Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indari Mastuti, Srikandi Ibu-ibu Doyan Nulis dan Sekolah Perempuan

24 Oktober 2017   20:11 Diperbarui: 24 Oktober 2017   20:11 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indari mendidirikan perusahaan Indscript Creative,sebuah perusahaan yang bergerak di dunia penulisan dan bisnis (www.pictaram.org/hashtag/ibuibudoyannulis).

Keinginan untuk meningkatkan karier terus mencuat dalam diri wanita  37 tahun ini, untuk terus menciptakan lahan kerja yang nyaman sebagai ibu rumah tangga, yakni mendirikan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dan Sekolah Perempuan

Hobi menulis wanita asal Bandung ini sudah terbentuk sejak kecil. Tahun 1996 saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dia aktif mengirim artikel ke sejumlah media massa. Mendapat respon baik, semakin membuatnya bersemangat untuk terus menulis.

Begitu lulus kuliah, tahun 2002 Indari pun terjun ke dunia jurnalistik. Dia menjadi kontributor di berbagai media cetak. Selama 2  tahun menimba pengalaman sebagai jurnalis, Indari  mulai menjajal masuk  ke dunia penerbitan dengan menghasilkan sebuah novel. Indari sama sekali tak menyangka, novel debutan pertamanya yang berjudul Izinkan Aku Mencintai yang ternyata adalah pengalaman pribadinya, terjual bak pisang goreng.

Novel debutan pertamanya, Izinkan Aku Mencintai, terjual bak pisang goreng (www.ibu-ibudoyannulis.com).
Novel debutan pertamanya, Izinkan Aku Mencintai, terjual bak pisang goreng (www.ibu-ibudoyannulis.com).

Kewalahan Menerima Orderan Buku

Sejak novel pertamanya menjadi best seller, Indari menjadi freelancerdi sejumlah penerbitan. Dalam sebulan ia sudah bisa menyelesaikan 3 buku sekaligus. Semakin hari permintaaan penerbitan ternyata semakin bertambah saja jumlahnya, sampai-sampai ia tak dapat memenuhinya. Tak ingin tawaran itu  menguap begitu saja, Indari dan suami berdiskusi untuk mencari solusi.

"Sayang sekali kalau ada tawaran tapi nggak cepat direpon. Akhirnya saya dan suami berfikir untuk membuat sebuah wadah yang dapat menampung banyak penulis agar orderan yang masuk dapat langsung ditangkap dan direspon. Terus terang saya kewalahan menerima orderan buku, sementara saya sebagai ibu rumah tangga juga punya keterbatasan. Prioritas utama tetap mengurus anak, suami dan bagaimana tetap bisa menjaga kualitas penulisan," tutur Indari saat ditemui di rumahnya yang juga sekaligus menjadi pusat aktifitas IIDN ini di Jl. PLN Dalam I No.1/203D,Moh Toha, Bandung

Akhirnya sambil tetap menjadi freelancer di sejumlah penerbitan, Indari mulai mendidirikan perusahaan Indscript Creative, sebuah litenary agencyataupun usaha jasa penulisan tempat berkumpulnya para penulis. Bersama penulis lain, Indari mampu menggarap 60-100 buku sekaligus dalam sebulan.

Indari mendidirikan perusahaan Indscript Creative,sebuah perusahaan yang bergerak di dunia penulisan dan bisnis (www.pictaram.org/hashtag/ibuibudoyannulis).
Indari mendidirikan perusahaan Indscript Creative,sebuah perusahaan yang bergerak di dunia penulisan dan bisnis (www.pictaram.org/hashtag/ibuibudoyannulis).
"Dengan konsep lintenary agency yang saya kembangkan ini ternyata permintaan buku  menjadi booming sekali. Sebulan bisa 60-100 buku, bahkan terkadang saya merasa masih kekurangan penulis," ujar Indari.

Untuk memenuhinya, Indari kemudian membuat sebuah wadah bernama Ibu-Ibu Doyan Menulis (IIDN). Melalui website IIDN, Indari menularkan semangat belajar menulis kepada para ibu rumah tangga yang ingin meningkatkan kualitas dirinya.

Tepat pada Mei 2010, secara resmi Indari mendirikan IIDN. Ternyata animonya cukup besar. Dalam sebulan, tak kurang dari 1000 orang bergabung di website tersebut.

Indari saat mendirikan IIDN (catatanbund4.wordpress.com).
Indari saat mendirikan IIDN (catatanbund4.wordpress.com).
Website IIDN karya Indari Mastuti yang diserbu pengunjung (http://www.sehabooks.com)
Website IIDN karya Indari Mastuti yang diserbu pengunjung (http://www.sehabooks.com)
"Saya sungguh tak menyangka, dalam sebulan sudah begitu banyak yang ikut bergabung di website ini, mencapai seribu orang sudah, padahal saya cuma kasih tips penulis melalui sharing pengalaman saya sebagai penulis," sebut  wanita berkerudung ini yang belakangan ia juga fokus sebagai penulis biografi.

Begitulah ibu Indari, beranjak Desember 2010 ia sudah mulai melahirkan satu persatu penulis.  Dan dalam sekejap IIDN melambung tinggi. Mereka yang berhasil otomatis dengan senang hati mempromoikan IIDN. Saat ini IIDN sudah  mencapai 13 ribu orang lebih yang tersebar di 20 tititk di Indonesia dan 10 titik di luar negeri.

Ibu-ibu Doyan Nulis, Wadah Kreativitas Kaum Hawa (www.ayogitabisa.com).
Ibu-ibu Doyan Nulis, Wadah Kreativitas Kaum Hawa (www.ayogitabisa.com).
Menurut Indari, melalui IIDN para anggota yang merupakan ibu rumah tangga dapat meningkatkan kualitas diri. Meskipun mereka berada di rumah, bukan berarrti tidak memiliki peluang untuk berkembang. Dengan  bermodalkan fasilitas internet yang kian canggih, ibu rumah tangga yang bergabung dapat bergerak melihat dunia tanpa perlu keluar rumah.

Mimpi 1 Juta Penulis dan Mendirikan Sekolah Perempuan

 Setelah berhasil melahirkan dan mengangkat penuli-penulis IIDN, Indari pun mulai berfikir untuk mendirikan sekolah perempuan. Jika di IIDN Indari menularkan ilmu menulis lewat online,  maka sebaliknya sekolah perempuan bersifat tatap muka.

Tepat tanggal 17 Agustus 2013 ia mendirikan Sekolah Perempuan. Pola pendidikan bukan pelatihan, tapi couching klinik.

Foto; indari.blogspot.co.id
Foto; indari.blogspot.co.id
"Di sekolah perempuan ini saya sudah menyiapkan materi-materi, mulai dari membuat ide,  melakukan riset wawancara, melakukan praktik, outline, hingga bagaimana menghitung royalty. Dalam 12 kali pertemuan, alhamdulillah efektif meluluskan calon penulis berkualitas untuk beradu dipasaran," jelas wanita berkaca mata ini.

Belum sampai berumur setahun, lanjut Indari, Sekolah Perempuan telah meluluskan sebanyak 2 angkatan. Angkatan ketiga masih berjalan. Rata-rata mereka cukup produktif menulis buku atau copy writer.

Sama halnya dengan IIDN, Sekolah Perempuan juga dibanjiri peminat. Mereka tidak saja berasal dari kota kembang Bandung, namun juga dari berbagai daerah dan Negara. Alhasil untuk mengobati rasa kecewa bagi mereka yang tidak dapat bertatap muka, Indari pun membuka kelas online.

"Kalau dari Jakarta banyak yang ke Bandung, selebihnya bisa belajar secara online. Untuk kelas online, dibuka mulai jam 2-5 sore. Dan untuk kelas offline atau tatap muka dimulai dari jam 8-11 siang. Peminatnya dari hari ke hari semakin banyak saja, mau tak mau saya harus membatasi karena mentornya hanya ada 5 orang," ungkap  Indari.

Bicara soal visi, ternyata  ia punya mimpi ingin melahirkan 1 juta penulis wanita Indonesia.

"Insya Allah semakin banyak orang mengenal IIDN dan Sekolah Perempuan, maka kelahiran para penulis baru juga semakin meningkat, bisa sampai 1 juta penulis" harap  wanita yang pernah terpilih sebagai Super Woman Indonesia dari Tagway Singapura awal tahun 2014 lalu.

Foto; www.sekolahperempuan.com
Foto; www.sekolahperempuan.com
Bicara royalty, beliau berpendapat bahwa menulis buku itu ada prosesnya, tidak bisa instan. Harus banyak belajar, membaca, berlatih dan mengasah kemampuan. Menulis  1 buku dalam waktu 6 buan hanya memperoleh Rp 1 juta. Mungkin tidak imbang, tapi kalau produktif bisa dihargai lebih dari itu. Ketika ingin membantu penghasilan suami, rata-rata seorang penulis yang ibu rumah tangga bisa punya penghasilan Rp 1,5 juta per bulan. Apalagi  jika sudah sangat produktif dan bagus, kadang ada yang dihargai sampai 10 juta. 

"Saya punya rumus, anda menulis 1 buku, maka bacalah 10 buku, dampaknya akan berkembang.  Buat ibu rumah tangga, minimal wawasan akan berkembang  dan kita akan semakin maju tidak tergilas perkembangan zaman," pungkas Indari dengan mantap mengakhiri obrolan.

***

Ibu Indari Mastuti patut dijadikan inspirasi, beliau tidak ingin hanya mengandalkan pemasukan dari suami, malahan membantu penghasilan suami dengan mengali segala potensi dan bakat yang ia punya sedari kecil.

Indari Mastuti patut dijadikan inspirasi (Foto; indari.blogspot.co.id).
Indari Mastuti patut dijadikan inspirasi (Foto; indari.blogspot.co.id).
Dengan segala potensi, mental kuat dan kepercayaan diri, beliaupun tak ragu untuk mendirikan sebuah wadah ataupun komunitas. Hasilnya sangat mencengangkan. Beliau mampu mengajak para wanita seperti ibu-ibu rumah tangga untuk membangun bakat dan keterampilan menulis. Mereka pun yang tadinya tidak memiliki latar belakang atau pengalaman menulis, namun dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh IIDN dan Sekolah Perempuan serta  mindsetyang selalu ditanamkan oleh ibu Indari pada anggotanya untuk menjadi penulis, kini sudah banyak penulis wanita Indonesia yang lahir  dari IIDN dan Sekolah Perempuan. Hasilnya mampu meningkatkan kemapanan wanita khususnya para ibu rumah tanggga secara finansial melalui dunia tulis menulis, baik secara onlinemaupun offline.

Sebagai seorang sosok  women entrepreneurship dengan segala prestasi dan pengalamannya sebagai seorang penulis yang tentu saja mendapat apresiasi dari masyarakat, saya pikir beliau sangat cocok berpartisipasi sebagai nominator perempuan inspiratif  atau wanita sejuta inovasi dalam ajang penghargaan seperti Danamon Entrepreneur Awards 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun