Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lima Aksi Kendali Sampah Plastik Untuk Mitigasi Perubahan Iklim

31 Oktober 2021   21:44 Diperbarui: 31 Oktober 2021   23:10 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu hari saya berjalan-jalan di kota Meulaboh Aceh Barat dan melihat banyak tumpukan sampah yang berserakan, baik jalanan maupun di pemukiman warga. Tempat sampah yang disediakan sepertinya tidak cukup untuk menampung sampah-sampah yang dihasilkan oleh setiap orang yang ada di kota ini. Jika dilihat lebih seksama, sampah-sampah tersebut didominasi sampah plastik.

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi

Dalam hati berkata, "wow jumlah pemakaian plastik sangat luar biasa ya di kota ini, bagaimana dengan kota-kota lain di seluruh dunia?  Mungkin setidaknya satu triliun kantong plastik digunakan di seluruh dunia".

"Sadarkah orang-orang, sampah plastik menjadi salah satu ancaman serius bagi lingkungan karena sulitnya terurai oleh oleh alam"? Ujarku kembali dalam hati.

Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah plastik menjadi benar-benar terurai.

Jika dibakar, sampah plastik malah menghasilkan gas Karbondioksida (CO2), salah satu gas rumah kaca, dimana jika jumlah dan konsentrasinya di udara melebihi batas keseimbangan alam, gas CO2 ini akan menimbulkan masalah besar yakni Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.

Selain itu, pembakaran sampah plastik juga menghasilkan gas dioksin dan furan yang bersifat karsinogenik yang berbahaya bagi makhluk hidup karena dapat mengakibatkan kanker dan penyakit berbahaya lainnya.

Lalu apa yang mesti dilakukan terutama oleh #MudaMudiBumi sebagai penerus bumi? Ini dia Lima #TimeforActionIndonesia #UntukmuBumiku dalam mencari solusi pemecahan masalah sampah plastik!

1. Menggunakan Produk Plastik Ramah Lingkungan

Hai #MudaMudiBumi ! Tahukah kamu jika saat ini berbagai macam Plastik sudah menggunakan teknologi EPI seperti kantong plastik, pempers, kemasan makanan dan permen, botol minuman, lakban dan lain-lain. Plastik-plastik ramah lingkungan ini tersedia di berbagai department store, supermarket dan lain-lain terutama di kota-kota besar.

Apa itu teknologi EPI? Mungkin #MudaMudiBumi banyak yang belum tahu nie!

EPI atau dengan kepanjangannya Environmental Products Inc, sebenarnya adalah sebuah perusahaan yang mempelopori pemakaian zat adiktif yang disebut Totally Degradable Plastik Additives (TDPA) yang dicampurkan/ditambahkan ke dalam plastik sehingga mudah diurai oleh alam atau terbentuk Plastik ramah lingkungan, contohnya di foto di bawah ini;

www.tokopedia.com
www.tokopedia.com

Yang diproduksi EPI bukan plastik, melainkan zat adiktif tersebut. Jadi untuk membuat plastik ramah lingkungan, EPI menyediakan teknologi dimana zat adiktif (TDPA) dimasukkan di dalam proses produksi. Jumlah kandungan TDPA dalam plastik ramah lingkungan berkisar antara 2-3%.

Perusahaan EPI adalah perusahaan global yang berkantor pusat di Kanada. EPI juga mempunyai kantor di Amerika Serikat, Inggris dan cabang di 60 negara termasuk Indonesia.

PT. Merindo Makmur sebagai pemegang lisensi EPI di Indonesia mempunyai peranan dalam memperkenalkan dan memasyarakatkan produk plastik ramah lingkungan terutama saat berbelanja, seperti yang sudah saya lakukan di video di bawah ini;

Berdasar pengamatan dan studi literatur;

  • Plastik yang ramah lingkungan yang sebelumnya tebal menjadi menipis dan rapuh. Setelah dijemur di sinar matahari  selama 1 bulan, ternyata plastik tersebut menjadi sangat rapuh dan mudah hancur seperti pada foto yang tampak di bawah ini;

Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi
Foto Dokumentasi Pribadi
  • Apabila plastik ini dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sifatnya akan mempunyai sifat yang berbeda dengan plastik pada umumnya yaitu kedap air menjadi tidak kedap air. Sehingga mampu menyerap air dan sifatnya seperti kertas.
  • Dengan adanya oksigen, kelembaban dan bakteri, Plastik ini akan diurai menjadi unsur-unsur alami. Menjelang masa hancurnya, Plastik akan berubah warna menjadi kekuningan, lalu pecah-pecah dan akhirnya berbentuk serbuk.

