindah,

Selalu kurindukan saat kalimatnya menggugah rasa yang sempat hilang dalam hatiku,

Selalu kutunggu permainannya yang akan selalu menjaga fikiran terbodoh itu menyapaku lagi.

1 tahun lebih dia menemaniku melewati saatsaat terkelam dalam hidupku.

 

Dia sangat berarti, tapi selalu saja mengingatkanku penyebab mengapa dia selalu menemani harihariku. Mungkin saat ini adalah tepat waktu saat aku melepasnya karena ada tangantangan kecil yang harus dia hibur seperti aku dulu.

Selamat tinggal Nakayoshi ku tersayang....

Ringankan beban mereka dengan pesona ceritamu  J

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun