Mohon tunggu...
Ikhwatun Khasanah
Ikhwatun Khasanah Mohon Tunggu... Guru - Rasa, netra, pangrasa, panggraita, kudu tinata.

Bisa merga wis biasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jiwa Jawa nJawani

12 Agustus 2023   22:18 Diperbarui: 12 Agustus 2023   22:25 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang mengaku menjadi orang Jawa, tetapi banyak juga yang mengeluarkan pernyataan "wong jawa kok ora njawani". Pernahkah terbesit fikiran makna apa yang terkandung dalam kalimat tersebut, ora njawani yang bagaimanakah yang dimaksud?

Kalau dilihat dari segi geografis, Indonesia merupakan daerah kepulauan. Masing-masing pulau mempunyai bahasa sekaligus budaya yang berbeda, justru dari hal tersebut yang menjadikan ciri-ciri bangsa Indonesia. Salah satunya adalah Pulau Jawa. Secara otomatis Pulau Jawa dihuni oleh masyarakat Jawa. Walaupun kenyataan yang ada masyarakat Jawa hanya berada di tiga provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. 

Magnis-Suseno (1984:11) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang mempunyai bahasa ibu berupa Bahasa Jawa serta yang masih memegang teguh budaya-budaya Jawa. Masyarakat Jawa mempunyai identitas Jawa yang khas, bahkan dalam hidupnya kebanyakan mengikuti tuntunan dari budaya tersebut karena hal itu merupakan landasan hidup orang Jawa.

Ketika mendengar sebutan "orang Jawa", seketika yang terlintas adalah gambaran orang-orang yang lugu, ndesa / katrok, kuper, dsb. Tetapi perlu diketahui bahwa orang-orang tersebut mempunyai budaya yang luhur, bahkan bisa dijadikan sebagai pembentukan karakter anak bangsa. Budaya yang dimaksud merupakan warisan leluhur yang masih hidup sampai sekarang.

Namun seiring dengan majunya peradaban di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Justru hal itu akan menjadi ancaman. Budaya Jawa banyak yang berubah, budaya Jawa mengalami erosi karena tidak mampunya masyarakat Jawa mempertahankan dari pengaruh budaya barat. 

Masyarakat Jawa banyak yang kehilangan jati diri atau banyak yang mengatakan wong Jawa ora njawani atau wong Jawa ilang Jawane.  Padahal budaya Jawa syarat akan makna, diantaranya mengenai prinsip kesantunan.

Aplikasi sopan santun salah satunya yaitu menyapa orang lain terlebih dahulu dengan senyuman tanpa mengenal usia. Di zaman sekarang, budaya tersebut sudah terkikis, padahal sebenarnya banyak manfaat yang akan diperoleh. Sebagian faktanya bisa di lihat di satu-satunya SMA negeri yang ada di wilayah kabupaten Pati Selatan, yaitu SMA Negeri 1 Kayen. 

Kebanyakan siswa menyapa terlebih dahulu sambil tersenyum hanya kepada guru yang mengajar atau teman terdekatnya saja.  Hmmmm ironis bukan??? . Padahal selain bagian dari sopan santun, menyapa juga merupakan karakter bangsa Indonesia yang selalu menjunjung tinggi adat ketimuran. 

Sedangkan tersenyum adalah reaksi paling indah pada wajah (jiahhh hebat sekali ya). Dimana dengan tersenyum maka orang yang menerima senyuman akan merasa lebih diajeni. Namun keadaan ini akan sangat berbeda ketika diterapkan di negara barat / luar negeri. Orang barat tidak mengenal tegur sapa. Itu semua bukan karena tidak peduli tetapi karena mereka merasa bahwa hal tersebut bukanlah urusannya.

Aplikasi sopan santun yang lain, yaitu berjalan sambil membungkuk apabila lewat di depan orang tua atau di depan banyak orang sambil mengucapkan nuwun sewu (permisi) dan ndherek langkung (numpang lewat). Ya kalau dilihat dari segi praktis atau tidaknya, mungkin memang tidak praktis, dan malah terkesan kaku atau berlebihan. Bahkan ada yang menganggap bahwa itu merupakan bentuk ketertindasan yang dilihat dari perbedaan kasta.

Melihat fenomena-fenomena yang terjadi terutama dilingkup SMA Negeri 1 Kayen, yang masih menjadi pertanyaan sekarang adalah: haruskah budaya adhiluhung itu dimuseumkan? Jika budaya Jawa semakin jarang diminati siswa karena berbagai alasan, cepat atau lambat pasti akan hilang dengan sendirinya. 

Nah disinilah peran para siswa terutama siswa SMA Negeri 1 Kayen sebagai penerus bangsa. Agar mampu mempertahankan, mengembangkan, bahkan mewariskan lagi budaya adhiluhung dari generasi ke generasi. Tentunya, kalau bukan kita lantas siapa lagi? Salam Budaya !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun