Khusus di Aceh, sepertinya situasi masih kondusif, jauh dari sepak terjang para mafia. Karena memang persediaan beras baik yang ada di gudang Bulog maupun di pengusaha selalu mencukupi, sehingga harganya selalu stabil. Jika persediaan kurang, Bulog Aceh bisa memasok persediaan dari luar daerah.
Para pedagang menyakini, harga beras akan turun setelah panen musim ini dilakukan serentak di setiap sentra produksi padi.
Sudah dapat dipastikan, jika para mafia ini tidak memiliki niat baik dalam membantu ketersediaan stok pangan tapi justru mengambil keuntungan di saat beras langka di pasaran.
Lalu bagaimana memberantas Mafia Beras ini? Saya pikir caranya ada tiga:
1. Dengan membuat mata rantai distribusi atau penyaluran beras menjadi sependek mungkin tanpa harus melalui apa yang selama ini kita sebut pedagang perantara atau agen pemasok. Dengan begitu ongkos produksi pun dapat ditekan.
Mata rantai distribusi merupakan salah satu faktor yang membuat harga komoditas menjadi mahal.
Menurut para pedagang di Meulaboh, kondisi stabil atau tidaknya harga beras di tingkat pedagang enceran dipengaruhi oleh harga pembelian dari pihak distributor sebagai pemasok barang.
Salah seorang pedagang menjelaskan, meskipun diprediksi harga beras mengalami penurunan akan tetapi  itu dalam jumlah sangat kecil atau paling berkisar antara Rp 1.000 - Rp 2.000 per sak. Kondisi demikian pernah terjadi sebelumnya, sebab harga di pedagang tergantung dari tampung agen pemasok.
Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Bulog harus dapat membuat  mata rantai distribusi beras menjadi lebih pendek, sehingga biaya produksi pun dapat ditekan.
2. Gerakan stabilitas pangan