Pendiam, tapi pekerja keras, itulah sifat salah satumuridku. Di kelas sangat jarang berkomentar, juga di luar kelas, lebih banyak diam dan hanya tersenyum kalau dicandai teman-temannya. Muridku itu jarang bicara,tidak sepeti yang lainnya banyakbercanada, kadang-kadang dengan suara sangat berisik. Jika pulang sekolah ia selalu membantu kakaknya bekerja sebagai tukang besi, mengelas besi, mulai dari yang ringanseperti mengukur panjang besi yang akan dipotong, memotong, dan merangkai serta mengelas besi menjadi seperti bentuk yang diinginkan.
Penguasaan materi matematika siswa tersebut juga tergolong biasa-biasa saja bahkan mendekati di bawah rata-rata, hanya ada satu catatan yang bisa dijadikan suri teladan teman-temannya, yaitu sikap ulet dan mau mengerjakan apa pun tugas dari guru. Sepertinya dia menikmati pekerjaan apa pun yang diperintahkan guru. karena ulet itulah, ia bisa menyelesaikan pendidikan SMP dan mendapat ijazah.
Setelah lulus SMP, ia lebih fokus membantu kakaknya, bekerja di bengkel las. Jadi, tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, walau oleh guru-guru (termasuk penulis) selalu diingatkan, pentingnya melanjutkan pendidikan. Rupanya ia lebih menikmati pekerjaannya, ada kesibukan yang positif dan penghasilan yang lumayan katanya.
Sejak lulus tahun 1996, lama tidak pernah ketemu. Sampai suatu saat ketika sekolah akan membuat teralis besi pengaman untuk ruang lab komputer, ada alumni yang membantu, ternyata murid ku tadi, yang dulu sangat pendiam, sedikit bicara, sekarang jadi banyak bicara karena sudah jadi pengusaha dan tergolong sukses.
Alhamdulillah, ia selalu terinspirasi oleh guru katanya. Ingin bisa bicara lancar dan teliti dalam mengukur dan bekerja, mengantarkannya menjadi pengusaha las besi yang sukses di Karangtanjung, Pandeglang.
“Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H