Di tengah kesibukan dan pergolakan hidup modern, kita sering lupa untuk mensyukuri nikmat-nikmat kecil yang diberikan Tuhan. Stoikisme, filsafat kuno Yunani, menawarkan pandangan bijak untuk menghadapi hidup dengan sederhana dan syukur. Kali ini aku akan membawa kalian menjelajahi konsep stoikisme dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Siap? Selamat membaca!
 Apa sih 'Stoikisme' itu?Â
Stoikisme adalah aliran filsafat yang muncul di Yunani pada abad ke-3 SM, didirikan oleh Zeno dari Citium. Filsafat ini menekankan pentingnya hidup sesuai dengan alam, mengendalikan emosi, dan menerima apa yang tidak dapat diubah. Stoikisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat dikendalikan dan menerima apa yang tidak dapat dikendalikan dengan sabar.
 Bagaimana Prinsip-Prinsip Stoikisme?Â
Ada 4 prinsip hidup yang bisa kalian pilih dalam menjalani stoikisme, di antaranya:
1. Virtus: Mengembangkan kebajikan dan karakter yang baik.
2. Logos: Menggunakan akal untuk memahami dunia.
3. Pathos:Â Mengendalikan emosi dan keinginan.
4. Autarkia: Mandiri dan tidak bergantung pada keadaan luar.
Teramat sederhana bukan? Namun tidak semua orang bisa mencapainya. Meski begitu, cobalah menerapkan prinsip tersebut dan sambut kedamaian dalam jiwa kita.
 Aplikasi Stoikisme dalam Kehidupan Sehari-HariÂ
Sekarang, mari kita coba menerapkan stoikisme dalam kehidupan sehari-hari. Aku sudah merangkum beberapa contoh di bawah ini, mari kita simak bersama!
1. Menerima Apa yang Tidak Dapat Diubah
"Apa yang tidak dapat diubah, harus diterima dengan sabar," kata Epiktetus.
Dalam hal ini, kita sering menjumpai realita hidup yang harus kita terima dengan lapang hati karena memang hal tersebut tidak dapat kita ubah, contohnya: kematian, cuaca, waktu, penyakit genetik, dan lain sebagainya.
2. Menghargai Nikmat Kecil
"Nikmat terbesar hidup adalah menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana," kata Marcus Aurelius.
Sesederhana mensyukuri napas yang diberikan Tuhan adalah contoh menjalani stoikisme, selain itu kita juga bisa menghargai hal kecil lainnya seperti: mempunyai makanan untuk hari ini, bisa melihat dunia dengan jelas, bisa mendengarkan dengan normal, dan lain sebagainya.
3. Mengendalikan Emosi
"Kita tidak dapat mengendalikan angin, tapi kita dapat menyesuaikan layar," kata Aristoteles.
Ini bukan berarti kita tidak boleh bersedih bahkan marah. Karena setiap manusia pasti memiliki emosi. Mengendalikan berarti memegang dan mengontrolnya. Kita bisa saja marah, namun jangan berlebihan. Begitupun dengan bersedih, secukupnya saja ya!
4. Mengembangkan Kebajikan
"Kebajikan adalah tujuan hidup," kata Zeno.
Contoh kebajikan sederhana yang bisa kita lakukan dalam ber-stoikisme adalah:
-Kebajikan pada diri sendiri: disiplin bangun pagi dan olahraga, mandiri, belajar keterampilan baru, membaca buku yang bermanfaat.
-Kebajikan pada orang lain: bersedekah, kasih sayang, berterima kasih atas bantuan dan pemberian orang lain, membantu orang yang membutuhkan, bahkan menjadi pendengar yang baik saat orang lain butuh didengarkan.
5. Menerima Kematian
"Kematian adalah bagian dari hidup," kata Seneca.
Ini tidak mudah, namun sebagai stoik sejati kita akan belajar bahwa apapun yang hidup pasti akan mati. Menerimanya adalah sebuah kebijaksanaan, jika belum bisa, kita dapat menjalaninya perlahan-lahan, seperti: tidak terlalu larut dalam berduka.
 Menghadapi Tantangan dengan StoikismeÂ
Setiap pilihan hidup pasti ada tantangannya. Dengan ber-stoikisme, tentu kita akan dihadapkan dengan tantangan-tantangan sebagai berikut:
1. Sabar dan Tenang: Menghadapi kesulitan dengan ketenangan dan kesabaran.
2. Menerima Kegagalan: Belajar dari kegagalan dan terus maju.
3. Menghargai Waktu:Â Menggunakan waktu dengan bijak dan efektif.
4. Mengembangkan Empati:Â Memahami perspektif orang lain.
 Manfaat StoikismeÂ
Terakhir, inilah manfaat dari prinsip stoikisme jika kita sudah berhasil menerapkannya dengan baik di kehidupan kita:
1. Kebahagiaan Sejati: Menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.
2. Keseimbangan Emosi: Mengendalikan emosi dan keinginan.
3. Kemandirian: Mandiri dan tidak bergantung pada keadaan luar.
4. Pengembangan Diri: Mengembangkan kebajikan dan karakter yang baik.
Stoikisme menawarkan pandangan bijak untuk menghadapi hidup dengan sederhana dan syukur. Dengan menerima apa yang tidak dapat diubah, menghargai nikmat kecil, dan mengendalikan emosi, kita dapat menemukan kebahagiaan sejati dan keseimbangan dalam hidup.
*Referensi*
1. Epiktetus, "Enchiridion".
2. Marcus Aurelius, "Meditasi".
3. Aristoteles, "Nikomakheia".
4. Zeno, "Kumpulan Ajaran".
5. Seneca, "Surat-Surat Moral".
Ikko Williams,
Magelang, 19 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H