Duh, duh, duh, duh......! Makin tinggi saja biaya hidup saat ini. Buktinya saja saat saya membeli daging untuk Hari Raya Qurban tahun ini. Tahun lalu harga dagingnya Rp. 150.000, sekarang naik menjadi Rp. 180.000. Belum lagi barang-barang yang lain, semua pada naik, sungguh sangat merisaukan deh. Rasanya semakin susah saja untuk berhemat, apalagi untuk menabung.
Semakin disadari deh, uang yang kita tabung ataupun yang kita simpan selama dan saat ini ternyata sudah mengalami penurunan nilai secara berkala setiap tahun. Sementara bunga bank tak bisa mengimbangi inflasi
Kalau seseorang yang menanggung sendiri biaya hidupnya pasti dapat merasakan bahwa biaya hidup saat ini sungguh mahal. Tidak peduli apakah memiliki uang atau tidak, tetapi biaya hidup saat ini tetap saja mahal. Bagi seseorang yang saat ini masih aktif bekerja dan mempunyai penghasilan, biaya hidup yang tinggi dan mahal mungkin masih dapat dibayar atau diatasi karena adanya penghasilan yang didapat dari hasil pekerjaan. Namun bagaimana jika kelak sudah tidak lagi bekerja? Ini yang perlu kita pikirkan dan apa yang perlu kita persiapkan sedari awal.
Pada saat masih bekerja saja biaya hidup sudah terasa cukup mahal, apalagi nanti ketika sudah tidak bekerja, di mana biaya hidup dipastikan akan jauh lebih mahal.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan. Jangan merasa silau deh atau meramalkan bahwa kehidupan kita akan tetap baik dan sukses selamanya seperti sekarang. Segala sesuatu bisa saja terjadi di tengah jalan, seperti sakit, musibah, kecelakaan, PHK, bangkrut, dll. Oleh karena itu, jangan tunda untuk memikirkan ini, selagi masih muda dan punya kemampuan, segeralah untuk mempersiapkan diri sedari awal dari sekarang.
Ayo....Menabung Secara Rutin
Menyisihkan sebagian uang dari penghasilan rutin untuk dimasukkan ke dalam tabungan adalah langkah yang cerdas. Ingat kata pepatah " Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit" Jadi lama-lama nantinya tabungan kita itu akan berkembang terus hingga mencapai jumlah yang besar lho! Â Saya sudah membuktikannya sendiri. Dengan sabar saya menabung di Bank yang sudah dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan menyisihkan sebagian pendapatan saya setiap bulan. Tiga sampai empat (3-4) tahun kemudian tabungan saya itu sudah dapat saya depositokan dan investasikan.Â
Terkait deposito, saya sudah men-depositokan uang tabungan selama 6 (enam) bulan sejak Februari 2017 di salah satu bank syariah yang sudah dijamin oleh LPS. Saat jatuh tempo, saya pun memperpanjang kembali depositonya untuk 6 (enam) bulan ke depan, yang dapat diperpanjang secara otomatis (prinsip ARO). Karena pembagian keuntungan atau bagi hasil yang saya dapatkan jauh lebih besar dari tabungan biasa. Bagi hasil ini saya pikir menjadi suatu passive income buat saya yang terus mengalir ke rekening saya setiap bulan.
Mengenai Emas, saya ingat waktu itu tahun 2014, harga emas pernah turun atau terjun bebas seharga Rp 1.300.000 -- 1.400.000 per mayam. Dari situlah saya buru- buru untuk membeli emas saat itu, karena saya yakin, ini turunnya cuma sebentar, nanti harga emas pasti akan naik lagi. Ternyata memang benar, tak berselang lama harga emas kembali melonjak naik dengan harga seperti sekarang.