Secara psikologis, laki-laki  seperti Putra yang nikah dini barangkali belum tahu secara baik akan hakikat dan tujuan berkeluarga serta bagaimana tanggung jawab sebagai suami ataupun sebagai pemimpin keluarga. Secara sosial, umumnya mereka belum memiliki penghasilan tetap untuk membiayai kehidupan rumah tangga. Hal-hal di atas tentu akan memicu terjadinya konfilk, perceraian misalnya.
Persoalan berikutnya adalah dari segi pendidikan. Biasanya perkawinan dini dipraktikkan di masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Rata-rata dari mereka (terutama kaum perempuan) yang terlanjur kawin dini tidak melanjutkan atau menamatkan sekolahnya. Seperti Anisa yang hanya tamat SMA dan tidak berkesempatan mengenyam dunia Pendidikan yang lebih tinggi.
Saya pikir melalui film ini, sudah waktunya ada kesetaraan pendidikan ataupun keseteraan gender antara laki-laki dan perempuan. Dan di era modern seperti sekarang, mungkin nikah dini sudah tidak relevan lagi. Hilangnya kesempatan pendidikan itu sama saja dengan hilangnya kesempatan untuk mengembangkan diri ataupun karir di masyarakat.
Di samping itu, perlu peningkatan usia perkawinan minimal sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Perkawinan, yang mana usia perkawinan minimal 20 tahun untuk perempuan dan 22-25 tahun bagi laki-laki. Dengan usia itu, mereka pasti sudah siap memasuki yang namanya gerbang pernikahan, siap untuk hamil, melahirkan, menyusui dan membesarkan anak, serta siap menghadapi jika ada konflik yang terjadi baik konflik lahir maupun batin.
Pesan Film 100% Halal untuk Milenial agar Langgeng dalam Pernikahan meskipun Dimulai di Usia Muda dan Banyak Konflik yang Terjadi
- Mengetahui porsi masing-masing, misalnya suami menafkahi dan bertanggung jawab atas keluarga. Istri mendampingi suami dan memberikan perhatian serta kasih sayang.
- Sebagai suami janganlah otoriter. Begitu juga istri jangan terlalu banyak menuntut.
- Baik suami dan istri, hendaknya mengesampingkan ego pribadi. Apapun yang sedang dan akan terjadi dalam rumah tangga, anak-anak dan keluarga adalah yang terpenting dan paling berharga.
- Kesetiaan dan kepercayaan terhadap pasangan, menjadi hal yang mendasari kehidupan berumah tangga. Dan yang paling utama adalah tetap tawakal pada Allah SWT.
- Mengetahui masa lalu dari pasangan dan keluarga pasangan yang ingin kita nikahi juga penting dilakukan, sebelum terjadi konfilk di kemudian hari atau berdampak buruk di masa kini.
***
Tidak baik juga kalau muncul kekhawatiran yang berlebihan terhadap praktik pernikahan dini. Sebab, sudah banyak contoh dari mereka yang nikah dini atau nikah muda yang sukses hidupnya, terutama karena mereka menerapkan pesan yang disebutkan di atas.
Nikah muda/dini itu bagus, sah-sah saja, dan tepat sebagai pilihan, daripada pacaran yang kebablasan ataupun seks bebas. Namun tetap memperhatikan dan membutuhkan persiapan yang ekstra baik secara fisik, mental dan sosial serta siap menghadapi berbagai kesulitan hidup ataupun resiko yang mungkin terjadi.
~~~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H