Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Aku Tersadar, Kasih Sayang Lebih Kuat Dari Materi

15 Maret 2018   21:30 Diperbarui: 15 Maret 2018   22:51 2014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibuku selalu percayakan pada Bright Gas saat memasak (foto dok pri).

Sudah satu bulan ini pekerjaanku bertumpuk-tumpuk, para klien dan atasanku sepertinya tidak bosan-bosan memberiku segudang pekerjaan.

"Yah...,resiko profesi." Desahku. 

Lalu aku berguman,

"Bukankah itu reward yang aku terima dari hasil kerja kerasku selama ini? Walaupun aku harus merelakan dan melewati waktu penting bersama keluarga!"

Kemudian berbagai hal dan pertanyaan berkecamuk dalam pikiran ku:

"Semua orang punya waktu 24 jam sehari. Aku jadi ingat Ayah, meskipun ia juga sibuk mencari nafkah, ayah tidak melupakan keluarga, ayah tetap memperhatikan dan meluangkan waktu untuk keluarga. Demikian juga ibuku, beliau seorang kepala sekolah dan bergaji besar, namun tetap punya waktu mengurusi pekerjaan rumah. Ia tidak selalu menyerahkan semuanya pada pembantu/pelayan."

"Ah,! Kenapa aku tidak bisa seperti orang tuaku?"

Kesibukanku untuk mengejar materi seakan-akan telah merenggut semuanya, menyita waktu dan membatasi kasih sayangku untuk keluarga. Aku merasa seperti jauh dengan keluarga, jalinan kebersamaan hanya terangkai dari jarak yang begitu jauh.

"Tidak, tidak, kalau begini setiap hari, bisa gawat."

"Sudah cukup lama saya tidak lagi membuatkan secangkir teh hangat untuk ayah di saat pagi dan malam hari, ataupun pada saat hujan turun"

"Sudah cukup lama pula saya tidak lagi menemani adik bermain dan membantunya mengerjakan PR. Begitu juga membantu ayah dan ibu mengerjakan pekerjaan rumah, sudah sangat jarang saya lakukan.

Aku jadi kangen akan Kehangatan Keluarga dan hal-hal yang sudah cukup lama itu dapat kulakukan lagi. Rasa kangen dan ingin ini membuat aku tersadar jika Kasih Sayang itu Lebih Kuat daripada Materi.

Ketika aku tersadar akan hal itu, tiba-tiba aku tersentak karena baru ingat sesuatu yang penting dan juga istimewa

Satu minggu lagi ulang tahun pernikahan orang tuaku, adikku pasti nggak ingat, dan aku harus mengingatkannya. Saya pikir Ini waktu dan awal yang tepat untuk merajut kembali kebersamaan dan kasih sayang bersama anggota keluarga yang sempat hilang ditelan kesibukan bekerja.

Memberi Hadiah pada Hari Istimewa

Hari ulang tahun pernikahan merupakan hari yang istimewa bagi ayah dan ibu. Ucapan selamat dari orang-orang terdekat pada hari tersebut tentu membawa kebahagiaan tersendiri.

Satu minggu lagi hari ulang tahun pernikahan ayah dan ibu. Saya dan adik sangat ingin memberi hadiah sebagai ungkapan kasih sayang dan rasa terima kasih kepada mereka.

Setelah berembuk, saya dan adik sepakat memberi kejutan untuk ayah dan ibu. Kami pun memesan kue di toko roti dan membeli sepasang hadiah  di toko istana kado.

Hari yang dinanti pun tiba. Pada saat makan malam, ayah dan ibu telah bersiap di meja makan. Namun saya dan adik belum kelihatan. Setelah beberapa saat menunggu, kami pun muncul dibalik pintu dengan membawa kue lengkap dengan lilin menyala.

"Selamat ulang tahun pernikahan," kata saya dan adikku.

Ayah dan ibu terkejut karena kami mengingat hari ulang tahun pernikahan mereka.

"Terima kasih untuk ayah dan ibu yang telah mendidik dan membesarkan kami, mengurus rumah tangga dan mencari nafkah bagi keluarga," ucap kami sumringah.

"Ini hadiah dari kalian," kata ibu.

"Iya, semoga bermanfaat dan berkenan di hati ayah dan ibu," ujarku sambil menyerahkan hadiah yang diterima ibu.

Kami sangat senang dapat memberikan kejutan indah di hari ulang tahun pernikahan orang tua kami. Mereka mengucapkan terima kasih atas ucapan dan hadiah yang kami berikan. Sepertinya ayah dan ibu sangat bangga memiliki anak-anak yang sangat perhatian.

Selanjutnya, kami sekeluarga makam malam bersama menikmati lezatnya masakan ibu.

"Wah masakan mama begitu lezat malam ini, terima kasih ma" kata adikku.

"Iya, tapi berterima kasih lah sama Bright Gas, kalau nggak ada Bright Gas, nggak masak masakan mama." Kata ibu.

"Terima kasih Bright Gas," celoteh adikku sambil tertawa.

"Bright Gas itu bukan tabung gas biasa lho, banyak keuntungan dan kelebihan dengan memasak pakai bright gas, " jawab ibu,

Ibuku selalu percayakan pada Bright Gas saat memasak (foto dok pri).
Ibuku selalu percayakan pada Bright Gas saat memasak (foto dok pri).
"Sudah, nanti ngomong lagi, sekarang kita makan dulu ya," sergah bapak yang sedari tadi hanya bisa senyum-senyum dan diam saja.

Selesai makan malam bersama, kami sekeluarga berkumpul di ruang  keluarga sambil nonton televisi, menikmati kue ulang tahun dan bercengkerama. Di sela-sela itu, saya dan ibu pun sempat bercakap-cakap sedikit mengenai Bright Gas.

"Bright Gas memang lebih bagus dibanding tabung gas lain yang beredar di pasaran bu ya, tidak hanya tampilan warna saja yang enak dilihat, tapi kualitas isi tabungnya juga."

"Iya Bright Gas membuat memasak menjadi lebih aman, praktis, hemat dalam pemakaian dan harga terjangkau. Ukurannya juga lebih ringan, tidak terlalu besar atau kecil, pas ditempatkan di ruangan dapur yang terbatas.

Ukuran tabung Bright Gas tidak memakan banyak tempat, pas ditempatkan di ruang dapur yang terbatas. (foto dok pri).
Ukuran tabung Bright Gas tidak memakan banyak tempat, pas ditempatkan di ruang dapur yang terbatas. (foto dok pri).
Adikku turut menyimak penjelasan ibu tentang Bright Gas. Lalu dia berkata

"Oo jadi itu yang membuat mama suka memasak pakai Bright Gas?"

Iya, sayang, kau juga harus seperti mama," jawab ibu dengan lembut. Adikku membalasnya dengan mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Baca Juga; Bright Gas, Solusi Bahan Bakar Berkualitas dan Ramah Lingkungan dari Pertamina

Wah, tukang masak di sebuah warung makan ini juga menggunakan Bright Gas untuk memasak. (foto dok pri).
Wah, tukang masak di sebuah warung makan ini juga menggunakan Bright Gas untuk memasak. (foto dok pri).

Di malam itu Kehangatan Keluarga begitu terasa. Kami tak henti bercanda, tertawa, dan larut dalam obrolan berbagai hal sampai tidak terasa malam pun sudah kian larut. Kami selalu berharap, agar setiap malam bisa selalu hangat, ceria dan bahagia seperti yang kami rasakan di malam ulang tahun pernikahan orang tua kami.

Dok: Mario Teguh
Dok: Mario Teguh

Menyisihkan Waktu untuk Keluarga

Semenjak merayakan ulang tahun pernikahan orang tuaku, aku jadi selalu ingin dapat menyisihkan waktu bersama keluarga, terutama bersama adik.

Seperti yang sudah saya katakan, jika selama ini sudah cukup jarang menghabiskan waktu bersama adikku.

Kebetulan menjelang akhir pekan adikku mendapat tugas dari guru. Dengan senang hati saya membantu adik menjelaskan cara menjawab soal yang menurutnya agak sulit. Dia senang bukan kepalang tugas dari gurunya bisa selesai berkat bantuanku.  Selesai mengerjakan PR, Lalu saya mengajaknya bermain dengan membuat mainan.

Sebelumnya adikku hanya tertarik dengan mainan yang dibeli ayah dari toko. Namun saya bilang ke dia,

"Tidak selamanya kita harus membeli mainan. Kita dapat membuat mainan sendiri. Dengan begitu kita bisa berhemat, tidak perlu uang untuk membelinya. Uang yang ada bisa kita tabung, iya kan!"

Setelah berpikir sebentar, adikku yang sudah kelas 6 Sekolah Dasar itu kemudian tampak mengangguk-angguk tanda ia setuju.

 "Iya benar juga, kita tidak perlu meminta uang kepada ayah untuk membeli mainan." Jawab Adik.

"Terus satu lagi, ketika bermain harus berhati-hati dan nggak boleh sampai lupa waktu." Ujarku mengingatkan.

"Iya! Trus kak, apa yang dapat kita buat untuk mainan sendiri?"

"Banyak, kita bisa membuat perahu, pesawat, layang-layang dan juga burung dari kertas."

"Wah asik tu!"

Saya pun mengajarinya membuat mainan dari kertas. Dari kegiatan seperti ini, saya dan adik bisa merasakan yang namanya kebersamaan, kehangatan keluarga dan kasih sayang yang di dalamnya ada pesan moral yang dapat diajarkan. Suasana seperti inilah yang selalu kurindukan.

Suasana bermain bersama adik semakin berkesan ketika tiba-tiba telefon berdering.  Ternyata yang menelfon adalah nenek yang ingin tahu kabar cucunya.  Lalu aku memanggil adikku untuk berbicara  dengan nenek lewat telfon. Adikku sungguh sangat merasa senang mendapat telfon dari nenek.

 "Nenek berpesan supaya aku selalu giat belajar," ujar adikku.

"Alhamdulillah, nenek dan kakek sehat ya dik," kataku

 "Nenek selalu mendoakan kita kak."

"Dan kita pun tak boleh lupa mendoakan dan memberikan kasih sayang kepada mereka," jawabku.

"Adik senang, meskipun saling berjauhan, kita dapat mengetahui keadaan masing-masing," ucap adik. 

Dok: Mario Teguh
Dok: Mario Teguh
Terlibat Langsung dalam Kegiatan Rumah Tangga

Satu hal yang selalu kupejamkan baik-baik. Meskipun sibuk, ayah dan ibuku selalu dapat meluangkan waktu untuk keluarga. Sepertinya mereka sudah berkomitmen. Terasa sekali ibuku, yang setiap hari selalu dapat menyiapkan kebutuhan anggota keluarga dengan ikhlas di tengah kesibukannya. Seperti memasak, menyiapkan makanan, menyetrika, walau kadang-kadang ada pembantu yang datang. Semua pekerjaaan tersebut dilakukan ibu penuh tanggung jawab dan ketulusan.

Dari hal diatas, saya juga bertekad, berkomitmen dan harus bisa seperti orang tuaku untuk mengalokasikan waktu untuk keluarga di tengah kesibukan bekerja. Saya pikir ini adalah pelajaran penting di masa depan, dan kini saatnya terlibat secara langsung dalam kegiatan rumah tangga. Misalnya membantu orang tua sesuai kemampuan, seperti membantu mencuci piring, mencuci baju, menyapu lantai, menyapu halaman, membersihkan kamar mandi dan tugas lainnya.

Saya menyadari, sebuah keluarga adalah sebuah tim yang saling membantu. Ayah, ibu dan anak mempunyai peran dan tanggung jawab yang berbeda. Tinggal tiap anggota memerankan perannya masing-masing dengan terlibat langsung membantu pekerjaan mana yang dapat ditangani.

Intinya  semua anggota keluarga  harus menanggung atau terlibat langsung dalam urusan atau kegiatan rumah tangga. Karena dengan begitu, akan ada waktu, interaksi dan keterlibatan yang banyak, yang dapat menimbulkan perasaan terikat, erat, dekat dan kasih sayang antar anggota keluarga.

Bukan saatnya lagi para ayah tidak tersentuh pekerjaan rumah tangga. Demikian juga ibu atau para wanita karir lainnya, tidak boleh hanya mengandalkan semua urusan rumah tangga di pundak pelayan/pembantu.

Tetap Jaga Komunikasi

Jangan sampai terjadi deh, semua anggota keluarga telah berkumpul di rumah, namun semua mengerjakan tugas sendiri-sendiri atau tanpa komunikasi, bak kumpulan penumpang di bus atau seperti dalam pesawat saja. Tentu tidak akan memunculkan keterikatan emosi. Jadi komunikasi menjadi hal penting  menjaga kebersamaan dan kasih sayang antar anggota keluarga.

***

Sekarang kita dapat menyadari, betapa kasih sayang antar anggota keluarga menyebabkan hidup dalam keluarga terasa indah, rukun dan damai. Dan itu tidak bisa dinilai dengan uang ataupun materi. Dalam lingkup yang lebih besar, kasih sayang menyebabkan kedamaian, ketenteraman dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mari kita tebarkan kasih sayang untuk persatuan dan perdamaian dunia.

Aku bangga  menjadi bagian keluargaku.

Ada ungkapan yang saya kutip dari www.ajpcreations.id yang semakin menggugah kesadaranku akan kasih sayang kepada keluarga;

"Menjalin kasih sayang setiap saat, ada wajah-wajah yang bisa ia tatap setiap hari. Kasih sayang memang bukan tentang semewah materi, namun lebih berharga daripada tumpukan materi"

Semoga ceritaku di atas  dapat memotivasi rekan-rekan kompasianer untuk melakukan hal yang sama. 

"Maaf, foto saat kejadian dalam tulisan ini ayahku melarang mempublikasikan (privasi) dan sebagian lagi tidak sempat direkam. Barangkali foto di bawah ini bisa mewakili."

Foto kebersamaan dengan anggota keluarga ketika merayakan Hari Wisuda Pepupu. Ibu dan Adikku yang berbaju pink (dok pri).
Foto kebersamaan dengan anggota keluarga ketika merayakan Hari Wisuda Pepupu. Ibu dan Adikku yang berbaju pink (dok pri).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun