Mohon tunggu...
muminah
muminah Mohon Tunggu... Perawat - Ibu dengan 2 anak laki2 yang ngegemesin....

bekerja sebagai perawat di rumah sakit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagiakan Ibu, Bahagialah Aku

26 Desember 2020   01:17 Diperbarui: 26 Desember 2020   01:22 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Dokpri : lokasi RM Bunut

Suatu pagi di awal tahun 2006 tepatnya di pertengahan bulan maret itu, sebuah panggilan telepon di handphone bersuara poliponik milikku berdering. 

Aku yang sedang terlelap kembali setelah menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslimah yaitu melaksanakan sholat subuh terpaksa mengangkat panggilan tersebut dengan malasnya karena kantuk yang mendera pasca semalam bercengkerama dengan rekan sekamar sepulang bekerja. 

Jam 7 pagi sudah ada telepon saja, gerutuku sambil sambil memencet gambar telepon berwarna hijau di keypad handphonku dan berkata “ Halo, Assalamu’alaikum” . 

Terdengar jawaban salamku berupa suara perempuan yang mengatakan dari pihak kepegawaian RSKO ( Rumah Sakit Ketergantungan Obat ) Jakarta yang intinya menanyakan apakah sudah melihat pengumuman kelulusan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS ). 

Aku menjawab belum sempat melihat langsung. Seketika lawan bicaraku di telepon itu menyatakan bahwa berdasarkan pengumuman yang sudah di tempel di mading dekat pos keamanan RSKO ada namaku dan hari itu adalah hari terakhir juga harus melakukan pemberkasan CPNS  di bagian kepegawaian.

Saat itu rasa kantuk langsung sirna berganti tangis, tangis rasa bahagia yang membuncah mendengar kabar yang tidak disangka-sangka. Tiga orang rekan sekamarku juga ikut meneteskan airmata, menyambut kebahagiaan yang kurasakan. 

Karena siang ini jadwal shiftku sore dan dikhawatirkan tidak bisa datang tepat waktu, aku menghubungi kepala ruangan tempatku bertugas dengan menyampaikan kabar gembira kelulusan cpns dan ijin telat masuk kerja. Dengan kebaikan hatinya, ijin telah kudapatkan.

Pemberkasan di RSKO ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama karena berkas pendaftaranku masih lengkap, namun ternyata diperlukan ijazah legalisir basah beserta aslinya yang harus ditunjukkan sebagai bukti keaslian dan keabsahannya. 

Dengan posisiku sebagai perantau, dan ijazah asli yang tidak kubawa serta ke Jakarta, maka aku bernegosiasi meminta dispensasi 3 hari baru bisa menyerahkan berkas tersebut. Karena perlu legalisir ke kampus di Purwokerto dan estimasi waktu pengirimannya.

Tepat tiga hari kemudian paket berkasku tiba di alamat rumah paman di jakarta melalui JNE yang dipilih adikku dengan pertimbangan jaminan paling cepat sampainya. 

Terimakasih JNE yang turut andil dalam kebahagiaanku melalui pelayanannya. Lengkaplah semua berkas CPNSku hari itu. JNE 3 dekade bahagia bersama dihatiku dan orang-orang yang sudah mendapatkan manfaatnya.

Seiring berjalannya waktu, masa orientasipun dimulai. Namun ternyata kebimbangan menyertai diriku dalam mengikuti orientasi. Dimana aku sedang mulai mencintai pekerjaanku di rumah sakit sebelumnya dan selentingan tentang gaji Pegawai Negeri Sipil yang saat itu masih sangat kecil. Dan memang nyatanya demikian, gaji CPNSku hanya setengah dari gaji di rumah sakit sebelumnya. Bagaimana nanti untuk biaya hidup di Jakarta, kos dan sebagainya?

Aku sangat bimbang dengan dilema tetap menjadi CPNS atau bekerja di rumah sakit sebelumnya. Saat itu kondisiku masih double job karena belum bisa mundur dari pekerjaan sebelumnya, tenaga penggantinya belum ada. Dengan toleransi keterlambatan kedatangan atau pulang cepat yang malah membuat perasaan tidak nyaman dengan rekan satu shift. Hal ini semakin menguatkanku untuk mundur dari CPNS

Namun keinginan kuat mundur dari CPNS ternyata tidak mendapat dukungan dari siapapun baik itu rekan kerja, kepala ruangan, orang tua serta saudara-saudaraku. Aku dianggap orang bodoh kalau tidak mengambil CPNS tersebut. Sampai pada hari itu, ibuku dengan permohonan berderai air matanya, sekali lagi memintaku tetap bertahan dengan CPNS sebagai pilihannya. Akhirnya dengan niat membahagiakan dan memberi ketenangan batin ibuku, ku ikhlaskan mengikuti permintaan beliau yang telah melahirkanku. Karena informasi dari saudara-saudaraku, ibuku setiap hari menitikan air matanya menyesali keputusanku jika tidak mengambil CPNS yang tidak semua orang bisa mendapatkannya tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Saat itu sedang digalakkan budaya anti KKN(Korupsi Kolusi dan Nepotisme) oleh pemerintahan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dan aku tidak pernah menyesali keputusan yang pernah diambil dengan bekerja sebagai PNS di RSKO Jakarta. Sebagai perawat yang berfokus pada pelayanan adiksi sesuai dengan kekhususan RSKO ternyata banyak hikmah yang didapatkan sampai dengan saat ini 14 tahun bekerja di RSKO dalam hal berbagi, memberi dan menyantuni.

Dengan pekerjaan sebagai perawat di RSKO, aku dapat berbagi ilmu dan memberi informasi terkait dengan masalah ketergantungan obat dengan teman, saudara, tetangga ataupun orang lain. Mengenalkan RSKO pada  masyarakat yang banyak beranggapan para penyalahguna obat itu sampah masyarakat, bahwa penyalahguna obat itu juga manusia yang ternyata butuh bantuan dan dukungan kita semua supaya perilakunya bisa berubah menjadi lebih baik dan diterima masyarakat kembali.

sumber dokpri : komite keperawatan RSKO Jakarta
sumber dokpri : komite keperawatan RSKO Jakarta

sumber dokpri : berbagi dengan wong kito galo
sumber dokpri : berbagi dengan wong kito galo

Gerakan sosial melalui sedekah uang dalam Coin a chance juga baru aku temui di RSKO. Dimana gerakan tersebut menurutku sangat bermanfaat, disaat orang lain tidak mau menerima uang pecahan kecil Coin a chancelah yang mengakomodasinya. 

Dana yang terkumpul dimanfaatkan untuk menyantuni anak-anak yang terancam putus sekolah. Hal ini memberi pelajaran buatku bahwa sedekah tidak harus menunggu kaya dan tidak harus dengan nominal uang yang besar. Dengan uang yang kecil ternyata mampu memberi manfaat dan kebahagiaan yang besar pada orang lain. 

sumber dokpri : hal kecil yang membuat seseorang tersenyum 
sumber dokpri : hal kecil yang membuat seseorang tersenyum 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun