Kalau anda sudah membaca artikel dari Kompasianer Nahariyha Dewiwiddie yang berjudul "Flow, Ketika Menulis Terasa Begitu Mengalir" saya yakin anda akan tertarik dan setuju terhadap apa yang yang saya sampaikan.
Dalam artikel tersebut, penulis mengatakan bahwa "Ada banyak penulis-penulis sukses dengan karya-karyanya yang tentunya dengan tulisan-tulisan yang begitu Khas dan Mengalir. Bahkan, materi keilmuan yang biasanya disajikan dengan bahasa yang kaku dan supersulit, bisa disulap menjadi ulasan dengan gaya yang begitu indah dan nikmat dibaca. Khas dan Mengalir di sini, saya bisa menangkap sebagai sesuatu yang berkarakter.
Ternyata, rahasianya terletak pada "Flow", yang dalam bahasa Indonesia berarti; mengalir, atau aliran, arus, iring-iringan ataupun bisa berarti berbicara terus dengan penuh. Arti yang terakhir ini dapat diibaratkan jika flow itu seperti menulis dengan mulut.
Orang-orang, yang sebelumnya acuh dengan kegiatan membaca, lewat artikel-artikel yang khas, indah dan mengalir (berkarakter) dari penulis-penulis hebat ini, sepertinya mereka "tersihir" untuk segera membacanya. 'Tersihir' disini saya bisa menangkapnya sebagai sesuatu yang mempenagruhi emosi, simpati dan empati pembaca.
Lebih lanjut Nahariyha menjelaskan, untuk bisa flow, seorang penulis harus dalam kondisi berbahagia, menganggap menulis itu merupakan hal yang menyenangkan, bukan suatu beban. Ketika berhadapan dengan laptop atau buku dan alat tulis, penulis mulai menuangkan gagasan dengan caranya. Sejak saat itulah, semangat dan kreativitas mereka menyala-nyala, dan mereka mengalami "momen putih". Semuanya begitu mengalir dan menyatu, dan kesadaran diri "melenyap", itulah flow.
Walaupun dalam artikel tersebut Nahariyha kurang menyebutkan contoh-contoh tulisan atau buku yang mana flow memainkan peranan, namun saya bisa mengambil beberapa contoh seperti Habis Gelab Terbitlah Terang karya R.A Kartini, dan The Diary of a Young Girl karya Anne Frank. Di bidang sastra mungkin puisi Aku dan Krawang Bekasi karya Chairil Anwar. Â Di era "zaman now" mungkin ada "Kambing Jantan" karya Raditya Dika.
***
Buat saya artikel dari tante Indria, non Dewiwiddie dan pak Johan tersebut sangat bermanfaat dan memikat. Buat penulis-penulis lain dari  berbagai kalangan, saya pikir juga akan merasakan hal yang sama.
Dengan membaca dan menyelami karya atau artikel dari rekan-rekan Kompasianer di atas, saya mampu mereguk manisnya inspirasi menulis, semakin peka terhadap dunia tulis-menulis, serta ilmu dan wawasan saya semakin luas dan bertambah. Dan lagi sebagai seorang Kompasianer, hidup saya semakin menggairahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H