Makin takjub karena di tengah TMII ada danau yang di dalamnya ada miniatur kepulauan Indonesia, (dok pri).
Melepas rasa lelah berkeliling di TMII, perut saya pun lapar. Mampir dan bersantai di kafe atau restoran yang ada di TMII adalah solusinya. Berbagai kuliner dari berbagai daerah di Indonesia ada di daftar menu-nya. Meski begitu saya tertarik  untuk mencoba gado-gado Jakarta. Entah kenapa, sayur-sayuran yang dibumbui saus kacang ini mendapat tempat tersendiri di hati dan terasa lain di lidah yang gemar kuliner seperti saya. Rupanya bukan saya saja yang suka gado-gado Jakarta, penduduk asli maupun pendatang banyak yang menyukai kuliner ini.
Hari Ke Tiga (30 Juni 2017)
Kota Tua (wisata sejarah)
Hari ketiga dengan menggunakan Ojek saya menuju Kota Tua yang berada di Barat Jakarta. Saya memilih lokasi ini karena penasaran dengan sebuah kota yang dibangun bangsa Belanda pada Tahun 1621 yang dinamakan Batavia. Saya pun berkeliling Kota Tua setelah tak lupa mengoleskan Geliga Krim pada kaki, tumit dan pundak.
Pakai Ojek ke Kota Tua (Foto dok pri).
Saya Pede aja walau memakai baju yang sama saat pergi ke Monas, berhubung saya nggak bawa banyak baju, untuk menghemat ruang koper yang nanti akan diisi oleh barang-barang belanjaan, he,he,he! Saya makin Pede dan asik ketika rasa terkesima langsung membuncah dalam diri ketika saya berada di tengah kota tua, ada sebuah balai kota yang dikelilingi gedung-gedung lain. Katanya dulu balai kota ini adalah pusat pemerintahan VOC dan Hindia Belanda saat menjajah Indonesia. Dan sekarang, gedung balai kota ini ternyata sudah dijadikan sebagai Museum Fatahillah yang begitu Nampak eksotis dan bersejarah.
Saya saat masuk di dalam museum ada banyak ruang, seperti ruang prasejarah Jakarta, ruang Tarumanegara, ruang Fatahillah, ruang Jayakarta, ruang MH Thamrin, ruang Sultan Agung dan ada juga ruang penjara bawah tanah yang bikin deg-deg kan.
Seharian penuh saya berada di Kota Tua. Puas rasanya dapat melihat secara langsung koleksi benda-benda bersejarah Jakarta di ruang-ruang yang saya sebutkan. Jumlahnya sangat banyak, ada furnitur antik, keramik, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, lukisan Gubernur VOC dan Hindia Belanda, meriam dan sebagainya. Wow, nuansa sejarahnya terasa banget saat berada di museum ini.
***
Saya amat beruntung membawa Geliga Krim saat berpetualang di ibu kota Jakarta. Saya merasa makin Asik dan Dinamis untuk melangkah menikmati  destinasi yang menjadi Landmarknya Jakarta. Tak perlu khawatir dan terganggu dengan kaki pegal dan nyeri punggung.
Sekarang saya sudah mendapat jawaban dari teman saya yang juga hobi traveling ini, jawabannya serupa tapi tak sama.
"Gimana solo travelingnya baru-baru ini pakai Geliga Krim," tanyakuÂ
"Dulu, setiap saya traveling, urat kaki saya terasa sakit, tapi sekarang saya sudah bisa traveling dengan enjoy, nggak khawatir lagi kaki jadi pegal-pegal dan kram," jawab temanku dengan mantap. Lanjutnya, "krim ini begitu mudah meresap dan efeknya cepat terasa dan ukurannya juga pas di bawa ke mana kaki melangkah."
***
Lihat Travel Story Selengkapnya