Ketika waktu penyajian tiba, ayam kampung terhidang sempurna. Dagingnya mengeluarkan air dan kaldu, menciptakan aroma yang khas. Tidak ada yang bisa menandingi rasa dari masakan yang dibuat dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Ayam kampung yang tadinya sederhana, kini menjadi hidangan istimewa, diselimuti bumbu-bumbu pilihan yang telah meresap hingga ke tulang-tulang kecil.
Ungkepan ayam kampung ini lebih dari sekadar hidangan, ia adalah simbol dari Lebaran di rumah kami. Resep ini tidak hanya digemari karena kelezatannya yang konsisten, namun juga karena nilai-nilai yang ia kandung: kesabaran, ketelatenan, dan kebersamaan dalam setiap suapan.
Menghidangkan resep ini di meja Lebaran setiap tahun, aku tak hanya melihat kedalaman rasa, namun juga kedalaman cinta dan warisan. Ini adalah kekayaan yang tak terukur dengan uang namun dengan ikatan hati yang kuat antar anggota keluarga.
Warisan seperti ini adalah yang terpenting, lebih dari sekadar ingatan, ia adalah sebuah cerita yang terus bertumbuh. Setiap Lebaran, saat "Ungkepan Ayam Kampung" itu tersaji, bukan hanya rasa yang terbagi, namun juga cerita dan doa dari generasi ke generasi.
Saat Lebaran menjelang, saat bumbu diulek dan dapur mulai penuh dengan aroma masakan, aku tahu bahwa itu adalah tantangan untukku kelak meneruskan resep warisan keluarga ini. Sebuah tantangan yang kuhadapi dengan senyuman, karena aku tahu, inilah rasa dari rumah, yang akan aku kenang dan aku bagikan.
Ikko Williams
Magelang, 7 April 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H