Di lantai paling atas tempat ia menginap, Reza cukup sering berdiri di depan jendela hingga beberapa lamanya memandang Kota Macao yang begitu bercahaya di malam hari, yang tak ubahnya seperti siang hari saja layaknya.
Ketika pagi Reza memulai harinya dengan berlari pagi. Reza tidak ingin melewatkan segarnya udara pagi dan pemandangan sunrise di Kota Macao. Kota tampak indah dengan jalan-jalan bersih dan etalase-etalase tokonya yang besar-besar berkilau merah disinari sunrise.
Sembari berlari pagi, Reza sempat menyusuri beberapa gereja ikonik yang memang berada tidak jauh dari lokasi hotel tempat ia menginap seperti Reruntuhan Katedral St. Paul dan Gereja St Joseph yang cuma 7 menit berjalan kaki serta Gereja St Dominic berjarak 1 km.
Setelah itu Reza bersama papa dan dua rekan bisnisnya berkeliling Museum Macao. Menurutnya, satu kata yang menggambarkannya ketika melangkahkan kaki ke dalamnya, Amazing! Karena ia dapat melihat berbagai koleksi dan replika serta ragam buku dan majalah tentang cerita sejarah dan budaya penduduk Macao yang ditata rapi.Â
Reza juga beranggapan, museum yang satu ini tidak seperti museum biasanya. Karena terletak di puncak bukit, sehingga dapat menikmati pemandangan yang bagus Kota Macau. Dan ada pula meriam tua yang dapat menjadi tempat bersantai kalau kita masih betah berada di atap museum.
Bertemu Gadis Macao, Sensasi Cinta Itu Dimulai
Malam berikutnya Reza pergi night club di The Venetian Macao, seorang diri tanpa sepengetahuan papanya. Di depan club begitu banyak orang yang mungkin separuhnya tidak mempunyai pekerjaan selain menonton dan mendengarkan. Saat pulang ia dimarahi oleh papanya.
"Tidak apa-apa, saya hanya memesan sebotol anggur dan berdansa dengan seseorang....ya gadis Macao. Sesudah itu kami keluar berjalan-jalan sebentar di sekitar Danau Nam Van, Â bersantai di air mancur, lalu mengantarnya pulang." Jelas Reza.
"Apa! Tak tahu malu, menjadikan diri tontonan!"
"Gadis Macao itu tidak berarti apa-apa bagi saya,"