Maka dari itu, setiap memulai aktivitas di pagi hari dan bertemu dengan berbagai manusia di lingkungan kita, mari mulai membayangkan mereka (dan juga diri kita sendiri!) sebagai truk-truk sampah yang sedang lalu-lalang dengan beban muatan yang berbeda-beda. Dengan demikian, ketika tiba waktu kita untuk membuang sampah tersebut, kita tidak lantas membuangnya sembarangan. Kita bisa berpikir dua kali sebelum membuangnya dan memilih tempat pembuangan yang sepatutnya. Sebaliknya, jika tanpa diduga kita jadi tempat pembuangan sampah seseorang, kita pun bisa berbesar hati menerima sampah-sampahnya dan melanjutkan hidup kembali tanpa perlu mengambil hati (dibawa santai).
Sejatinya pemahaman konsep truk sampah dan tempat pembuangan sampah ini dapat sendirinya hadir dalam diri seseorang, meskipun ada beberapa orang yang perlu “ditampar” dulu untuk menyadarinya (termasuk saya). Dan pada akhirnya kita harus merujuk pada poin penting bahwa hidup ini terlalu singkat untuk dipenuhi dengan hal-hal kurang baik. Agar berjalan baik, hal-hal yang baik perlu dilakukan dari dua arah secara seimbang, antara truk sampah dan tempat pembuangan sampah. Oleh karena itu, jangan hanya jadi “tempat pembuangan sampah” yang baik, tapi jadilah “truk sampah” yang juga baik.
Salam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H