Dari segi manfaat, media sosial online sangat bagus, karena mampu menambah pertemanan, wawasan, memperluas jaringan, dan sharing info positif bagi anak-anak dan perempuan. Media ini juga mampu membuat anak-anak dan perempuan dapat lebih kreatif dan berkembang serta terus mampu bersaing dengan siapapun.
Namun tetap saja, seperti pisau bermata dua ataupun tak ada gading yang tak retak, setiap hal akan selalu ada dampak negatifnya, baik besar ataupun kecil.
Salah satu dampak negatif yang paling menonjol akibat penggunaan media sosial online terutama di usia remaja adalah  menimbulkan kecanduan. Hampir sama dengan kecaduan Narkotik, kecanduan media sosial juga akan menjadi pangkal segala jenis masalah lain yang timbul. Seperti menarik diri dari lingkungan sosial, kehilangan konsentrasi belajar, mengalami gangguan kesehatan, bahkan menjadi korban dari kejahatan di dunia maya (cyber crime)
Selain itu, banyak kalangan yang tidak bertanggug jawab, seperti menjadikan media sosial online untuk mempermudah trafiking terhadap anak dengan cara mencuri data melalui pendekatan psikologis yang berujung pada kejahatan seksual terhadap anak, seperti yang telah terjadi pada peristiwa pertama di atas.
Kebanyakan orang tua berharap, anak-anak mereka steril dari konten negatif media sosial padahal kemungkinan itu sangat kecil sekali. Karena dengan semakin maraknya media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube, konten negatif itu pun dapat lebih mudah diakses. Dan seseorang tak perlu lagi membuat website untuk menyebarkan konten porno dan trafiking, tapi cukup mengunggahnya di akun media sosial yang ia miliki.
Bahkan seringkali konten-konten porno dan trafiking yang ada di sosial media ini, judul atau namanya sama sekali tidak mencerminkan kontennya. Tentu ini akan mengecoh siapa saja, terutama anak-anak yang masih polos.
Hal yang tidak bisa dipungkiri dan perlu dicermati, teknologi informasi tumbuh pesat beriringan dengan masa pertumbuhan anak-anak kita. Anak-anak kita lahir di era digital, mereka telah berinteraksi dan tumbuh dengan gadget sejak usia balita. Generasi inilah yang sering kali terkena dampak negatif teknologi informasi khususnya media sosial online.
Sedangkan kita para orang tua baru mengenal teknologi informasi ini pada saat dewasa. Kondisi ini, menurut beberapa pakar komunikasi, menimbulkan kesenjangan antara orang tua dan anak. Bila kesenjangan semakin lebar, maka semakin tinggi resiko anak terpapar konten negatif. Oleh sebab itu, amat disarankan jika para orang tua juga harus up to date atau mengikuti perkembangan teknologi sekarang, dan memahami bagaimana sesungguhnya interaksi anak-anak dengan media sosial online. Pemahaman ini dapat membantu anak kita dalam berbagai tingkat usia terhindar dari dampak buruk media sosial online.
5 Solusi Jitu Menghadapi Si Pisau Bermata Dua
Barangkali timbul pertanyaan, apakah dengan terus up to date kita bisa menyamai kemampuan anak-anak kita dalam penggunaan teknologi informasi? Saya pikir ada beberapa solusi jitu yang perlu dilakukan
1. Pembentukan konsep diri anak sejak kecil dengan mengajarkan pendidikan atau nilai-nilai agama. Misalnya saja mengajari tentang kehadiran Allah SWT dalam setiap aktivitas, dan mengajari mana yang halal dan haram.
2. Sejak usia balita ajari anak bagaimana harus bersikap ketika menemukan konten negatif secara praktis. Misalnya saja meminta anak menundukkan pandangan ketika menemukan konten negatif atau klik yang lain. Kemudian bersikap jujur juga penting ditanamkan kepada anak.