Koordinasi dengan Stakeholder dan Mitra Kerja untuk Meningkatkan Komitmen dan Pelayanan Program Keluarga Berencana" pada hari Rabu, 28 Februari 2024, di Aula Pusat Pelayanan Terpadu Perindungan Perempuan dan Anak ( P2TP2A) Meulaboh Aceh Barat.
Dalam rangka mendapatkan penguatan dan rekomendasi dalam upaya mengatasi permasalahan peningkatan pelayanan Keluarga Berencana (KB), termasuk cakupan pencacatan pelaporan dan penguatan kelompok KB Pria, maka Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Aceh Barat menggelar "Peserta dalam kegiatan ini antara lain:
Kepala Dinas Kesehatan, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Aceh Barat, Ketua Persatuan Ahli Gizi (Persagi), Kepala Puskesmas dari 12 Kecamatan, Ketua Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPEKB), Kepala Bidang Pengendalian Penduduk & KB, Kepala Seksi KB, IT Support, Admin Esimil, Ketua KB Pria dan Teknikal Asisten Satgas Stunting.
Narasumber dalam kegiatan ini dari DP3AKB Kabupaten Aceh Barat yakni Kepala Bidang Pengendalian Penduduk & KB/Ibu Nurlianti, S.ST, Kepala Seksi KB/Ibu Meilizar, SE dan Admin Elektronik Siap Nikah dan Hamil (ElSiMil)/Bapak Ermanto SKM.
Kepala Dinas P3AKB Aceh Barat, Abdullah SS dalam sambutannya mengatakan;
"Kegiatan koordinasi ini dapat terlaksanakan berkat kerja sama dan dukungan semua pihak demi peningkatan pelayanan KB termasuk pencacatan dan pelaporan  dan penguatan kelompok KB Pria."
Di akhir sambutannya, Abdullah berharap kegiatan koordinasi dengan melibatkan stakeholder dan mitra kerja dapat berjalan dengan sebaiknya, mampu membawa dampak positif dan inspirasi bagi semua dan tempat saling berdiskusi dan berinteraksi.
Kemudian Narasumber Kepala Bidang Pengendalian Penduduk & KB, Nurlianti, S,ST menyatakan;
"Pentingnya edukasi remaja dan peningkatan posyandu dalam penangganan stunting. Maka sangat diperlukan adanya kelas ibu hamil, kelas ayah, kelas dan posyandu remaja dan balita, serta bimbingan calon pengantin (catin)."
Kelas Ayah misalnya, perlu diedukasi pentingnya imunisasi, kelas ibu hamil perlu dijelaskan tentang kehamilan yang tidak diinginkan yakni 4 T (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat, Terlalu Banyak) hingga pemberian ASI eksklusif, ujar Nurlianti."
Selain itu Nurlianti juga menyinggung soal dana Baitul Mal yang sudah dapat digunakan untuk pendampingan bagi anak-anak yang sudah terdiagnosa stuntintg untuk dirujuk ke rumah sakit di Banda Aceh atau di Puskesmas daerah terkait pemberian menu-menu gizi sehat bagi anak stunting.
Kemudian Admin Elsimil, Ermanto SKM menjelaskan Trend peningkatan dan penurunan angka Prevelensi/kasus Stunting di Aceh Barat, dengan memperlihat grafik-grafiknya
"Di 12 Kecamatan memasuki Tahun 2024, persentase/angka prevelensi/kasus stunting terus mengalami penurunan, hal ini tidak terlepas dari upaya Satgas Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Aceh Barat yang terus bekerja keras dalam menekan atau menurunkan persentase atau angka prevelnsi Stunting." Ujarnya.
Sambil memperlihatkan grafiknya, lebih lanjut Ermanto mengungkapkan, "Stunting tidak akan pernah selesai selama masih ada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta dan balita. Dari 12 kecamatan di Aceh Barat, ada tiga kecamatan tertinggi angka stunting, pertama Kecamatan Johan Pahlawan, kedua Kecamatan Sama Tiga dan ketiga Kecamatan Bubon."
Narasumber terakhir Kasie KB, ibu Meilizar SE menjelaskan tentang Pergerakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan capaian peserta KB Baru.
"Pergerakan atau capaian MKJP mencapai terget, namun KB baru masih rendah," katanya.
Meilizar juga menyampaikan hal terkait pengisian peserta KB Baru, dimana di setiap desa sudah ada Pos KB dan Sub Pos Kbnya yang dipantau oleh PKB di setiap kecamatan.
Selain itu Meilizar juga mengajak para penanggung jawab Puskesmas dan PKB untuk rutin melaporkan/mencatat pengeluaran Alat dan Obat Kontrasepsi (ALOKON) setiap bulannya, sehingga diketahui berapa stok alokon yang terpakai dan sisanya.Â
"Bulan ini terima obat sekian, pengeluaran sekian, bulan depan begitu juga sehingga nanti dapat diketahui dengan rumus berapa rata-rata distribusi penerimaan dan pengeluarannya, ujar Melizar.
Sesi Diskusi berlangsug alot dan hidup. Peserta mempertanyakan tentang masih lemahnya edukasi dan bimbingan pada remaja dan calon pengantin terkait Reproduksi dan Pencegahan Anemia.
"Perlu adanya edukasi rutin dan dokter di setiap puskesmas," ujar salah satu peserta dari Kecamatan Meureubo.
Kemudian ada juga peserta yang mengeluh terkait biaya pemasangan dan pencabutan implan dan jasa suntik.
Dari IPEKB, memohon dukungan dan penguatan dari kepala puskesmas untuk ibu-ibu bidan yang bergabung dalam Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Permohonan IPEKB ini direspon oleh salah seorang kepala Puskesmas yang mengatakan bahwa;
"Bidan Puskesmas tidak menghargai Kepala Puskesmas, Bidan tidak pernah berkomunikasi dengan kami sebagai kepala puskesmas, apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh Bidan tidak pernah diberi tahu."
Maka dari itulah pentingnya komunikasi, koordinasi, komitmen, kerja sama  demi mendukung  dan mensukseskan pelayanan dan pelaporan KB khusuntya di Aceh Barat.
Kegiatan ditutup saat Dzuhur dan Para Perserta diberikan Konsumsi dan Uang Transport.
( IT Support Ikhwanul FaRissa). Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H