Mohon tunggu...
Ikhwanur Rahmah
Ikhwanur Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Student of Arabic Education'16 in UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, east java. 20 years old. from Bima, West Nusa Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali Masalah dalam Belajar dan Temukan Solusinya!

31 Oktober 2018   21:58 Diperbarui: 31 Oktober 2018   22:10 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika kita pernah ataupun masih menyandang status sebagai pelajar, yang terlintas dalam benak kita adalah belajar sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kita. Mau tidak mau karena sebagai manusia yang menyandang status sebagai pelajar, secara otomatis lingkungan kita pun akan menuntut kita untuk terus belajar, mulai dari guru, orang tua, keluarga dan sebagainya.

Memang belajar (terutama belajar yang efektif) itu tidak mudah, ada banyak sekali masalah dan hambatannya. Mulai dari mengumpulkan niat, catatan tidak lengkap, baru membaca buku 2 halaman saja sudah mengantuk, ketika kita memaksa untuk membaca tetapi tidak juga paham, mencoba menghafal tapi tidak bisa. Lalu bagaimana kita harus belajar?

Ada beberapa masalah utama dalam belajar yang dialami oleh pelajar selama ini, yaitu :

  • Penyakit yang paling klise adalah MALAS. 3 bulan sebelum ujian kebanyakan pelajar masih santai seperti tidak ada beban. Kemudian 2 minggu sebelum ujian mulai kebingungan memikirkan apa yang harus dipelajari. Dan yang terakhir,  1 hari sebelum ujian pelajar mulai mengeluarkan jurus "sks" atau "sistem kebut semalam" untuk menghadapi ujian keesokan harinya. Kira-kira apa yang menyebabkan seseorang itu malas belajar? Ibaratnya seperti kita sama sekali tidak ada niat untuk melakukan sesuatu karena menurut kita kegiatan tersebut dianggap tidak menarik, membosankan, dan tidak tahu tujuannya apa. Seperti itulah ketika pelajar malas belajar. Merasa berat ketika membuka buku pelajaran dan merasa mendapat beban ketika mengerjakan tugas atau PR.
  • Belajar (hanya) untuk mengejar nilai akademis. Salah satu pepatah kuno mengatakan, "Anak yang nilainya selalu bagus biasanya akan kalah (dalam hal kesuksesan karir, finansial, karya hidup, dan lain-lain) dengan orang yang yang waktu sekolah nilainya biasa-biasa saja." Percaya atau tidak, pepatah ini memang ada benarnya (walaupun tidak sepenuhnya benar). Bahkan Jack Ma, pendiri Alibaba Group yang merupakan perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok mengatakan kepadanya anak-anaknya bahwa mereka tidak harus menjadi yang terpintar, tidak mengapa jika mereka menjadi yang biasa saja. Dengan begitu, mereka bisa memiliki banyak waktu untuk melatih skill  yang lain. Maksudnya disini bukan berarti kita tidak boleh rajin belajar, tetapi masalahnya adalah ketika kita belajar hanya untuk mengejar nilai akademis, kita akan terpaku pada satu indikator yang seakan-akan sangat mampu merefleksikan kesuksekan kita dalam proses belajar, padahal sebenarnya tidak hanya itu indikator yang harus dipikirkan. Jika kita hanya terpaku pada satu indikator saja dalam hal ini nilai dan prestasi, kita akan menutup banyak sekali kesempatan dan peluang untuk mempelajari hal lain yang lebih berharga seperti yang dikatakan oleh Jack Ma tersebut. Kita tidak akan mengerti bagaimana rasanya belajar tanpa diminta, tanpa berpikir akan keluar saat ujian atau tidak, dan kita akan belajar hal yang lebih bermanfaat dan akan terus melekat dalam diri kita.
  • Menghakimi diri sendiri "aku bukan anak pintar". Ini merupakan salah satu masalah utama yang paling berbahaya dalam belajar. Ibaratnya seperti "kalah sebelum berperang" dengan alasan terima nasib saja dan tidak berusaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Padahal tanpa kita sadari, mindset yang seperti itu justru yang membatasi kita dalam belajar, berkembang dan mengevaluasi diri agar menjadi individu yang lebih baik.
  • Tidak suka atau benci dengan mata pelajaran tertentu. Ketika kita tidak suka atau benci dengan mata pelajaran tertentu kita akan merasa  malas untuk mempelajarinya, bahkan menyentuh bukunya pun enggan. Masalah ini merupakan masalah yang sulit diatasi. Kenapa? Karena kita harus melawan ego diri kita sendiri untuk keluar dari zona nyaman. Walaupun sedikit sulit, bukan berarti tidak bisa dilakukan.
  • Cara belajar yang salah. Ketika kita sudah berusaha dengan sekuat tenaga melawan kemalasan dan belajar dengan rajin tetapi masih tetap gagal, itu menandakan bahwa cara belajar kita selama ini itu salah. Kebanyakan kesalahan umum yang dilakukan oleh pelajar dalam belajar adalah sibuk menghafal rumus, tahun, istilah, nama orang dan sebagainya. Selain itu, ketika pelajar belum mengerti konsepnya secara matang, mereka sudah langsung mencoba untuk mengerjakan soal. Itulah sebabnya banyak pelajar yang bertanya " kenapa saat diajarkan contoh soal lebih mudah dipahami, tetapi ketika mulai mengerjakan soal ternyata caranya berbeda dengan contoh soal sebelumnya?". Cara belajar yang seperti itu juga menyebabkan pelajar lebih berorientasi pada nilai akademis dan ilmu yang didapatkan akan hilang bersamaan dengan kertas ujian yang dikumpulkan.
  • Semangat belajar yang tidak konsisten. Ketika kita paham bahwa belajar itu merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak harus ada yang dibenci, tidak harus berorientasi pada nilai akademis dan kita tahu cara belajar yang tepat, akan tetapi kita tidak bisa konsisten dalam belajar itu percuma saja. Kita seharusnya punya persepsi belajar yang benar dan tujuan yang jelas.

