Mohon tunggu...
Ikomang selajumadi
Ikomang selajumadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

memancing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengelola Multikulturalisme di Desa Sekartaji: Tantangan dan Solusi Untuk Harmoni Sosial

21 Desember 2024   09:57 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:57 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Sekartaji di Nusa Penida adalah salah satu permata tersembunyi di Bali yang dikenal karena keindahan alamnya dan masyarakat yang erat memegang tradisi Bali. Namun, seiring dengan meningkatnya arus wisatawan dan pendatang dari berbagai daerah, desa ini mulai menghadapi tantangan multikulturalisme. Bagaimana masyarakat setempat dapat menjaga identitas mereka di tengah keberagaman budaya yang semakin hadir?  

Artikel ini mengulas tantangan multikulturalisme yang dihadapi Desa Sekartaji serta solusi yang dapat diterapkan untuk menciptakan harmoni sosial.  

---

Tantangan Multikulturalisme di Desa Sekartaji

1. Perbedaan Nilai dan Tradisi

   Kehidupan masyarakat lokal yang lekat dengan adat Bali sering kali berbenturan dengan kebiasaan pendatang atau wisatawan yang membawa nilai-nilai baru. Konflik kecil dapat terjadi, terutama dalam hal etika atau tata cara sosial.  

2. Bahasa dan Komunikasi

   Bahasa Bali adalah identitas utama masyarakat lokal. Namun, masuknya berbagai etnis dengan bahasa yang berbeda sering menjadi kendala komunikasi yang memengaruhi hubungan sosial.  

3. Kesenjangan Ekonomi

   Wisatawan dan pendatang yang memiliki akses ekonomi lebih besar kerap memicu ketidakseimbangan. Hal ini menciptakan potensi kecemburuan sosial antara masyarakat lokal dan pendatang.  

---

Mengapa Multikulturalisme Penting untuk Desa Sekartaji?

Keberagaman budaya sebenarnya bisa menjadi kekuatan besar jika dikelola dengan baik. Pendatang membawa perspektif baru yang dapat memperkaya tradisi lokal. Wisatawan juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, keberagaman ini justru bisa menjadi sumber konflik yang merugikan.  

---

Solusi untuk Mewujudkan Harmoni

1. Pendidikan Multikultural  

   Desa dapat menyelenggarakan pelatihan atau kegiatan yang mengenalkan pentingnya keberagaman budaya. Misalnya, program kerja sama dengan sekolah atau lembaga pendidikan untuk mengajarkan toleransi dan empati.  

2. Forum Dialog Komunitas

   Membentuk forum rutin antara masyarakat lokal, pendatang, dan wisatawan untuk mendiskusikan masalah bersama. Forum ini bisa menjadi ruang untuk memperkuat rasa saling pengertian.  

3. Memperkuat Identitas Lokal

   Desa Sekartaji dapat secara aktif mempromosikan budaya lokal melalui festival budaya, pelatihan seni tradisional, dan pengenalan adat kepada pendatang dan wisatawan.  

4. Pemberdayaan Ekonomi Lokal

   Memberikan pelatihan kepada masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam ekonomi pariwisata, seperti membuka homestay, mengembangkan produk kerajinan khas, atau menawarkan pengalaman budaya kepada wisatawan.  

---

Penutup: Multikulturalisme sebagai Peluang

Keberagaman budaya di Desa Sekartaji bukanlah ancaman, tetapi peluang besar untuk tumbuh bersama. Dengan pengelolaan yang baik, keberagaman ini dapat memperkuat identitas desa sekaligus membuka jalan menuju kehidupan yang lebih inklusif dan harmonis.  

Melalui dialog yang intensif dan penghormatan terhadap tradisi lokal, Desa Sekartaji dapat menjadi contoh bagaimana multikulturalisme tidak hanya diterima, tetapi juga dirayakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun