Mohon tunggu...
Ikmal Trianto
Ikmal Trianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah mahasiswa setengah pekerja

Tukang nulis amatiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menerima Masalah sebagai Bagian dari Pembelajaran

28 Agustus 2022   09:22 Diperbarui: 29 Agustus 2022   23:35 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah muncul terkadang karena distraksi yang merupakan bentuk gangguan dengan dampak terhadap turunnya daya konsentrasi kita akibat hal lain yang mendominasi isi pikiran kita. Respon kita ketika menghadapi gangguan tersebut adalah dengan menjadi tidak menentu dalam bersikap maupun berpikir. Pikiran kita seolah menjumpai jalan buntu ataupun hal-hal yang dianggap toxic. 

Jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah apa yang kita sekarang sebut sebagai self-healing. Namun sebelum menyatakan healing sebagai solusinya. Kita harus memahami apa yang sebetulnya menjadi sumber masalah serta bagaimana menyikap masalah itu dengan diri kita sendiri sebagai jalan keluarnya.

Masalah yang seringkali kita hadapi itu akan sangat bergantung pada bagaimana kita menyikapinya. Tetapi, tidak semua orang mempunyai cara yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah dan mungkin mampu membalikan situasi ketepurukan tersebut. 

Jika kita menyatakan respon seperti premis berdasar hukum tarik-menarik maka akan seperti ini: Jika kita bersikap tenang, maka solusi akan muncul. Tapi, apabila kita punya kencenderungan sebaliknya, masalah tampak akan semakin rumit.

Solusi dari permasalahan itu akan muncul dengan sendirinya pada waktu yang tepat tanpa perlu kita mencarinya. Terkadang saat kita memerlukannya solusi itu tidak kita jumpai, karena belum tiba masanya.

Kembali pada diferensiasi respon terhadap masalah. Orang yang mendapati masalah terkadang hanya memerlukan tempat untuk mengeluarkan pikirannya dan mungkin membutuhkan justifikasi pada solusi dari orang lain yang sebetulnya sudah mereka ketahui. Respon pendengar kita juga bisa saja akan sangat berbeda dari ekspektasi kita.

Dalam tahapan ini, kita bukan tidak mungkin menjumpai orang yang menuturkan nasihat tetapi terkesan toxic-positivity, yaitu ungkapan yang sebetulnya membangun namun terkesan menjatuhkan.

Setelah melewati toxic-positivity tersebut, kita akan mendapati masalah kedua yakni dengan mengindentifikasi diri secara psikologis tanpa pengetahuan mendasar. 

Sebaiknya kita jangan terlalu terburu-buru dalam mendiagnosa masalah tersebut dengan seketika. Diagnosa mendetil itu perlu dibenarkan oleh analisisa dari ahli melalui sesi konsultasi. 

Kita hanya menyadari pada sebatas gejala di permukaan saja berdasarkan artikel yang kita temukan di mesin pencarian google dan menyimpulkan diagnosanya sebagai hasil akhir.

Sadar ataupun tidak masalah akan memberi dampak psikologis pada kita. Memberi respon adalah bentuk ekspresional secara natural. Maka, penting sebetulnya kita mempunyai manajemen diri yang baik agar mampu menyikapi masalah dengan bijak. 

Semakin sering kita menghadapi masalah, kita akan semakin paham serta tahu seperti apa kita merespon. Premis tersebut tentu tidak mengharuskan kita mencari-cari masalah. Masalah akan mendewasakan kita dan menilai kualifikasi dan kualitas diri kita.

Isu kesehatan mental salah satunya merupakan bagian dari proses belajar dan memahami. Belajar tidak hanya terbatas interaksi di ruang kelas, tetapi meliputi seluruh interaksi sebagai makhluk sosial. 

Sebagian dari kita sering berkontemplasi tentang begitu menyenangkannya dunia anak kecil dan berandai-andai untuk bisa kembali ke sana. Meskipun sebenarnya kita sangat menantikan masa depan dengan bagian menjadi dewasa dan segala macam permasalahannya. 

Kita seperti tidak siap menghadapi masalah-masalah yang muncul, karena terlalu menginginkan kesenangan. Kesenangan masa kecil hanyalah sebatas perasaan semu dalam kita memupuk diri untuk mengobati sebagian masalah yang kita pikirkan. Hal tersebut sebenarnya baik, hanya saja kita jangan terlalu terbuai dalam kesenangan masa kecil saja. Kesenangan itu hanya akan menggiringkan masalah lain.

Masalah perlu kita maknai sebagai bagian yang tidak bisa kita pisahkan. Penting untuk menyadari bahwa masalah itu adalah bagian yang akan selalu kita jumpai sampai kapanpun. 

Masalah akan berhenti hanya setelah kita mati. Maka kita tidak bisa menghindari masalah itu, tetapi justru perlu merangkulnya dan menerima bahwa itu adalah proses pendewasaan yang akan membawa kita menjadi seorang menusia yang matang. 

Saat masalah datang, terimalah dan berusahalah untuk menerima bagian penting itu. Semakin kita berusaha menolak, semakin ia menjadi-jadi. 

Namun jika kita menerima bahwa masalah adalah kesempatan untuk kita memberi jeda dan merefleksi lembaran waktu yang kita lalui masalah akan menjadi kesempatan untuk berusaha menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun