Sudah tiga hari terakhir saya sering berpapasan dengan beberapa orang berpakaian ala santri, lengkap dengan penutup kepala dan jenggotnya. Hari minggu kemarin saya liat 2 orang dari mereka tengah berbincang-bincang dengan Bapa penilik kost diteras rumah. Saya tidak begitu perhatikan karena saya mau berangkat kerja waktu itu, tapi dilihat dari cara Bapa kost bicara jelas aneh. Bapa kost seorang yang humoris tapi ketika itu beliau berwajah serius mendengarkan apa yang disampaiikan tamu misterius itu.
Â
Sampai tadi malam sewaktu pulang kerja saya melihat mereka berbicara dengan abang tukang kerang hijau dijalan. Mereka kali ini lebih banyak, kira-kira 7 orang. Dengan pakaian yang sama dan kelengkapan yang sama pula plus jenggot tentunya. Saya dengan terburu-buru melewati mereka yang tengah mengobrol, hanya sekila saya mendengar " Nanti bapak harus seperti ini bla bla bla". Perasaan saya tidak enak melihat mereka....
Â
Sebelum jemput Salwa saya sempatkan mampir ketempat kakak perempuan saya, kemudian bercerita apa yang tadi saya lihat. Ternyata pikiran kami sama.... Lalu dia ganti bercerita :
Dulu sewaktu dia baru datang kejakarta pernah juga jadi calon JI. Pertama dia diajak oleh teman 1 kost ke tempat pertemuan rahasia. Kenapa rahasia? Karena waktu dikumpulkan disuatu tempat mereka dibawa ketempat lain tapi sambil ditutup matanya. Disana sudah banyak orang seperti dia, untuk kemudian mendengarkan ceramah.
Ceramah itu pertama-tama masih wajar, dalam konteks islam yang biasa. Lalu beliau menyinggung ASAS bangsa Indonesia yaitu pancasila ( 5 sila ) yang menjadikan Indonesia negara Kafir. Beliau menegaskan bahwa mereka yang dikumpulkan disana harus berjuang menjadikan Indonesia menjadi negara islam dan HANYA 1 ASAS yaitu ALLAH SWT. Kitab suci yang dipakai adalah AL-Qur'an yang ada tafsirannya. Dari situ berkembang dengan menyebutkan ayat-ayat Al-Qur'an tentang memerangi orang kafir dan beliau menyebutnya dengan jihad. Jika selama ini kita diam, beliau menyebutnya karena kita tidak pernah tahu isi Al-Qur'an yang sebenarnya. Beliau memakai perumpamaan layaknya seorang pemandu yang jika kita ingin menuju kesuatu tempat yang kita belum tahu, bagaimana kita tahu kalau kita tidak dibawa ketempat tujuan yang kita maksud. Dan disini dia menegaskan bahwa dia berdiri disini untuk pelurus dari orang-orang yang telah disesatkan dengan ajaran islam selama ini. Dari situ kakak saya mulai percaya dengan apa yang didakwahkan dan bertekad untuk jadi bagian didalamnya. Sampai diakhir dakwah, beliau menyinggung tentang biaya berjihad. Dengan berkata bahwa ini untuk melawan kemungkaran maka oang-orang diminta untuk mensedekahkan rizkinya sebesar 20% dari penghasilan.
Saya kaget sekali sewaktu kakak saya bercerita begitu, bagaimana bisa? Kami tidak kekurangan pengajaran agama karena alm mama adalah seorang yang tegas tentang itu. Tapi kakak saya kemudian bisa tersenyum karena gugur menjadi bagian didalamnya. Sebabnya? Karena dia keberatan untuk yg 20% itu hehehehehehehe
[caption id="attachment_176037" align="alignright" width="256" caption="Ilustrasi/Admin (qbheadlines.com)"][/caption]
Â
Kembali ke orang-orang tadi, saya sebetulnya merasa malu karena sudah berburuk sangka kepada mereka. Apalagi dalam perjalanan pulang sehabis jemput Salwa, saya lihat 2 orang dari mereka bertamu kerumah penduduk. Saya tidak tahu berapa lama mereka disini karena mereka tidur dimushola. Diantara mereka ada yang dari Bandung dan Kuningan dan mereka datang kesini bilangnya mau mencari saudara. Tapi bagaimana jika benar seperti pikiran saya? Bukankah sebentar lagi Pesta Kemerdekaan RI segera tiba? Saya hanya bisa berharap semoga tidak ada yang menjadi korban lagi atau lebih tepatnya tidak menjadi "saudara" yang mereka cari itu. Amin.
* Semoga kompasioners memaafkan kekhawatiran saya yang menimbulkan pikiran buruk ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H