Mohon tunggu...
Ikhwanur Rahmah
Ikhwanur Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Student of Arabic Education'16 in UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, east java. 20 years old. from Bima, West Nusa Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Sains Melalui "Story Telling" di Sekolah dengan Memaksimalkan Pengorganisasian BK

21 November 2018   19:16 Diperbarui: 21 November 2018   19:19 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
answersingenesis.org

Kita sering menemukan banyak peserta didik di sekolah merasa kesulitan dalam mempelajari sains, diantaranya matematika, fisika, kimia, dan biologi. 

Menurut mereka sains adalah suatu pelajaran yang membosankan. Matematika dengan angka-angka yang begitu rumit dan simbol-simbol yang membingungkan, fisika dengan rumus-rumus dan teori yang begitu jelimet dan susah diingat. 

Kimia dengan nama-nama unsur yang begitu banyak dan sulit untuk diingat, biologi dengan nama-nama ilmiah dari setiap makhluk hidup yang ada yang membingungkan, asing dan sulit diingat. Bagaimanapun mereka berusaha untuk mempelajarinya akan tetapi akan sia-sia saja. Bahkan menurut mereka hanya orang-orang yang memiliki IQ tinggi saja yang bisa mempelajari sains dengan mudah. 

Padahal ilmu sains merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipelajari oleh setiap peserta didik karena ilmu sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan segala seuatu yang ada di alam semesta ini. Makhluk hidup, udara, air, tanah, ruang angkasa, benda-benda langit, bahkan makanan dan minuman kita sehari-haripun semuanya termasuk ke dalam ilmu sains. Akan tetapi masih banyak peserta didik yang belum memahami pentingnya mempelajari sains itu sendiri.

Masalah diatas merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab Bimbingan dan konseling di sekolah untuk menanganinya. Menghadapi kesulitan belajar peserta didik dan membantu mereka dalam menemukan solusinya sendiri merupakan salah satu tujuan dari adanya pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, selain membutuhkan proses pembelajaran yang efektif dengan strategi yang tepat  juga membutuhkan pelayanan oleh bidang bimbingan dan konseling di sekolah.

Untuk memulai bimbingan dan konseling dalam hal bimbingan belajar, konselor harus mengatur kegiatan dari bimbingan konseling tersebut. Dalam hal ini, pengaturan kegiatan bimbingan dan konseling juga disebut sebagai manajemen. Manajemen bimbingan dan konseling terdiri dari organisasi dan administrasi.

Dalam bimbingan dan konseling, organisasi merupakan suatu wadah untuk melakukan kerja sama antar perorangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan menggunakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap orang tersebut. Pola organisasi bimbingan dan konseling ini biasanya mencakup semua stakeholder yang ada di sekolah mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, konselor atau guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran dan sebagainya.

Sebelum melakukan pengorganisasian dan pengadministrasian, konselor terlebih dahulu melakukan evaluasi untuk mengetahui apa saja masalah yang dihadapi oleh peserta didik ketika mempelajari sains. 

Masalah dalam kesulitan belajar dalam mata pelajaran sains ini sebenarnya berhubungan langsung dengan guru mata pelajaran, khususnya guru mata pelajaran sains. Banyak peserta didik merasa bosan mempelajari sains adalah karena mereka hanya diminta menghafal setiap materi dan rumus-rumus saja selama ini. Padahal ada strategi yang lebih efektif dalam mengajarkannya agar peserta didik dapat memahaminya tanpa harus menghafalkannya. 

Sejauh yang dapat diamati, mayoritas peserta didik lebih cenderung menyukai cara belajar dengan menggunakan cerita. Ada orang yang mengatakan bahwa, "try to learn science as if you are telling stories". Cobalah untuk mempelajari sains seperti kamu sedang bercerita!

Seharusnya guru mata pelajaran sains bisa mengajarkan mata pelajaran sains dengan membuat cerita yang relevan dengan materi yang diajarkan dan sekiranya bahan cerita tersebut adalah hal-hal yang lebih familiar atau melekat dengan keseharian dari peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun