Untuk menyikapi ketika diantara pilihan yang memaksa kita untuk memberi respons yang cepat dengan pikiran yang tenang dan bijaksana, tentu membutuhkan intensitas waktu yang lumayan, meskipun bukan dalam arti kita terus menghadapi hal-hal serupa berulang kali.Â
Walaupun itu tidak menjamin kita akan berubah, karena marah adalah sesuatu yang bersifat naluriah dan sangat manusiawi. Tetapi, ada hal yang dapat kita atur adalah tentang bagaimana kita mengendaasdlikan pikiran serta sikap kita terhadap kejadian-kejadian di sekitar kita. Terdapat hukum akan berlaku sesuai tindakan yang kita lakukan. Ingatkah pada pepatah mulutmu harimaumu atau lidah itu lebih tajam dibandingkan pedang?Â
Apa yang menjadi output adalah kata-kata yang kita keluarkan. Kata-kata yang digunakan dianggap sebagai cerminan diri. Sementara itu outcome-nya adalah respons atau akibat yang berdampak pada orang lain dan mungkin bisa jadi berdampak juga terhadap diri kita sendiri dari apa-apa yang telah kita ucapkan. Apa yang kita ucapkan menunjukkan jati diri kita, termasuk pada penggunaan kata yang kita pilih.
Hari-hari yang kita telah kita lalui adalah pelajaran-pelajaran yang berarti. Begitupun dengan hari esok dan seterusnya sampai hari kita telah berhenti adalah waktu yang semestinya kita jadikan tempat pembelajar mencapai kebahagiaan sebagai manusia yang hakiki. Meskipun timbul pertanyaan manusia yang seperti apa yang semestinya kita wujudkan?Â
Menjadi dewasa adalah proses kita mengenali diri dan mampu menilai konsep benar dan salah. Buah pemikiran kita adalah cara bagaimana kita memahami situasi. Namun, sebelum menjadi output dengan sebab-akibat yang ada, input sebagai kuasa utama perlu menjadi perhatian. Sebab, itu akan memberi pemahaman pada tindakan kita, termasuk pada pemilihan respons.