Kemudian, berdasarkan penelitian yang dilakukan, makanan yang terkena kontak dengan plastik ramah lingkungan ternyata tetap aman untuk dikonsumsi. Kontak yang dimaksud seperti untuk membungkus makanan atau membawa makanan.

Keamanan makanan terhadap kontak dengan plastik ini diakui oleh negara-negara maju seperti Amerika melalui badan pengawasan obat dan makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA), Eropa (European Food Safety Authority/EFSA) dan Kanada (Canadian Food Inspection Agency/CFIA).

Semoga masyarakat dunia semakin tertarik untuk menggunakan Plastik Ramah Lingkungan terutama di Indonesia. Namun tetap juga harus berhati-hati dan teliti, karena ada isu bahwa ada perusahaan yang memproduksi plastik non ramah lingkungan tapi mengklaim sebagai Plastik ramah lingkungan dengan menggunakan label-label ramah lingkungan. Padahal itu hanya untuk marketing, seakan-akan mereka ikut mendukung lingkungan.

Untuk itu Pemerintah harus segera;

  • Membuat Peraturan/regulasi yang mendorong perusahaan untuk menciptakan dan menggunakan produk ramah lingkungan.
  • Mengadopsi berbagai peraturan dan kriteria Plastik ramah lingkungan yang sudah dilaksanakan di negara-negara maju. Sehingga ada tidak ada perusahaan yang curang melainkan lebih berinovasi dalam menciptakan dan mengembangkan Plastik ramah lingkungan.
  • Penegakan hukum yang tegas dan baik agar perusahaan dan masyarakat menjadi lebih jujur dan sadar akan lingkungan. Karena sampai saat ini, penegakan hokum terhadap aturan yang sudah ada, seperti undang-undang pengelolaan sampah masih lemah.

2. Belanja Tanpa Kantong Plastik

Masyarakat kita sehari-hari sudah amat tergantung pada yang namanya kemasan plastik, terutama saat berbelanja.

Saya pikir langkah selanjutnya yang perlu dilakukan dalam mengendalikan sampah plastik adalah salah satunya tidak berbelanja pakai kantong plastik, melainkan membawa tas belanja atau keranjang belanjaan sendiri dari rumah, seperti yang saya lakukan di foto di bawah ini;

Sekarang saya menggunakan tas kain untuk berbelanja (dok pri)
Sekarang saya menggunakan tas kain untuk berbelanja (dok pri)

Dengan membawa tas kain belanja sendiri, kita pun juga tidak perlu terus menerus membeli plastik, tapi dapat digunakan secara berulang yang berdampak mengurangi sampah plastik.

Walaupun sudah ada plastik-plastik yang ramah lingkungan yang beredar, tetap saja perlu waktu untuk diurai oleh alam, karena sedikit banyak masih menggunakan bahan utama bijih plastik biasa.

Ada baiknya juga kita kembali melakukan kebiasaan ibu-ibu kita zaman dulu, yaitu berangkat ke pasar dengan membawa keranjang. Barang belanjaan cukuplah ditaruh dikeranjang tersebut tanpa perlu dibungkus kantong plastik. Jikalau kita merasa malu atau gensi untuk melakukannya, alternatifnya adalah kita membawa kantong plastik dari rumah, yang dapat dilipat sehingga tidak kelihatan orang.

Atau gunakan kantong plastik program khusus dari tempat berbelanja yang dapat digunakan berkali-kali seperti tissue paper bag/paper bag. Meskipun harga tissue paper bag tidak murah, pemerintah diharapkan dapat memberikan subsidi kepada masyarakat, sehingga harga beli tas belanja tersebut menjadi murah.

3. Diet Kantong Plastik

Aksi ke-3 ini saling berhubungan dengan aksi nomor 2. Saya sangat antusias dengan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mencanangkan kantong plastik berbayar di sejumlah retail seperti supermarket dan minimarket. Karena sangat berguna untuk mengurangi penggunaan sampah plastik yang sulit terurai dan membuat kita untuk lebih "Berdiet/Berhemat" terhadap kantong plastik.

Di negara-negara dengan populasi penduduk yang besar seperti India dan Cina, penggunaan kantong plastik di sejumlah toko swalayan sudah mulai berkurang. Masyarakat di sana sudah mulai beralih menggunakan tas daur ulang setiap pergi berbelanja ke pasar swalayan. Mereka sudah benar-benar menghilangkan plastik dari peredaran supermarket.

Provinsi Aceh, pemerintah Kabupaten dan Kota-nya juga sudah mulai mensosialisasikan penerapan peraturan kantong plastik berbayar di market-market, namun masih ada konsumen yang menolak, meskipun harganya sangat murah, yakni hanya Rp. 200 per kantong.

Berbagai cara dilakukan pemerintah agar masyarakat mau menjalankan aturan tersebut, seperti yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Aceh Barat dengan membagikan 2.000 kantong gratis (tas kain ramah linkungan/tas daur ulang) kepada masyarakat yang berbelanja di swalayan.

Tas kain ramah lingkungan/tas daur ulang yang dibagikan ke masyarakat oleh DLH Kabupaten Aceh Barat (dok pri).
Tas kain ramah lingkungan/tas daur ulang yang dibagikan ke masyarakat oleh DLH Kabupaten Aceh Barat (dok pri).

Tas kain ramah lingkungan/tas daur ulang yang dibagikan ke masyarakat oleh DLH Kabupaten Aceh Barat (dok pri). Dengan pembagian tas ramah lingkungan secara gratis, maka masyarakat bisa "Diet Kantong Plastik" artinya tidak perlu terus menerus membeli plastik, tapi digunakan secara berulang agar mengurangi sampah plastik.

Tas ramah lingkungan tersebut tentu tidak cukup dibagikan atau menjangkau ke semua lapisan masyarakat. Untuk itu dukungan pemerintah, pelaku industri ritel, pasar swalayan dan masyarakat amat diperlukan. Pelaku industri ritel misalnya, boleh mengenakan biaya untuk permintaan kantong plastik dan kardus, terlebih jika permintaannya melebihi kebutuhan.

4. Pengusaha supermarket/hipermarket atau swalayan tidak boleh menyediakan kantong plastik bagi pembelinya, sehingga pembeli harus membawanya sendiri dari rumah.

Aksi/langkah poin 5 ini barangkali timbul pertanyaan,

Akankah dapat berakibat berkurangnya pengunjung supermarket?

Hai #MudaMudiBumi ! Tahukah kamu di Singapura ada lho beberapa pusat perbelanjaan yang tidak menyediakan kantong plastik bagi pembelinya. Dan pelanggan tetap saja datang berkunjung dengan membawa kantong plastik sendiri tentunya. 

Kemudian di  China, di mana rumah sakit dan restoran dilarang menyediakan kantong plastik gratis.  Larangan serupa juga telah dilaksanakan  untuk supermarket, department store hingga pasar tradisional di seluruh negeri. Statistik menunjukkan larangan tersebut telah mencapai hasil yang diinginkan. Wah! Ini harus ditiru lho!

5. Tidak Mengunjungi Supermarket/Hipermarket atau Swalayan yang Masih Menggunakan Kantong Plastik Tidak Terurai

~~~

Kira-kira dari Milyaran penduduk bumi, sudah berapa orang-kah yang sudah menerapkan ke lima aksi/langkah tersebut di atas?

Yuk kendalikan sampah Plastik demi #UntukmuBumiku. #TimeforActionIndonesia dengan menerapkan lima aksi nyata di atas. Sehingga tanpa disadari kita semua akan berkontribusi mengurangi beban APBN/D untuk angkutan sampah, mengurangi beban kerja pekerja kebersihan bahkan menyukseskan misi penyelamatan lingkungan yakni Mitasi Perubahan Iklim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun