Ketika terdengar ada durian jatuh. Kami pun saling berlari membawa lampu-lampu tersebut dan senter jadul sambil tertawa-tawa untuk melihat di mana posisi durian jatuh. Sunguh momen yang begitu berkesan dan indah. Sebuah keseruan dan kebersamaan yang indah tak terlupakan walau malam kian larut.
- Bermain Permainan Tradisional
Memori yang tak terlupakan selanjutnya di kampung halaman adalah bermain permainan tradisional.Â
Ketika masa-masa sekolah sebelum tsunami (SD hingga SMP, kalau SMA saya sudah merantau menuntut ilmu ke ibukota provinsi), saya kerap bermain permainan tradisional bersama teman-teman di kampung, seperti petak umpet, engklek, congklak, permainan tali/karet, ular tangga, ludo,monopoli, patok lele, bola bekel , gasing dan lain-lain saat itu Â
Sungguh saya merasakan kebersamaan, keceriaan, kekompakan, perjuangan, toleransi, simpati dan empati ketika bermain permainan tradisional di kampung.Â
Saat ini, walau saya sudah dewasa, sungguh sedih saya sudah sangat jarang melihat permainan tradisional yang dilakukan oleh generasi sekarang. Mereka lebih tertarik main game online atau internet yang minim akan makna, pesan-pesan penting atau nilai-nilai moral/karakter. Sungguh sangat disayangkan. Semoga bisa berubah belum terlambat.
3. Orang-orang yang Ada di Kampung Halaman
Sejalan dengan suasana kampung halaman. Orang-orang yang ada di kampung halaman juga begitu ramah, hangat, tidak egois atau bermusuhan. Semuanya penuh keakraban, persaudaraan dan solidaritas yang tinggi.
Saya bisa berkumpul bersama orang-orang dengan karakter yang saya sebutkan di atas terutama Anggota Keluarga, Saudara/Kerabat/Handai Taulan dan Teman-teman sekampung yang memiliki memori yang sama.
~***~
Nah! itu dia Tiga Hal yang membuat saya rindu akan Kampung Halaman.Â
Dan itulah mengapa buat saya ketika perjalanan mudik menuju kampung halaman menjadi saat-saat atau momen yang dirindukan karena ketiga hal di atas tersebut, yang jarang saya dapatkan, temukan atau rasakan ketika berada di kota.Â