Untuk menangani masalah utama yang dihadapi pelajar  dalam belajar diatas, guru BK sebagai konselor di sekolah dapat menerapkan strategi layanan dasar dalam bimbingan dan konseling khususnya dengan bimbingan kelompok dengan memberikan arahan dan pemahaman, seperti :

  • Penyakit yang paling klise adalah MALAS. Guru BK sebagai konselor dapat membantu pelajar merubah paradigma mereka bahwa belajar itu merupakan suatu han yang menyenangkan, seru, bisa dinikmati, membuat penasaran, bahkan sampai membuat ketagihan.
  • Belajar (hanya) untuk mengejar nilai akademis. Guru BK memberikan pemahaman kepada pelajar bahwa si sekolah kita bisa meng-explore hal lain yang jauh lebih bermanfaat dibandingkan hanya sekedar mengejar nilai akademis. Pelajar bisa memahami dunia lebih jauh, mengembangkan bakat, hobi, dan sebagainya.
  • Menghakimi diri sendiri "aku bukan anak pintar". Guru BK memberikan pemahaman bahwa setiap manusia dilahirkan sama tidak ada yang membedakan yang satu lebih pintar dan yang lainnya tidak. Semua sama, tergantung bagaimana masing-masing individu itu berusaha untuk menjadi lebih baik seperti apa yang diinginkannya.
  • Tidak suka atau benci dengan mata pelajaran tertentu. Guru BK memberikan pemahaman tentang apa yang menyebabkan pelajar membenci atau tidak menyukai mata ppelajaran tertentu. Apakah mereka tidak menyukai cara gurunya mengajar, atau mungkin cara belajarnya yang salah. Bisa juga karena sugesti dari lingkungan sekitar kita bahwa mata pelajaran tertentu itu gurunya menakutkan dan juga sangat sulit. Dengan mengetahui penyebabnya ini, pelajar dapat mengatasi masalah ini secara perlahan.
  • Cara belajar yang salah. Guru BK memberikan pemahaman bahwa dalam belajar kita harus benar-benar dituntut untuk memahami setiap ilmu secara mendalam kemudian dilatih secara terus-menerus.
  • Semangat belajar yang tidak konsisten. Guru BK memberi pemahaman kepada pelajar bahwa mereka harus bisa memanfaatkan waktu sebaik dan seoptimal mungkin. Dalam artian, siswa harus menyiapkan time-management yang pas agar bisa belajar secara konsisten.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun