Pernah dengar istilah berteman dengan keuntungan atau "friends with benefit" dan "no string attached" (tanpa embel-embel)? Sepertinya kedua istilah ini sudah awam di telinga ya! Namun, semudah itukah para pria menerimanya?
Bukan hanya bagi wanita, konsep relationship bagi sebagian pria juga sering menjadi angan manis belaka. Ketika saya hangout di coffe shop saat pada artikel saya sebelumnya (Kriteria Wanita Pilihan, Ini Jawaban Para Pria), dimana disitu ada Aidil, Riki, Rendy, Johan dan Lutfi. Teman saya Rendy, mengeluh bahwa ikatan cinta hanya membuat hidupnya ruwet.
"Dia jadi suka mengatur semenjak kami jadian, mungkin semuanya lebih mudah jika tanpa status." Ungkap Rendy.
Pengakuan ini ternyata mendapat respon atau tanggapan yang tidak setuju dari beberapa teman yang lain. Mereka cenderung berfikir bahwa harus ada kepastian dalam setiap hubungan yang dijalani. Seperti lagunnya Aurel Hermanyah gitu loh! Berjudul "Kepastian".
Riki, mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menjalani hubungan yang abu-abu. "Pria itu ingin memastikan bahwa wanita yang dikencaninya tidak dekat dengan pria lain. Â Caranya? Ya dengan mengikatnya dalam sebuah relationship," ujarya.
Pandangan senada juga dilontarkan oleh Aidil, yang menceritakan pengalamannya menjalani hubungan "friends with benefit" sekitar dua tahun lalu.
"Saya sempat bertemu wanita idaman, namun ketika saya menyatakan cinta, dia menolak. Tapi anehnya, setelah itu kami justru makin dekat." Akui Aidil.
"Yang menjadi masalah, kesannya jadi gak serius, contoh, saya tidak boleh marah-marah jika melihat dia berhubungan dengan pria lain, karena statusnya bukan kekasih saya. Semenjak itu saya jera HTS dan gak mau seperti yang dikatakan Armada dalam lagunya, "mau dibawa kemana hubungan ini," lanjut Aidil sambil menyanyikan lagu Armada tersebut.
Kemudian, Surprised! Temanku yang lain, Johan dan Lutfi, mengaku tidak keberatan menjalani HTS atau Hubungan Tanpa Status. Keduanya beranggapan status hanya akan mengikat kebebasan, dan di sisi lain HTS juga bisa saling menguntungkan.
"Friends with benefit ataupun HTS itu enak, masih bisa dekat dengan wanita lain tanpa menyakiti siapapun," ujar Johan.
"Ya betul, yang penting dua-duanya betul-betul mengerti posisi masing-masing," pungkas Lutfi.
Saya-pun setuju dengan pendapat Johan dan Lutfi bahwa yang terpenting dalam HTS atau friends with benefit and no string attached-relationship adalah kepastian bahwa kedua belah pihak memahami konsep hubungan ini. Jika salah satu dari anda mulai melibatkan perasaan, maka akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pihak lain.
Memang sih, ada beberapa kasus dimana hubungan semacam ini berkembang menjadi lebih serius ke arah komitmen dan berhasil. Namun bagi anda rekan-rekan Kompasianer yang hanya ingin bersenang-senang, trust me; jangan pernah membiarkan diri Anda terlibat secara emosional. Just enjoy the moment! Agree!
Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat atau Lagi HTS
- Seperti yang saya katakan di atas, sebaiknya jangan melibatkan perasaan atau emosi. Karena kalau perasaan sudah ikut main, percaya deh, hubungan justru akan ikut kacau.
- Jangan terlalu bergantung dengan si dia. Karena ingat, hubungan ini tidak anda niatkan untuk serius.
- Jangan terlalu protektif dan posesif serta bertingkah selayaknya kekasih, apalagi mulai melarang ini dan itu. Karena ingat you're not a couple.
- Jangan HTS dengan satu orang saja. Jadi kalau sudah nggak asik dengan yang satu, tinggal pindah ke yang lain tanpa menyakiti perasaan siapapun.
- Jangan terlalu banyak berharap kepada si dia, karena nanti bisa-bisa sakit hati sendiri. Ingat lagi ya, you're not a couple.
***
Saat saya menuliskan artikel ini, juga mengingatkan saya akan sebuah lagu dari bunda Maia yang begitu popular pada masanya. Anda tahu! Ini dia lagunya;Menurut rekan-rekan Kompasianer gimana? Apakah anda punya pandangan lain/tersendiri tentang Hubungan Tanpa Status ini?:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H