Mohon tunggu...
Is Ko
Is Ko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yg tidak sabar..... karena itu mungkin Sang Maha sering memberi ujian tentang kesabaran.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Komputer oh komputer

4 Desember 2010   07:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291445508456910565

Entah sejak kapan Komputer begitu penting untuk menjadi “kebutuhan wajib” dalam proses belajar mengajar, sampai-sampai uang masuk sekolahpun menjadi lebih mahal karena sudah termasuk paket Notebook didalamnya.

                               *   *   *   *   *   *   *   *

 

Apakah karena mengikuti si pembawa acara yang khas dengan “ kembali ke laptop”-nya itu yang ikut mempopulerkannya, entahlah. Yang pasti pendidikan sekarang makin mahal saja karena factor pendukungnya yang berupa barang mewah ( untuk sebagian orang ).

Walaupun harga computer tidak semahal dulu, tetap saja tidak menghilangkan keterkejutan saya ketika ada customer yang mencari Flash disk berkapasitas kecil Padahal sekarang ini minimal yang ada sudah 2 GB. Kenapa juga cari yg 256 MB atau 512 MB, kalaupun 1 GB masih ada sekarang selisih harga dengan yang 2 GB cuma 5rb – 10rb saja.

 

Ternyata eh ternyata Flash disk itu untuk “Buku Tugas-PR” sekolah, pastinya sewaktu-waktu akan “dipinjamkan” ke guru saat tugas dikumpulkan. Coba hitung berapa Flash disk yang harus dimiliki setiap siswa jika setiap harinya ada 4 mata pelajaran. Kalau-tugas itu selesai diperiksa dalam 1 hari oleh sang guru, ( mungkin ) bisa dipakai untuk tugas pelajaran yang lain. Kalau tidak….?

Belum lagi tugas yang diberikan melalui email para siswa, haduh….

Saya mebayangkan kalau Flash disk itu tiba-tiba saja kena virus yang bisa menghilangkan file yang diserangnya, tidaaaaaakkkkkkkk......

 

Sebenarnya pihak sekolah yang menerapkan sistem seperti itu tujuannya apa ya? Karena secara pribadi saya menilai sistem itu tidak lebih baik dari sistem yang sudah ada. Apakah berarti saya tidak mencintai lingkungan karena saya lebih memilih menggunakan buku sebagai media belajar mengajar. Saya lebih melihat kekenyataan bahwa pengajar akan lebih berlama-lama didepan komputer, berlama-lama berselancar didunia maya dan berlama-lama menghabiskan waktu.

 

Apakah keputusan memilih belajar seperti itu dipengaruhi oleh hal-hal yang tengah populer dimasyarakat-dengan alasan canggih menyamarkan akibat yang tak pernah dibayangkan sebelumnya-seperti kepopuleran Facebook, Twitter, Chatting, You Tube dan bla bla bla

Apakah kenyataan makin banyaknya kasus pelecehan yang menimpa murid dan pengajar itu disebabkan karena mereka “wajib” menghabiskan banyak waktu didepan computer bahkan saat mengerjakan tugas sekolah?

Mungkin itu terlalu berlebihan, tapi saya sepertinya pernah menbaca kalau “Suatu ( berita tentang )kejadian bisa menjadi pemicu kejadian serupa terhadap orang lain”. Pernyataan itu saya baca ketika sedang tren bunuh diri di Mall dan kasus mutilasi Ryan yang setelahnya banyak kejadian serupa ( terungkap ) bahkan sampai sekarang.

 

Tong disakompet daunkeun, itu kata hati saya dipojok sana.

 

Baiklah…. Saya berfikiran begitu karena saya melihat diri saya sendiri yang pada saat saya harus mengerjakan tugas, terkadang diselingi dengan klik sana klik sini dan pastinya jelas-jelas tidak ada hubungannya dengan tugas yang saya kerjakan. Untuk mengusir ngantuk dan mengembalikan konsentrasi, itu alasan saya…

Semoga hanya akan menjadi alasan saya seorang saja.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun